Menuju konten utama

Duet Prabowo-SBY di Pilpres 2019 Tantangan Berat Bagi Jokowi

"Kalau Prabowo dan SBY yang mau dijadikan paket, 2019 nanti akan menjadi menarik. Akan menjadi tantangan yang cukup berat bagi Jokowi," kata Boni Hargens.

Duet Prabowo-SBY di Pilpres 2019 Tantangan Berat Bagi Jokowi
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberikan keterangan pers seusai mengadakan pertemuan tertutup di Puri Cikeas, Kamis (27/7). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

tirto.id - Duet antara Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2019 akan menjadi tantangan serius bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam memenangkan suara.

"Kalau Prabowo dan SBY yang mau dijadikan paket, 2019 nanti akan menjadi menarik. Akan menjadi tantangan yang cukup berat bagi Jokowi," kata pengamat politik Boni Hargens di kawasan Bukit Duri, Jakarta Selatan, Jumat (28/7/2017).

Boni mengatakan, apabila Prabowo-SBY satu suara melawan Jokowi di Pilpres 2019, maka akan terlihat blok-blok secara ideologi dan peristiwa serupa seperti pada Pilpres 2014.

"Saya kira ini juga akan membuat kontestasi menjadi lebih menarik karena blok-bloknya akan kelihatan secara ideologi. Ini akan mengulang peristiwa 2014. Kalau Prabowo dan SBY satu paket melawan Jokowi dengan siapapun wakilnya," kata dia dikutip dari Antara.

Namun, Jokowi akan menang telak apabila Prabowo berdampingan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Menurut Boni, AHY masih terlalu lemah baik dari sisi sosial, politik maupun pribadi. Bahkan dia menyebut Agus belum teruji.

Baca:

"Jika itu terjadi Jokowi akan menang telak. Karena situasinya posisi Agus masih terlalu lemah. Baik secara sosial, politik maupun pribadi karena probabilitasnya belum teruji. Maka butuh pembelajaran dan proses pematangan yang cukup," pungkas Boni.

Sebelumnya, SBY dan Prabowo menyatakan telah sepakat menjalin kerjasama untuk mengawasi kinerja pemerintahan Jokowi-JK.

"Sejumlah hal kami bahas dan diskusikan dalam pertemuan malam ini. Yang jelas kami bersepakat akan terus mengawal negara ini. Mengawal perjalanan bangsa Indonesia dalam kapasitas kami dari posisi kami. Agar negara ini, perjalanan bangsa ini, mengarah pada arah yang benar," kata SBY dalam konferensi pers setelah pertemuannya dengan Prabowo, di Puri Cikeas, Kamis (27/7/2017).

SBY menyatakan pengawasan tersebut dilakukan karena dirinya menganggap pemerintahan sekarang sudah melewati batas dan mulai abuse of power.

"Kami harus memastikan bahwa penggunaan kekuasaan oleh para pemegang kekuasaan itu tidak melampaui batas. Sekarang cross the line, sehingga masuk yang disebut abuse of power. Banyak pelajaran di dunia termasuk di negeri kita manakala kekuasaan melampaui batasnya rakyat akan memberikan koreksi," kata SBY.

"Saya harus mengatakan bahwa power must not go uncheck," tegas SBY.

Adapun langkah pengawasan tersebut, menurut Presiden RI ke-6 ini, terdapat dua langkah. Pertama langkah kerjasama politik antara Gerindra dan Demokrat. Lalu, kedua gerakan moral.

"Kami juga bersepakat tadi untuk meningkatkan komunikasi dan kerjasama, sah. Meskipun tidak dalam bentuk koalisi. Karena kita kenal KIH dan KMP pun sudah alami pergeseran dan perubahan. Maka kami memilih tidak perlu lah harus membentuk yang dinamakan koalisi. Yang penting kita tingkatkan komunikasi dan kerjasama,” kata SBY.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2019 atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Reporter: Alexander Haryanto
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto