Menuju konten utama

Hari Sumpah Pemuda, Mahasiswa-Buruh Kembali Turun Ke Jalan

Buruh dan mahasiswa kembali turun ke jalan menolak ReformasiDikorupsi, bertepatan dengan hari sumpah pemuda.

Hari Sumpah Pemuda, Mahasiswa-Buruh Kembali Turun Ke Jalan
Barisan Kasbi membentuk pagar hidup yang membatasi para massa aksi dari mahasiswa dan pelajar dalam aksi Reformasi Dikorupsi pada Senin (30/9/19) di Jalan Gatot Soebroto, Jakarta. tirto.id/Hafitz Maulana

tirto.id - Ribuan buruh dan mahasiswa kembali turun ke jalanan Jakarta, Senin (28/10/2019), bertepatan dengan hari sumpah pemuda. Mereka akan menggelar long march dari Bundaran HI ke Istana Merdeka karena tuntutan aksi #ReformasiDikorupsi tidak dipenuhi.

"Ada Gebrak (Gerakan Buruh untuk Rakyat), ada pelajar, juga mahasiswa dari berbagai aliansi. Dari Borak (Border Rakyat) juga turun," anggota Borak Natado Putrawan menjelaskan siapa saja yang turun aksi saat dihubungi pada Senin (28/10/2019).

Rencananya demonstrasi akan dihadiri sekitar 7.000 buruh dan 1.000-2.000 massa Borak.

Massa Borak sendiri terdiri dari mahasiswa dari sejumlah kampus, yakni Universitas Moestopo, Universitas Pasundan, Universitas Parahyangan, Universitas Mpu Tantular, ISTN, dan Universitas Al Azhar Indonesia.

Dalam aksi ini massa masih membawa tujuh tuntutan #ReformasiDikorupsi. Borak sendiri membawa empat tuntutan tambahan, pertama ialah menolak "Kantor Polisi Kuningan" alias menolak Irjen pol Firli Bahuri sebagai Ketua KPK periode 2019-2023.

Alasannya, kata Natado, KPK dibentuk lantaran kepolisian dan aparat penegak hukum lain gagal dalam memberantas korupsi.

"Namun hari ini ketika polisi yang akan memimpin KPK maka kami menolak keberadaan kantor polisi kuningan," kata Natado.

Mereka pun menolak Kabinet Indonesia Maju yang baru dilantik Presiden Joko Widodo beberapa tahun lalu, sebab sejumlah menteri memiliki catatan terkait kejahatan hak asasi manusia. Misalnya saja Prabowo Subianto dan mantan Kapolri Tito Karnavian.

"Tito Karnavian karena dia bertanggungjawab atas lima teman kami yang martir dalam aksi represif september kemarin," kata Natado.

Tuntutan ketiga ialah membebaskan ruang ekspresi masyarakat yang kian menyempit. Hal itu, kata Natado, bisa dilihat dari tindakan pengelola perguruan tinggi yang mencegah mahasiswa berunjuk rasa.

Terakhir, mereka menuntut dibentuknya Tim Pencari Fakta atas tewasnya lima orang dalam aksi September lalu.

Selain di Jakarta, aksi serupa digelar di Malang, Makassar, Yogyakarta, dan Gresik.

Baca juga artikel terkait DEMO MAHASISWA atau tulisan lainnya dari Mohammad Bernie

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Rio Apinino