Menuju konten utama

Fenomena Tiga BUMN Ramai-Ramai Ikut Garap Pasar Bisnis Internet

Langkah tiga BUMN turut menggarap bisnis internet dikritik oleh para pengamat ekonomi.

Fenomena Tiga BUMN Ramai-Ramai Ikut Garap Pasar Bisnis Internet
Ilustrasi internet. FOTO/iStockphoto.

tirto.id - Tiga BUMN ramai-ramai ikut menggarap bisnis internet melalui langkah yang diambil oleh anak usahanya yakni PT Jasa Marga Tbk, PT PLN (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN).

PT Jasa Marga Tbk (JSMR) melalui anak usahanya PT Jasa Marga Related Bisnis (JMRB) yang akan ekspansi ke bisnis internet dengan membangun fiber optic untuk data internet di sepanjang jalan tol Trans Jawa.

Ekspansi tersebut masih mengkaji investasi yang akan dilakukan pada infrastruktur jaringan fiber optic di sepanjang Jalan Tol Transjawa untuk memaksimalkan potensi Right of Way (ROW) tol yang dimiliki Jasa Marga, sebagaimana diberitakan Antara.

Sebelum Jasa Marga, PT PLN (Persero) melalui anak usahanya, PT Indonesia Comnets Plus (ICON+) kemarin, Senin (31/05/2021) meluncurkan layanan fixed broadband internet berbasis jaringan fiber optik yang disebut Iconnet.

Dalam acara peluncuran Iconnet secara daring ini, Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan, pihaknya siap bersiang dengan kompetitor penyedia layanan internet lainnya seperti IndiHome milik PT Telkom Indonesia Tbk (Persero), First Media, Biznet, dan lainnya.

"Hari ini kita lihat transformasi PLN, breakthrough fiber optic. Kita siap bersaing dengan kompetitor lainnya seperti dengan IndiHome, First Media, Biznet dan lainnya," paparnya saat acara peluncuran Iconnet, Senin (31/05/2021).

Sebelum itu, pada 2019 PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) melalui anak ­perusahaannya yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi dan ICT, PT PGN Telecommunication Nusantara (PGASCOM). PGASCOM melayani jaringan internet melalui produk Gasnet (PT Telemedia Dinamika Sarana). Sesuai dengan kesepakatan kedua pihak, nantinya PGASCOM di antaranya melayani penyewaan bandwidth pabrik SMBR di Palembang, Baturaja, Panjang, dan kantor perwakilan di Jakarta.

Tiga BUMN ini mengambil ceruk pasar yang seharusnya digarap oleh PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM). Perusahaan pelat merah ini menjadi salah satu perseroan yang kinerja bisnisnya bagus di tengah pandemi. Mengacu pada laporan keuangan, Telkom Indonesia mencatat pertumbuhan yang positif dari sisi pendapatan, EBITDA (Laba sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi, dan Amortisasi) serta laba bersih selama tahun 2020.

Laba bersih induk usaha Telkomsel ini naik 11,5 persen menjadi Rp20,80 triliun di tahun lalu, dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019, Rp 18,66 triliun, sementara pendapatan juga naik 0,7 persen menjadi Rp136,46 triliun dari sebelumnya Rp 135,57 triliun.

Sedangkan EBITDA Perseroan tahun 2020 tercatat Rp72,08 triliun sebesar 11,2 persen. Manajemen mengungkapkan pencapaian ini memberikan sinyal optimisme bahwa digitalisasi mampu menjadi motor penggerak penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional.

Menanggapi bergabungnya Jasa Marga dan PLN ke pasar internet, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, menjelaskan Kementerian BUMN seharusnya lebih tegas untuk menertibkan pergerakan perseroan agar tidak menggarap bisnis di luar core bisnisnya.

“Ini kan seperti praktik kanibalisme aja, mengeroyok ceruk bisnisnya Telkom khususnya Telkomsel untuk penjualan provider pelayanan internet. Artinya terjadi proses kanibalisasi yang tidak sehat. Jadi saling memakan bisnis di antara BUMN sendiri,” kata dia kepada Tirto, Jumat (25/6/2021).

Bhima menjelaskan, BUMN harus fokus pada core bisnis yang dijalankan. BUMN seharusnya fokus untuk berbenah di mana sektor usaha di core bisnisnya yang masih belum optimal. Sehingga akan ada pembenahan di tubuh BUMN, bukan malah menggarap pasar BUMN lain.

“Ini jadi salah satu strategi sebenarnya window dressing juga karena di laporan keuangan induknya seolah-olah ada pendapatan baru. Ini bisa juga merupakan praktik untuk memoles laporan keuangan ya biar dibilang ada pendapatan baru. Menurut saya, ini harus ditertibkan. Ini model usaha yang tidak sehat, ini jadi persaingan tidak sehat,” terang dia.

Berbeda dengan Bhima, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah menilai baik Jasa Marga, PLN dan PGN bisa saja menggarap pasar internet selama fasilitasnya ada. Pasar yang selama ini dikuasai oleh Telkom perlu dipecah agar harga internet semakin murah.

“Saya kira dengan masuknya PLN, Jasa Marga dengan memanfaatkan semua infrastruktur yang mereka miliki itu justru akan membuat internet ini akan semakin murah,” kata dia.

Ia menjelaskan, persaingan dan optimalisasi aset infrastruktur yang dimiliki oleh BUMN akan membuat internet menjadi lebih murah. ”Dan ujung-ujungnya yang akan diuntungkan adalah pelanggan,” tandas dia.

Baca juga artikel terkait BUMN atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Bisnis
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Maya Saputri