Menuju konten utama

Geria Satria Denpasar Gelar Pameran Keramik Era Cina Kuno

Geria Satria Denpasar akan menyelenggarakan pameran keramik antik peninggalan Dinasti Song, Yuan, Ming, dan Qin dari Cina dan benda-benda seni dari jaman Mataram Kuno mulai Sabtu 16 April mendatang.

Geria Satria Denpasar Gelar Pameran Keramik Era Cina Kuno
(Ilustrasi) Pengunjung mengamati sejumlah koleksi keramik tua di Museum Nasional, Jakarta, Rabu (23/3). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa.

tirto.id - Geria Satria Denpasar akan menyelenggarakan pameran keramik antik peninggalan Dinasti Song, Yuan, Ming, dan Qin dari Cina dan benda-benda seni dari jaman Mataram Kuno mulai Sabtu 16 April mendatang. Pameran ini bertujuan untuk meluaskan khazanah kebudayaan untuk masyarakat lokal dan internasional.

"Pameran keramik antik digelar di Venue Geria Satria, mulai Sabtu, 16 April mengetengahkan sekitar 600 biji keramik antik. Ada juga patung gajah yang berasal dari zaman Mataram Kuno. Jika pada hari-hari biasa ada masyarakat atau wisatawan mancanegara ingin melihat koleksi kami, bisa menghubungi untuk konfirmasi waktu," ujar Ida Bagus Mayun, kolektor keramik antik di Kota Denpasar, Senin, (4/4/2016).

Gus Mayun, begitu ia akrab disapa, menyatakan bahwa pameran ini baru pertama kali diselenggarakanya, setelah sebelumnua berbagai koleksi barang antik miliknya hanya disimpan dan dirawat secara pribadi.

"Keramik itu saya kumpulkan sejak tahun 1973. Ketertarikan saya dengan keramik antik ini sebenarnya tidak disengaja. Dulu saya bekerja sebagai 'guide' dan sering mengantar tamu asal Switzerland yang minta diantarkan untuk berburu keramik antik," ujarnya.

Gus Mayun mengaku baru memahami nilai dari keramik antik setelah mempelajari buku referensi. Dahulu, menurutnya, keramik merupakan benda berkelas mewah, karena memiliki bentuk beraneka ragam, pahatan simbolnya dan pesan yang diguratkan tergolong unik dan sering dipergunakan sebagai perangkat makan atau minum yang eksklusif.

Menurut dia, keramik sering disebut sebagai harta karun dari Tiongkok, yang selalu dibawa kapal dagang sejak dahulu kala. Hal ini membuat kapal dagang Tiongkok yang tenggelam di suatu perairan menjadi bahan buruan karena harganya luar biasa mahal.

Keramik pada masa itu, menurut Gus Mayun, adalah benda berkelas mewah, karena memiliki bentuk beraneka ragam, pahatan simbolnya dan pesan yang diguratkan tergolong unik dan sering dipergunakan sebagai perangkat makan atau minum yang eksklusif.

"Di Indonesia, yang dikoleksi umumnya berupa porselin antik Tiongkok yang berasal dari Dinasti Song (960-1279), Yuan (1280-1368), Ming (1644-1912) dan Qing (1644-1912)," ujarnya.

Keramik antik itu, ujar Gus Mayun, memiliki kewibawaan tersendiri, mengingat pada zamannya, seniman tidak sembarangan dalam melakukan proses penciptaan. Selain bahan-bahannya pilihan, juga ketika membuat keramik, seniman memilih hari-hari tertentu. Hal ini membuat sebuah keramik tidak bisa diciptakan dalam tempo singkat, melainkan bisa sampai berbulan-bulan agar mencapai kesempurnaan hasil.

"Makanya ketika tercipta sebuah karya keramik, hasilnya pun mengagumkan dan memiliki wibawa sendiri yang memancar. Bahkan, menurut survei di Amerika dan Eropa, kolektor benda seni itu merasakan sensasi yang seolah berada di tempat yang aman, nyaman dan menenangkan, bagai di alam yang terlindungi pepohonan. Begitulah gambaran sensasi mengoleksi benda seni. Semoga nanti terwujud museum keramik, agar memperkaya objek wisata di Bali," pungkas Gus Mayun. (ANT

Baca juga artikel terkait DINASTI CINA KUNO atau tulisan lainnya

Reporter: Putu Agung Nara Indra