tirto.id - Huawei mendukung transformasi digital Indonesia pada tiga sektor kunci yaitu jasa keuangan, energi dan transportasi.
"Digitalisasi di ketiga sektor itu dapat direalisasikan dengan tiga strategi yaitu inklusi keuangan melalui Branchless Banking, optimalisasi penggunaan energi dan produktifitas dengan Smart Grid, serta penguatan manajemen dan peningkatan keamanan aset strategis lewat Smart Airport,” kata Executive Product Manager Huawei Indonesia, Arri Marsenaldi, dikutip dari rilis yang diterima Tirto.
Menurut Arri dalam hal inklusi keuangan, Indonesia telah berada di jalur yang tepat lewat program Gerakan Nasional Non Tunai dan Laku Pandai yang didorong oleh regulator industri perbankan dan keuangan.
Perusahaan teknologi asal Cina ini sejak 2016 telah dipercaya sebagai mitra transformasi digital beberapa bank terkemuka di Indonesia lewat dukungan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi.
“Dengan demikian kehadiran solusi branchless banking menjadi semakin relevan untuk mendukung inklusi keuangan sekaligus mendorong transformasi digital di sektor jasa keuangan,” katanya. Sebagai ilustrasi, Arri mencontohkan bahwa untuk mengoperasikan satu cabang tradisional dibutuhkan biaya Rp3,6 miliar per bulan, itu pun dengan layanan operasi yang terbatas pada hari kerja Senin-Jumat.
“Operasional branchless banking membutuhkan sekitar 600 juta rupiah per unit agen bank + ATM per tahun, dengan waktu layanan 24 jam setiap hari. Jika dibandingkan, dengan anggaran belanja modal yang sama, ekspansi satu bank bisa melakukan pembukaan 50 cabang baru setiap tahun atau menambah 1.000-5.000 agen bank + ATM per tahun,” katanya.
Fokus berikutnya adalah terkait optimalisasi penggunaan energi listrik lewat Smart Grid. Pemerintah Indonesia lewat Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018-2027 telah menargetkan untuk membangun pembangkit listrik baru berkapasitas 56 GW dengan porsi energi baru terbarukan (EBT) mencapai lebih dari 23 persen hingga 10 tahun ke depan.
Smart Grid adalah suatu konsep tata kelola energi listrik berbasis teknologi, informasi dan komunikasi yang menyeluruh mulai dari pembangkit, transmisi, distribusi, hingga pelanggan. Dalam konsep Smart Grid, pola penggunaan listrik pelanggan dapat dijadikan tolok ukur untuk mengoptimalkan pasokan dan permintaan energi listrik sehingga manajemen transfer energi listrik akan berjalan dengan efisien.
“Efisiensi dalam tata kelola energi listrik ini akan berdampak terhadap pemerataan akses terhadap energi sehingga pemenuhan kebutuhan akan pasokan listrik yang terus meningkat, terutama di luar Pulau Jawa dapat teratasi,” kata Arri.
Lebih lanjut Arri mengatakan bahwa tata kelola energi listrik berbasis pencatatan manual sangat rentan dengan kesalahan dan mengakibatkan banyak daya yang tersia-siakan sehingga efisiensi manajemen energi akan sulit dicapai.
Fokus berikutnya yaitu penguatan manajemen transportasi berbasis digital dengan konsep Smart Airport. Berdasarkan data Bank Dunia, penumpang transportasi udara Indonesia telah meningkat lebih dari 10 kali lipat dari 8 juta penumpang pada 1999 menjadi 96,6 juta penumpang pada tahun 2016.
BPS juga mencatat jumlah penumpang domestik dan internasional Indonesia sepanjang tahun 2017 telah mencapai 128 juta penumpang, meningkat 9,5 persen dari tahun sebelumnya.
“Tren pertumbuhan penumpang transportasi udara ini harus disikapi sebagai tantangan untuk melakukan transformasi digital, terutama dari segi peningkatan pelayanan, keamanan dan manajemen di bandara,” kata Arri.
Huawei sendiri telah bekerja sama dengan sejumlah perusahaan terkemuka dunia dan terus menjajaki dan mengembangkan praktik terbaik dalam hal transformasi digital, sekaligus menyarikan pengalaman yang terbaik dan membaginya dengan sesama pelaku usaha maupun pelanggan, termasuk sejumlah perusahaan yang tergabung dalam kelompok Global Fortune 500.
Editor: Yantina Debora