Menuju konten utama

Gerindra akan Lakukan Kunjungan ke Amien Rais

Partai Gerindra akan melakukan komunikasi dengan tokoh agama, tokoh buruh, ataupun tokoh ormas, salah satunya dengan Amien Rais.

Gerindra akan Lakukan Kunjungan ke Amien Rais
Mantan Ketua Umum PAN, Amien Rais. Antara foto/Regina Safri.

tirto.id - Selain melakukan pertemuan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Partai Gerindra juga merencanakan untuk membangun komunikasi politik dengan berbagai partai politik dan tokoh masyarakat lainnya, salah satunya dengan Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono mengatakan, selain dengan Amien Rais, partainya juga akan melakukan komunikasi dengan tokoh agama, tokoh buruh, ataupun tokoh organisasi masyarakat (Ormas). Namun, terkait pertemuan dengan Amien, pihaknya masih belum menentukan tanggal dan tempat pertemuan.

“Bisa saja ketemu di rumahnya [Amien Rais], kantor PAN atau di mana saja. Yang pasti kita akan melakukan agenda roadshow ke berbagai pihak yang menjadi stakeholder pemilu negara ini. Bisa juga ke NU, Muhammadiyah, KWI, untuk mengatakan bahwa undang-undang pemilu ini jika dilaksanakan, itu adalah pemilu yang inkonstitusional. Terutama di dalam pilpresnya,” papar Arief.

Meski konteks pertemuan itu untuk menggalang pendapat dalam penolakan Undang-undang Pemilu (UU Pemilu), Arif menepis anggapan bahwa penolakan UU Pemilu ini adalah usaha untuk mempermudah langkah Prabowo dalam pemilu presiden (Pilpres) 2019 mendatang. Menurut Arief, Prabowo sendiri tidak memaksakan diri untuk menjadi calon presiden, tetapi para kader lah yang sepakat untuk mengusung Prabowo.

“Itu masih jauh. Itu salah. Jadi begini, bukan Pak Prabowo yang berambisi. Yang berambisi itu kadernya Gerindra (agar) Prabowo jadi presiden. Ya saya, kader Gerindra yang berambisi. Prabowo enggak akan mau maju kalau kadernya dan rakyat tidak menginginkan dia untuk maju,” pungkasnya.

Baca juga:

Lebih lanjut, Arief juga mengatakan Gerindra akan mengundang SBY ke kediaman Prabowo di Hambalang. Terkait isi pembicaraan pertemuan Prabowo dan SBY kemarin, kedua tokoh banyak membicarakan tentang UU pemilu dengan ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold 20 persen. Hal itu yang nantinya akan terus menjadi sorotan dari Partai Demokrat dan Gerindra.

“Tentang yang paling krusial itu UU Pemilu dengan PT (presidential threshold) 20 persen. Kita melihatnya sebuah pelanggaran konstitusi bagi rakyat. Rakyat kehilangan hak konstitusinya, terutama rakyat yang jadi pemilu pemula pada 2019 nanti. Di mana pemilih pemula kehilangan haknya mengusung orang jadi capres. Karena PT yang digunakan, tahun 2014. Hasil pemilu 2014. Artinya pemilih pemula itu bukan bagian dari pemilih 2014,” katanya.

“Mudah-mudahan UU pemilu ini tidak menjadi sebuah ledakan di masyarakat seperti kasusnya Ahok. Karena saya sendiri sudah mengkonsolidasikan pemilih-pemilih pemula untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintahan ini (UU pemilu PT 20 persen),” lanjut Arif.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa sampai saat ini Partai Gerindra masih fokus untuk berjuang melalui tahapan koridor hukum. Meski tidak bisa melakukan judicial review (JR), Gerindra akan menyokong para pemilih pemula untuk berjuang melakukan judicial review ke pihak berwenang.

“Partai enggak bisa lakukan JR. Kita akan mendukung kelompok masyarakat. Ada beberapa yang udah. Pak Yusril (Ihza Mahendra) sudah. Kami mendorong pemilih pemula yang akan lakukan JR. Baik ke MK (Mahkamah Konstitusi) dan juga PN (Pengadilan Negeri,” pungkas Arief.

Baca juga artikel terkait PARTAI GERINDRA atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto