Menuju konten utama

Hubungan Iman, Islam, dan Ihsan dalam Membentuk Insan Kamil

Hubungan iman, Islam, dan ihsan dapat membentuk pribadi insan kamil. Simak penjelasan mengenai integrasi iman, Islam, dan ihsan berikut ini.

Hubungan Iman, Islam, dan Ihsan dalam Membentuk Insan Kamil
Ilustrasi hubungan iman, Islam, dan ihsan. Insan kamil daapt terbentuk melalui integrasi iman, Islam, dan ihsan. foto/istockphoto

tirto.id - Hubungan iman, Islam, dan ihsan dalam membentuk insan kamil begitu erat. Apabila salah satu unsur iman atau Islam tidak lengkap, seseorang tidak akan mencapai tahap ihsan hingga insan kamil.

Mengutip laman Muhammadiyah, insan kamil adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan manusia yang sempurna dalam sisi spiritual, moral, hingga intelektual. Insan kamil kerap dikaitkan dengan tujuan hidup seorang muslim yang berupaya sebagai pria berakhlak mulia, bertakwa, dan memiliki manfaat bagi masyarakat.

Pribadi insan kamil akan terwujud bila seorang muslim menjadikan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebagai teladan dalam hidupnya. Mereka tidak sebatas melakukan ritual ibadah semata, namun juga memberikan perhatian pada aspek sosial, akhlak, hingga etika. Semua aspek tersebut turut disokong dengan integrasi iman, Islam, dan ihsan

Hubungan Antara Iman, Islam, dan Ihsan

Apa hubungan antara iman, Islam, dan ihsan? Ketiganya merupakan tingkatan Islam bagi seorang hamba. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam menerangkannya melalui sebuah hadis panjang riwayat Imam Muslim saat malaikat Jibril menanyakan pengertian Islam, iman, dan ihsan.

Setiap tingkatan tersebut memiliki rukunnya. Islam, misalnya, menjadi pintu pembuka bagi seseorang untuk menjadi muslim. Syaratnya dengan melaksanakan rukun Islam yaitu syahadat, salat, puasa, zakat, dan haji. Seseorang resmi menyandang tingkatkan muslim saat ia bersyahadat lalu menyempurnakannya dengan empat rukun lainnya.

Tingkatan selanjutnya adalah iman. Iman artinya pembenaran. Seorang muslim wajib memiliki keimanan yang membenarkan semua yang ada dalam rukun iman.

Rukun iman meliputi beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, serta takdir baik dan buruk. Semua harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslim. Jika tidak mengimaninya, seorang muslim bisa saja memiliki status keluar dari Islam (kafir).

Seorang muslim yang telah meyakini kebenaran pada semua poin dalam rukun iman dinamakan mukmin. Semua muslim mesti mempunyai kadar keimanan wajib tersebut.

Tingkatan tertinggi dalam Islam adalah ihsan. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam menerangkan ihsan adalah "Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak mampu melihat-Nya, Allah akan melihatmu." (H.R. Muslim).

Dalam tingkatan ihsan, seorang muslim harus menjaga kadar keihsanannya. Langkahnya adakah memperbaiki semua amalannya dengan menjalankannya secara ikhlas kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Ia juga melakukan amalan berdasarkan petunjuk atau tuntunan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Integrasi Iman Islam dan Ihsan dalam Membentuk Insan Kamil

Bagaimana korelasi antara iman, Islam dan ihsan dalam membentuk insan kamil? Insan kamil atau manusia sempurna menurut Islam berjalan menggunakan rel berupa Islam, iman, dan ihsan. Ketiganya saling berkaitan untuk membentuk pribadi muslim yang bertakwa dan sekaligus bermanfaat bagi lingkungannya.

Insan kamil menjadi upaya membuat keseimbangan hubungan seorang hamba dengan Allah, sesama manusia, dan lingkungannya. Jika dikaitkan dengan Islam, iman, dan ihsan, insan kamil setidaknya memenuhi kadar dipersyaratkan dalam ketiga tingkatan Islam tersebut.

1. Keislaman insan kamil

Insan kamil dalam tingkatan Islam memiliki kadar atau batasan wajib yang harus dipenuhi untuk mendukung keislamannya. Oleh sebab itu, insan kami mesti melaksanakan rukun Islam yang dimulai dari bersyahadat.

Syahadat adalah ikrar seseorang untuk menjadi Islam dengan bersaksi bahwa Allah adalah tuhan yang berhak disembah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Syahadat diyakini maknanya dalam hati dan harus diucapkan secara lisan. Persaksian ini pula yang menjadi sandaran bahwa setiap kepada harus dilakukan ikhlas karena Allah dan tata cara sesuai yang dituntunkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Jalan pertama menjadi insan kamil terpenuhi ketika ia bersyahadat. Selanjutnya, pribadi insan kamil bisa menjalankan rukun Islam lainnya yaitu salat, puasa, zakat, dan haji.

Kendati demikian, jika ada bagian dari rukun Islam yang belum bisa ditunaikan akan membuat seorang muslim menjadi kafir. Kadar wajib dalam rukun islam ini ada dua yang tidak boleh ditinggalkan yakni syahadat dan salat. Adapun puasa, zakat, dan haji memiliki ketentuan tersendiri saat belum bisa dilaksanakan beserta balasan jika meninggalkannya tanpa alasan sesuai syariat.

2. Keimanan insan kamil

Insan kamil memiliki keimanan sebagaimana disebutkan dalam rukun iman yang jumlahnya enam. Rukun iman terdiri dari iman kepada Allah, malaikat Allah, kitab-kitab Allah, rasul-rasul Allah, hari kiamat, serta takdir baik dan buruk.

Ada batasan wajib yang harus dipenuhi bagi insan kamil. Kaitannya dengan iman kepada Allah, ia meyakini Allah sebagai Tuhan, pencipta, dan pengatur alam semesta. Allah menjadi satu-satu Zat yang berhal diibadahi. Allah memiliki nama dan sifat kebaikan sempurna yang tidak boleh ditolak oleh setiap muslim seluruh atau sebagiannya.

Selain itu, iman pada malaikat Allah memiliki batasan bawah setiap muslim meyakini Allah mempunyai malaikat sebagai pembantunya yang diberikan tugas-tugas tertentu. Jumlah malaikat sangat banyak dan hanya Allah yang tahu pastinya.

Adapun batasan wajib iman pada kitab-kitab Allah yaitu mengimani bahwa kitab telah diberikan kepada rasul yang dikehendaki Allah. Kitab tersebut menjadi firman Allah. Penyempurna kitab-kitab tersebut adalah Al-Qur'an yang menjadi pedoman hidup setiap muslim.

Selanjutnya, batasan iman kepada para rasul yaitu Allah telah mengutus rasul untuk hamba-Nya agar mendapatkan jalan hidup yang benar. Tidak ada rasul lagi setelah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Batasan wajib beriman pada hari kiamat adalah mengimani bahwa Allah akan mendatangkan hari akhir. Saat itu semua makhluk hidup mati dan Allah membangkitkan manusia kembali untuk mempertanggungjawabkan setiap amalan mereka di dunia.

Terakhir, insan kamil juga meyakini terhadap adanya takdir baik dan buruk, Semua hal yang belum terjadi sudah dicatat di Lauhul Mahfuzh. Semua kehendak Allah pasti akan terjadi termasuk terkait perbuatan hamba-Nya.

3. Keihsanan insan kamil

Pribadi insan kamil menjadikan ihsan sebagai upaya untuk menjaga diri agar tetap lurus dalam setiap tindakan. Ia akan memilih perbuatan-perbuatan yang bernilai akhlak mulia.

Alasannya, insan kamil akan menerapkan konsep ihsan yang menjalankan ibadah untuk Allah seakan-akan melihat-Nya. Kalaupun hal itu tidak bisa dilakukan, ia merasa bahwa setiap ibadah termasuk perbuatannya akan diawasi langsung oleh Allah.

Tingkatan ihsan terbagi atas musyahadah dan muraqabah. Tingkatan musyahadah artinya beribadah seakan-akan melihat Allah. Maknanya bukan melihat zat Allah, namun memahami sifat-sifat-Nya. Saat semua hamba meyakini sifat-sifat Allah, ia akan memahami semua tanda kekuasaan Allah tampak pada semua sifat tersebut.

Adapun tingkatan muraqabah yaitu seseorang beribadah dan merasa diperhatikan oleh Allah. Dengan begitu, insan kamil akan senantiasa memperbagus segala bentuk ibadahnya karena merasa takut sekaligus berharap amalannya diterima Allah.

Insan kamil bukan lantas diartikan telah menjadi manusia sempurna sampai-sampai tidak perlu lagi beribadah karena mencapai tingkatan makrifat. Ia akan memenuhi segala bentuk aturan yang diajarkan Islam. Ia berusaha menjaga hubungan baik dengan Allah, sesamanya, dan lingkungannya.

Bagaimana kaitan antara iman, Islam, dan ihsan diibaratkan dengan suatu bangunan? Persamaan iman, Islam, dan ihsan yaitu menjadikan Allah sebagai tujuan utama serta saling melengkapi. Integrasi iman, Islam, dan ihsan membentuk konsep tauhid dalam Islam lebih mendalam.

Contoh Hubungan Iman, Islam, dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-hari

Contoh hubungan iman, Islam, dan ihsan dalam kehidupan sehari-hari dapat dipraktikkan secara perlahan-lahan karena tidak mudah. Berikut ini beberapa contohnya:

1. Mengerjakan ibadah salat

Kewajiban syariat mengerjakan salat adalah melakukan gerakan disertai bacaan secara serasi, mulai takbiratulihram hingga salam. Kewajiban hakikatnya ialah menjalankan salat dengan keadaan hati selalu mengingat Allah.

2. Menuntut ilmu

Kewajiban syariat menuntut ilmu adalah perintah Allah dan Rasulullah. Misalnya, menempuh ilmu dengan bersekolah hingga perguruan tinggi. Tujuan mencari ilmu adalah untuk menjalani kehidupan lebih baik, terutama yang berkaitan dengan penerapan perilaku iman, Islam, dan ihsan, secara berkesinambungan, dengan niat karena Allah Swt.

3. Bersedekah

Kewajiban syariat bersedekah adalah memanfaatkan harta pemberian Allah subhanahu wa ta'ala dengan sebenar-benarnya. Selain itu, bersedekah menjadi ibadah yang mendatangkan pahala besar. Kewajiban hakikat bersedekah adalah selalu mengingat Allah sembari memberikan sedekah.

4. Berpuasa Ramadan

Kewajiban syariat puasa adalah menahan lapar, dahaga, serta berbagai hal yang membatalkannya. Selain itu, puasa Ramadan adalah kewajiban yang harus dikerjakan seorang mukalaf tanpa uzur syar'i. Kewajiban hakikat berpuasa Ramadan ialah selalu mengingat Allah dalam pelaksanaannya.

5. Tadabur alam

Tadabur alam adalah melihat kebesaran Allah melalui keindahan alam. Kewajiban hakikat tadabur alam ialah mengingat Allah subhanahu wa ta'ala ketika melihat alam sekitar, kemudian bersyukur.

Baca juga artikel terkait PENDIDIKAN AGAMA ISLAM atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Edusains
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin
Penyelaras: Ilham Choirul Anwar