tirto.id - Film Pretty Boys karya Tompi mengisahkan soal di balik layar dunia pertelevisian. Dalam film itu, Tompi juga menyisipkan isu transgender dan tuntutan peran di dunia televisi. Namun, menurut penulis naskah Pretty Boys, Imam Darto film ini bukan ingin menonjolkan isu transgender atau LGBT.
Ia mengatakan, beberapa review soal Pretty Boys ada yang mengkritik atau mengulas soal isu transgender yang memang muncul dalam film ini.
"Ada yang menyangka kami akan mengangkat isu transgender, sebenarnya bukan itu yang kami mau tonjolkan. Kami ingin mengangkat bagaimana di balik televisi, karena memang ekosistemnya seperti itu, di belakang layar begitu, dari koordinator penonton, kemudian ke artis, lalu nular ke artisnya, ya memang begitu," ujar Darto saat konferensi pers film Pretty Boys di Yogyakarta, Jumat (20/9/2019).
Isu transgender hanya menjadi jembatan untuk menyampaikan pesan dari film Pretty Boys. Darto ingin menyampaikan, seolah-olah orang yang tampil di televisi harus seperti tuntutan orang, karena kalau tidak begitu, dia tidak akan laku.
"Kalau begitu [jadi transgender] jadi seru, kalau enggak begitu, enggak laku. Makanya cowok-cowok yang mau tampil seakan-akan harus seperti itu [transgender], itu yang ingin kami tampilkan. Dengan ada pergulatan emosi, 'saya mau tampil tetapi enggak kaya gini, sementara tuntutannya kaya gini', itu yang mau saya angkat," ujar Darto.
Ia pun mengatakan, menulis naskah untuk film Pretty Boys itu tidak gampang, tetapi juga tidak sulit. Kesulitan yang ia hadapi lebih dianggap sebagai tantangan.
"Lebih ke challange, riset udah riset sehari-hari sebagai pekerja televisi. Karena itu dunia kami, jadi enggak perlu riset lagi, tinggal me-recall aja apa yang ada di balik layar," katanya.
Pretty Boys dibintangi dua presenter kondang Indonesia, Vincent dan Desta. Vincent memerankan tokoh bernama Anugerah dan Desta menjadi Rahmat, sahabat Anugerah sejak kecil. Keduanya bercita-cita untuk masuk ke televisi. Namun, cita-cita Anugerah terhalang keinginan ayahnya, Pak Jono (Roy Marten) yang selalu mengatakan dunia entertainment dekat dengan hal-hal buruk.
Karena kesal dengan perkataan ayahnya, Anugerah kabur dari kampung menuju Jakarta bersama Rahmat. Karier mereka sempat mentok jadi pelayan dan koki restoran, serta job-job lain yang jauh dari dunia hiburan. Musikus Danilla Riyadi ikut ambil peran dalam film ini sebagai Asty, orang yang selalu jadi penyejuk hati Anugerah.
Suatu hari, Anugerah dan Rahmat dapat kesempatan untuk jadi penonton bayaran di program televisi "Kembang Gula". Di acara itu mereka bertemu Roni (Onadio Leonardo), koordinator penonton bayaran dan Mas Bayu (Imam Darto). Apakah pertemuan ini jadi jalan Rahmat dan Anugerah untuk mewujudkan cita-cita mereka?
Sebagai penulis naskah film ini, Darto mengatakan ia tidak mengejar target komersial. Setidaknya lewat film ini ia ingin menunjukkan kualitas, tidak hanya sekadar angka.
"Sebagai penulis, saya tidak mengejar komersialitas, spirit-nya PH-nya baru, ada Vincent, Desta yang kurang lebih visi misinya sama, frekuensinya sama. Ini film minimal harus bikin orang 'nengok', kami ingin menunjukkan kualitas. Kami enggak mengacu ke angka, itu urusan investor, tetapi minimal kami menunjukkan ada film seperti ini," pungkas Darto.
Pretty Boys diproduksi oleh production house yang didirikan Vincent dan Desta, The Pretty Boys Pictures dan bekerja sama dengan Anami Films. Selain para pemain yang telah disebutkan di atas, film ini dibintangi Joe P-Project, Ferry Maryadi, Tora Sudiro, Iyang Darmawan, Rowiena Umboh, Natasha Rizky, Najwa Shihab, Aurelie Moeremans, Hesti Purwadinata, Enzy Storia, Dwi Sasono, Glenn Fredly, dan lain-lain.
Editor: Yulaika Ramadhani