Menuju konten utama

Hallyu Bukan Lagi Milik Korea?

Para akademisi Korea Selatan mengemukakan bahwa fenomena Hallyu, fenomena menyebarnya budaya pop Korea Selatan ke seluruh dunia yang awalnya berasal dari Korea Selatan telah berubah menjadi sesuatu yang lebih global.

Hallyu Bukan Lagi Milik Korea?
K-Pop Dance yang merupakan tarian modern khas Korea pada acara Friendship Festival Korea-Indonesia 2014 di Jakarta. ANTARA FOTO/Vitalis Yogi Trisna

tirto.id - Para akademisi Korea Selatan mengemukakan bahwa fenomena Hallyu (fenomena menyebarnya budaya pop Korea Selatan ke seluruh dunia) yang awalnya berasal dari Korea Selatan, telah berubah menjadi sesuatu yang lebih global.

"Saat ini Hallyu hanyalah istilah lama. Saat ini banyak fenomena sudah tidak lagi sesuai dengan definisi lama tentang hallyu dan lebih dijelaskan oleh pencampuran budayanya,” demikian pernyataan dari Jang Soo Hyun, profesor Industri Kebudayaan Asia Timur Laut dari Universitas Kwangwoong, Seoul, dalam artikel yang dimuat dalam "Setelah Hallyu: Pengaruh dan Tantangan", seperti dikutip dari kantor berita Antara, Kamis, (10/3/2016).

Profesor Jang mengaitkan pernyataannya tersebut dengan fakta meningkatnya kerjasama antara aktor-aktor dunia hiburan dari Korea dengan negara-negara lain seperti China dan Amerika Serikat.

Hal ini dikemukakan oleh lembaga Administrasi Bisnis Kecil dan Menengah Korea Selatan bahwa para investor China telah memberikan tiga triliun won ke sektor permainan, perfilman dan hiburan korea Selatan dalam lima tahun terakhir.

Beberapa contoh kolaborasi yang dianggap ‘mengaburkan’ warna Korea dari Hallyu antara lain kerjasama Perusahaan Yedang dari Korea Selatan dengan Banana Project dari China, atau lagu milik girlband 4minute yang musiknya dibuat oleh DJ Skrillex asal Amerika.

Pengaruh Hallyu telah melampaui batas-batas negara bahkan benua, seperti yang terlihat dari fakta bahwa remaja-remaja wanita di seluruh Amerika Serikat, Eropa, dan Timur Tengah mendengarkan boyband Big Bang atau mengikuti acara tahunan KCON (festival K-POP).

Profesor Lee Sang hoon yang memimpin penerbitan “Setelah Hallyu” berpendapat bahwa alasan utama dari mengglobalnya K-POP adalah keberhasilannya dalam mengidentikkan diri dengan para penikmatnya.

"Satu alasan mengapa musik dan drama pop Korea populer karena seluruh orang dengan usia, jenis kelamin dan kewarganegaraan apapun dapat dihubungkan," ujarnya dalam wawancara dengan kantor berita Yonhap dalam sebuah wawancara pada Senin, (7/3/2016).

"Jika Hallyu hanya tentang Korea semata, Ia tidak akan sepopuler ini," Lee menekankan. "Melewati batasan. Orang-orang di seluruh dunia dapat menghubungkan apa yang dulunya kita pikir sebagai 'perasaan korea'," tambah professor Jang.

"Hallyu saat ini seperti aliran air yang telah meninggalkan tempat asalnya dan bersatu dengan yang lainnya dari seluruh dunia," tulisnya. "Sekarang merupakan bagian dari kumpulan air dimana hal yang bernama kewarganegaraan itu tidak ada," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait GLOBALISASI atau tulisan lainnya

Reporter: Putu Agung Nara Indra