Menuju konten utama

Hubungan Iman, Islam, dan Ihsan dalam Membentuk Insan Kamil

Hubungan iman, Islam, dan ihsan, sangat erat dan saling berkaitan, terutama dalam membentuk insan kamil. Berikut penjelasan lengkap beserta contohnya.

Hubungan Iman, Islam, dan Ihsan dalam Membentuk Insan Kamil
Ilustrasi hubungan iman, Islam, dan ihsan. foto/istockphoto

tirto.id - Hubungan iman, Islam, dan ihsan dalam membentuk insan kamil begitu erat. Apabila salah satu unsur iman atau Islam tidak lengkap, seseorang tidak akan mencapai tahap ihsan, apalagi menjadi insan kamil.

Insan kamil atau manusia sempurna merupakan tipe manusia ideal yang dikehendaki Allah Swt. Ibnu Arabi mengatakan, manusia yang tidak menjadi insan kamil diibaratkan seperti monster bertubuh manusia.

Insan kamil merupakan manusia yang telah menanggalkan sisi kemanusiaannya yang rendah, kemudian menapaki tangga nafsu menuju Tuhan.

Untuk menjadi insan kamil, muslim harus menerapkan perilaku iman, islam, dan ihsan, secara baik dan seimbang. Sebab, ketiganya saling berkaitan sehingga tidak boleh ditinggalkan salah satu.

Hubungan Iman, Islam, dan Ihsan dalam Membentuk Insan Kamil

Seseorang yang ingin menjadi insan kamil harus mengikuti jalan iman, Islam, dan ihsan, dengan benar. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menyebutnya sebagai jalan sufi. Ia menjelaskan:

"Jalan sufi adalah shirāthal mustaqīm, yakni menjalankan syariat secara lahiriah, dan menjalankan hakikat secara batiniah. Syariat adalah segala peribadatan yang dijalankan oleh raga, seperti mengucapkan dua kalimah syahadat, mengerjakan salat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadan, menunaikan ibadah haji ke Baitullah, berakhlakul karīmah [berakhlak mulia], dan bagusnya budi pekerti. Adapun hakikat adalah, ketika menjalankan syariat tersebut dibarengi dengan keadaan hati yang selalu mengingat-ingat Allah [disertai zikir khafi, zikir di hati, tidak diucapkan]."

Dalam membentuk insan kamil, seorang muslim harus menerapkan perilaku iman, Islam, dan ihsan, secara menyeluruh. Sebab, hubungan iman, Islam, dan ihsan, saling mempengaruhi dan melengkapi. Berikut ini penjelasannya:

A. Keimanan Insan Kamil

Untuk mencapai insan kamil, keimanan seorang muslim harus diperkokoh. Keimanan yang dimaksud tidak hanya sekadarnya, melainkan sampai tahap benar-benar yakin. Berikut ini menuju keimanan insan kamil:

1. Iman kepada Allah harus ma'rifatun wa tashdiqun

Iman kepada Allah atau ma'rifatun adalah mengenal Allah secara yakin (ma'rifat billah). Sementara itu, tashdiqun maknanya membenarkan bahwa orang yang mengenal Tuhan secara benar ialah Rasulullah saw. Maka dari itu, penjelasan tentang Tuhan harus bersumber dari penjelasan Rasulullah.

2. Iman kepada malaikat-malaikat Allah

Untuk menjadi insan kamil, muslim juga harus meneladani para malaikat yang selalu taat kepada Allah.

3. Iman kepada kitab-kitab Allah

Menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup. Hal tersebut dilakukan sebagaimana orang-orang yang diberi nikmat, yakni mereka yang memilih jalan shirathal mustaqim serta menjadikan Al-Qur'an pedoman, sehingga mati husnulkhatimah.

4. Iman kepada rasul-rasul Allah

Menjadikan rasul sebagai ahli zikir, guru, dan teladan dalam menjalani shiratal mustaqim.

5. Iman kepada hari akhir

Meyakini manusia akan memasuki hari akhir, dan berharap mati husnulkhatimah. Meyakini hari akhir dalam hal ini berarti berikhtiar untuk menyiapkan bekal takwa untuk kehidupan akhirat.

6. Iman kepada qada dan qadar

Perilaku iman kepada qada dan qadar bisa diwujudkan dengan meyakini takdir tuhan, bersyukur atas bertambahnya ibadah, dan amal sosial. Di sisi lain, takut menyalahgunakan kemudahan dari Allah untuk mengumbar nafsu dan syahwat juga termasuk di antaranya. Apabila hidupnya sedang dilanda kesusahan, muslim yang ingin menjadi insan kamil harus tetap disyukuri, bersabar, berikhtiar, dan berdoa untuk melepas kesulitan hidup.

B. Keislaman Insan Kamil

Untuk mencapai insan kamil, harus sungguh-sungguh beribadah dengan benar serta ikhlas. Ibadah berupa rukun Islam harus benar-benar bermakna. Berikut penjelasannya:

1. Mengikrarkan dua kalimat syahadat

Bersaksi bahwa Tuhan yang diimaninya adalah Allah Swt. sehingga dapat mencapai ma'rifat billah. Di samping itu, muslim yang ingin menjadi insan kamil juga diawal dengan ikrar bahwa Nabi Muhammad merupakan Rasulullah, kemudian berguru dan meneladaninya.

2. Mendirikan salat

Dalam membentuk insan kamil, muslim harus mendirikan salat secara khusyuk serta selalu mengingat Allah Swt. Kendati tidak sedang menjalankan salat, muslim hendaknya senantiasa mengingat Allah (salat da'im), sehingga terhindar dari perbuatan keji dan mungkar.

3. Membayar zakat

Menyadari bahwa harta merupakan anugerah dari Allah adalah salah satu upaya mewujudkan insan kamil. Seorang insan kamil hendaknya mudah mengeluarkan zakat dan segala ibadah harta lainnya seperti sedekah dan infak. Selain itu, ia juga mesti memiliki kepedulian sosial yang tinggi.

4. Berpuasa di bulan Ramadan

Puasa tidak hanya menahan haus dan dahaga, melainkan juga sarana untuk meningkatkan ketakwaan bagi muslim yang ingin menjadi insan kamil.

5. Menunaikan ibadah haji ke baitullah

Dalam membentuk insan kamil, seseorang harus menunaikan haji untuk mencapai ma'rifat billah, dengan syarat mampu. Sebagai contoh, wukuf dimaknai sebagai upaya menghentikan segala yang menjadi penghalang mata hati untuk "melihat" Tuhan. Sementara itu, tawaf dimaknai sebagai perjalanan menuju Tuhan.

C. Keihsanan Insan Kamil

Setelah keimanan dan keislaman diperkokoh, keihsanan seseorang akan meningkat. Ihsan akan menghilangkan karakter buruk dalam diri seseorang. Untuk meningkatkan keihsanan menuju insan kamil, seseorang harus melakukan riyadhah (berlatih terus menerus) untuk menapaki makam demi makam.

Makam yang dimaksud adalah karakter inti yang biasa ditempuh kaum sufi dalam perjalanan menuju Tuhan. Urutan makam untuk mencapai insan kamil adalah sebagai berikut:

  1. Taubat
  2. Wara'
  3. Zuhud
  4. Faqir
  5. Sabar
  6. Tawakal

Contoh Hubungan Iman, Islam, dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-hari

Contoh hubungan iman, Islam, dan ihsan dalam kehidupan sehari-hari dapat dipraktikkan secara perlahan-lahan karena tidak mudah. Berikut ini contoh contoh hubungan iman, Islam, dan ihsan:

1. Mengerjakan ibadah salat

Kewajiban syariat mengerjakan salat adalah melakukan gerakan disertai bacaan secara serasi, mulai takbiratulihram hingga salam. Kewajiban hakikatnya ialah menjalankan salat dengan keadaan hati selalu mengingat Allah.

2. Menuntut ilmu

Kewajiban syariat menuntut ilmu adalah perintah Allah dan Rasulullah. Misalnya, menempuh ilmu dengan bersekolah hingga perguruan tinggi. Tujuan mencari ilmu adalah untuk menjalani kehidupan lebih baik, terutama yang berkaitan dengan penerapan perilaku iman, Islam, dan ihsan, secara berkesinambungan, dengan niat karena Allah Swt.

3. Bersedekah

Kewajiban syariat bersedekah adalah memanfaatkan harta pemberian Allah Swt. dengan sebenar-benarnya. Selain itu, bersedekah menjadi ibadah yang mendatangkan pahala besar. Kewajiban hakikat bersedekah adalah selalu mengingat Allah sembari memberikan sedekah.

4. Berpuasa Ramadan

Kewajiban syariat puasa adalah menahan lapar, dahaga, serta berbagai hal yang membatalkannya. Selain itu, puasa Ramadan adalah kewajiban yang harus dikerjakan seorang mukalaf tanpa uzur syar'i. Kewajiban hakikat berpuasa Ramadan ialah selalu mengingat Allah dalam pelaksanaannya.

5. Tadabur alam

Kewajiban syariat tadabur alam adalah melihat kebesaran Allah melalui keindahan alam. Kewajiban hakikat tadabur alam ialah mengingat Allah Swt. ketika melihat alam sekitar, kemudian bersyukur.

Baca juga artikel terkait PENDIDIKAN AGAMA ISLAM atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin