tirto.id - Empat partai politik yang menyebut diri Koalisi Cikeas dengan gagah berani mengusung Mayor Inf Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Agus dipasangkan dengan Sylviana Murni, Deputi bidang Kebudayaan dan Pariwisata Pemprov DKI Jakarta. Ketika nama pasangan ini muncul, banyak yang mengernyitkan dahi.
Tidak sedikit yang menyebut koalisi ini terlalu percaya diri untuk bisa menantang pasangan Ahok - Djarot. Agus - Sylviana dianggap bukan lawan politik yang sepadan buat sang petahana . Keputusan ini sungguh disayangkan karena dianggap akan mengakhiri karier Agus yang sedang cemerlang di TNI.
“Memang bakal habis karier militernya, tapi kan dia (Agus) ganti karier politik. Mungkin juga sudah mentok kan kariernya di militer,” kata Medrial Alamsyah, Direktur Eksekutif Study For Indonesia kepada tirto.id, pada Jumat (23/9/2016).
Kabar yang beredar, belakangan Agus sudah tak lagi nyaman meniti karier di militer. Apalagi setelah SBY tak lagi berkuasa, muncul tekanan dari kelompok-kelompok yang selama ini dikenal kurang bersahabat dengan SBY. Sebut saja mereka yang dekat dengan Hendropriyono atau mereka yang dekat Luhut Binsar Pandjaitan. Sejak 2013, Agus sebenarnya sudah mulai mengeluh soal kejenuhannya tersebut. Namun dia disarankan bertahan hingga pangkat kolonel.
Berbagai tekanan tadi muncul, mengingat berbagai privilege yang seolah diterima Agus saat SBY berkuasa. Sebut saja bagaimana lulusan Akademi Militer (Akmil) 2000 itu bisa mengenyam berbagai pendidikan militer maupun bisnis di sepanjang kariernya. Belum lagi berbagai penugasan elite yang diembannya.
Saat ini, Mayor Agus menyandang tiga gelar master yakni MSc, MPA dan MA. Untuk bidang militer misalnya, pada 2006, Agus sukses menamatkan studi di Institute of Defence and Strategic Studies, Nanyang Technological University, Singapura. Kemudian pada 2015, mengenyam pendidikan di US Army Command and General Staff College (CGSC), Fort Leavenworth, Kansas, Amerika Serikat.
Untuk bidang bisnis, suami Annisa Pohan itu berhasil meraih gelar Master of Public Administration (MPA) dari John Kennedy School of Government, Amerika Serikat, tahun 2010. Sementara gelar Master of Arts (MA) di bidang Leadership and Management diperoleh dari George Herbert Walker School of Business and Technology, Webster University di tahun 2015.
Terlepas dari berbagai gelar yang diraih, Agus memang sosok cemerlang. Dia menyabet Adhi Makayasa sebagai lulusan terbaik Akmil tahun 2000. Setelah itu, juga menjadi lulusan terbaik di sejumlah pendidikan militer. Sebut saja Kursus Dasar Petugas Infanteri pada 2001, Kursus Intelijen Tempur pada 2001, Kursus Petugas Operasi Batalyon di 2004, atau Kursus Manuver Karier Kapten di Fort Benning, AS pada 2011.
Berbekal berbagai prestasi, Agus yang saat ini menjadi Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203/Arya Kemuning, Kodam Jaya, dipercaya mengemban berbagai penugasan yang membanggakan. Sebut saja menjadi anggota Kontingen Garuda XXIII yang tergabung dalam Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon pada 2006-2007.
Demi Politik Dinasti
Lalu bagaimana karier Agus di militer pasca dicalonkan oleh Koalisi Cikeas yang terdiri dari Partai Demokrat, PAN, PKB, dan PPP?
Sesuai aturan yang tercantum di dalam UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, seorang anggota TNI yang mencalonkan diri (dalam Pilkada) harus mengajukan permohonan pengunduran diri.
Menurut Panglima TNI Gatot Nurmantyo, TNI sedang memproses permohonan pengunduran diri Agus. Sesuai aturan yang berlaku, juga bakal dilakukan proses pemberhentian dengan hormat untuk Agus.
Namun, Gatot sempat menyayangkan keputusan Agus. Pasalnya, kariernya di TNI dinilai masih sangat menjanjikan. Menurut Gatot, saat masih menjabat KSAD, dirinya pernah membuat program mereformasi TNI dan mengumpulkan berbagai angkatan muda untuk dipersiapkan menjadi pimpinan TNI.
“Agus termasuk salah satunya. Ia kader yang dipersiapkan," kata Gatot, di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, pada Jumat (23/9/2016). Prestasi akademis Agus selama menempuh pendidikan di Akmil belum ada yang bisa menandingi. Dia lulusan terbaik dengan nilai teratas di tiga aspek penting dalam pendidikan militer, yakni mental, fisik dan intelektual.
Namun tampaknya nasi sudah menjadi bubur. Agus lebih memilih jalur politik dibanding militer untuk masa depannya. Pada Jumat dini hari, di rumah orang tuanya di Cikeas, Agus dideklarasikan menjadi calon gubernur DKI Jakarta didampingi Sylviana Murni.
Siapa yang sebenarnya memunculkan nama Agus?
Partai Demokrat menyatakan bahwa nama Agus justru diusulkan oleh partai-partai lain anggota Koalisi Cikeas. "Yang mengangkat nama Pak Agus bukan Pak SBY, tapi partai yang lain. Pak SBY sempat break dalam rapat untuk koordinasi dengan keluarga," ujar Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta, Nachrowi Ramli, pada Jumat (23/9/2016).
Namun, hal berbeda disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal DPP PPP, Arwani Thomafi, bahwa nama Agus justru dimunculkan oleh para elite Partai Demokrat sejak tiga minggu sebelum dilakukan pertemuan di Cikeas, pada Rabu (21/9/2016).
Menurut Medrial Alamsyah, munculnya Agus bisa dibaca sebagai upaya SBY demi melanjutkan politik dinasti. “SBY selama ini memperlakukan partai seperti milik keluarga. Sekarang ketua umum dia, dulu anaknya (Ibas) sekjen. Jadi bagi dia, Demokrat ya milik SBY,” katanya.
Masih menurut Medrial, SBY agaknya menganggap Ibas gagal untuk disiapkan jadi pemimpin dan kemudian menggantinya dengan Agus. Jadi untuk saat ini, Agus dimunculkan agar mulai memiliki curriculum vitae (CV) di politik. Menjadi calon gubernur DKI merupakan sesuatu yang keren. Apalagi tidak mudah menjadi calon gubernur DKI. Artinya, hanya menjadi batu lompatan agar Agus mulai dikenal orang.
“Partai Demokrat bakal diberikan kepada Agus untuk berkiprah di politik. Bisa jadi kita bicara 2019 atau 2024. Dia kan masih muda. Kalah atau menang, bagi SBY kalah adalah investasi jangka panjang,” katanya.
Kalaupun masih berharap dalam Pilkada DKI Jakarta, SBY agaknya memiliki keyakinan dan hitungan bahwa namanya masih berpengaruh. Juga adanya kemungkinan banyak pemilih di Jakarta yang bosan dengan wajah lama. Seperti dulu ketika banyak pemilih yang bosan dengan petahana Fauzi Bowo dan lebih memilih Jokowi pada Pilkada DKI Jakarta 2012. “Ini yang yakin kan bukan orang sembarangan lho, tapi SBY seorang ketua partai besar,” kata Medrial.
Pilihan sudah dibuat. Agus dan Sylviana harus melawan pasangan petahana Ahok - Djarot yang diunggulkan dan juga Anies Baswedan - Sandiaga Uno yang tak kalah besar basis massanya. Siapa pemenangnya? Warga DKI Jakarta yang akan menentukan pada 2017 mendatang.
Penulis: Kukuh Bhimo Nugroho
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti