Menuju konten utama

Faktor yang Memengaruhi Frekuensi Pernapasan, Apa Saja?

Faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan meliputi kondisi kesehatan, usia, aktivitas fisik, emosi, suhu tubuh, dan lingkungan.

Faktor yang Memengaruhi Frekuensi Pernapasan, Apa Saja?
Relaksasi Pernafasan. foto/IStockphoto

tirto.id - Frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berperan dalam sistem pernapasan. Memahami frekuensi pernapasan sangat penting untuk memantau kesehatan tubuh, karena perubahan frekuensi yang tidak normal bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Lantas, apa saja faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan?

Frekuensi pernapasan adalah jumlah napas yang diambil dalam satu menit, yang mencerminkan seberapa cepat tubuh mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida.

Frekuensi pernapasan akan meningkat pada kondisi seperti aktivitas fisik yang intens, stres, demam, atau gangguan pernapasan, karena tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen untuk mendukung metabolisme yang lebih cepat.

ilustrasi Respirasi
Wanita santai menghirup udara segar di hutan. FOTO/iStockpohoto

Faktor Internal yang Mempengaruhi Frekuensi Pernapasan

Frekuensi pernapasan merupakan indikator penting bagi kesehatan tubuh, yang menunjukkan seberapa efektir sistem pernapasan bekerja.

Berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan frekuensi pernapasan, baik yang berasal dalam tubuh (internal), maupun dari lingkungan sekitar (eksternal).

Berikut ini merupakan beberapa faktor internal yang mempengaruhi frekuensi pernapasan serta bagaimana hal tersebut dapat mencerminkan kondisi tubuh secara keseluruhan.

1. Kondisi Kesehatan

Penyakit atau gangguan pada sistem pernapasan, jantung, atau metabolisme tubuh dapat memengaruhi frekuensi pernapasan.

Contohnya, asma atau pneumonia dapat menyebabkan peningkatan frekuensi pernapasan karena tubuh berusaha mendapatkan lebih banyak oksigen.

Dilansir dari National Heart, Lung, and Blood Institute, kondisi jantung atau gangguan metabolik, seperti diabetes atau anemia, juga dapat memperburuk proses pernapasan dan mengubah pola napas tubuh.

2. Usia

Pada bayi, frekuensi pernapasan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan orang dewasa. Ini karena kapasitas paru-paru yang lebih kecil dan kebutuhan oksigen yang lebih tinggi.

Seiring bertambahnya usia, frekuensi pernapasan pada bayi biasanya menjadi lebih stabil, namun pada lansia, penurunan elastisitas paru-paru dan fungsi jantung dapat mempengaruhi pola pernapasan.

3. Kondisi Fisik

Kondisi tubuh seseorang, seperti tingkat kebugaran atau adanya kelelahan, dapat memengaruhi seberapa cepat atau lambat seseorang bernapas.

Dilansir dari Mayo Clinic, individu yang lebih bugar cenderung memiliki frekuensi pernapasan yang lebih rendah saat beristirahat, karena tubuh mereka lebih efisien dalam mengatur oksigen.

Sebaliknya, saat tubuh kelelahan atau tidak terbiasa dengan aktivitas fisik, frekuensi pernapasan bisa meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen.

4. Emosi

Stres, kecemasan, atau perasaan cemas dapat meningkatkan frekuensi pernapasan, karena tubuh merespons dengan mempersiapkan diri untuk "melawan" atau "melarikan diri".

Dalam keadaan rileks atau tenang, sistem saraf parasimpatis bekerja lebih dominan, yang membantu memperlambat frekuensi pernapasan dan memberikan rasa tenang pada tubuh.

5. Suhu Tubuh

Dilansir dari National Institute of General Medical Science, demam atau peningkatan suhu tubuh biasanya menyebabkan peningkatan frekuensi pernapasan sebagai respons tubuh untuk menurunkan suhu.

Peningkatan suhu tubuh memicu sistem pernapasan untuk berfungsi lebih cepat dalam proses pengaturan suhu, dengan meningkatkan penguapan dan memfasilitasi pembuangan panas yang berlebih.

6. Hormon

Perubahan kadar hormon dalam tubuh, seperti selama menstruasi, kehamilan, atau pada gangguan tiroid, dapat memengaruhi frekuensi pernapasan. Misalnya, selama kehamilan, kadar hormon progesteron meningkat, yang dapat merangsang pusat pernapasan di otak, meningkatkan frekuensi pernapasan.

7. Obesitas

Dilansir dari Mayo Clinic, kelebihan berat badan atau obesitas dapat mempengaruhi kapasitas paru-paru dan jantung, yang sering kali mengakibatkan peningkatan frekuensi pernapasan.

Tubuh berusaha mengatasi hambatan tambahan yang disebabkan oleh lemak tubuh yang berlebih.

8. Fungsi Jantung

Gangguan pada fungsi jantung, seperti gagal jantung atau penyakit jantung, dapat menyebabkan peningkatan frekuensi pernapasan sebagai upaya tubuh untuk meningkatkan aliran oksigen ke jaringan tubuh yang kekurangan oksigen.

9. Kondisi Paru-paru

Dilansir dari American Lung Association, penyakit paru-paru kronis, seperti Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau fibrosis paru, dapat mempengaruhi kemampuan paru-paru dalam mengalirkan oksigen ke darah, yang menyebabkan peningkatan frekuensi pernapasan.

10. Kadar Oksigen dalam Darah

Penurunan kadar oksigen dalam darah (hipoksia), yang dapat terjadi akibat berbagai kondisi medis, akan memicu tubuh untuk meningkatkan frekuensi pernapasan agar tubuh mendapatkan cukup oksigen.

11. Metabolisme

Proses metabolisme tubuh yang lebih aktif, seperti saat pencernaan makanan, dapat menyebabkan sedikit peningkatan frekuensi pernapasan karena tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen untuk proses metabolisme.

Faktor-faktor ini menunjukkan bahwa kondisi internal tubuh sangat berperan dalam mengatur frekuensi pernapasan, yang pada gilirannya dapat mencerminkan status kesehatan dan keseimbangan tubuh secara keseluruhan.

Ilustrasi Infeksi Saluran Pernapasan
Ilustrasi Infeksi Saluran Pernapasan. FOTO/iStockphoto

Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Frekuensi Pernapasan

Selain faktor internal, faktor eksternal juga mempengaruhi frekuensi pernapasan. Lingkungan tempat seseorang berada, seperti suhu udara, kelembapan, atau ketinggian, dapat menyebabkan perubahan pada pola pernapasan.

Misalnya, di daerah yang lebih tinggi, tubuh cenderung bernapas lebih cepat untuk mengimbangi rendahnya kadar oksigen.

Selain itu, aktivitas fisik atau stres lingkungan juga dapat memicu peningkatan frekuensi pernapasan sebagai respons tubuh terhadap perubahan kondisi tersebut.

Berikut ini beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi frekuensi pernapasan:

1. Suhu Udara

Suhu yang sangat dingin atau panas adalah salah satu faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan. Pada suhu ekstrem, tubuh akan berusaha menyesuaikan dengan bernapas lebih cepat untuk menjaga keseimbangan suhu tubuh.

Respons ini bertujuan untuk membantu tubuh mengatur suhu inti tubuh yang stabil dalam kondisi lingkungan yang berubah.

2. Kelembapan

Udara yang lembap dapat membuat pernapasan lebih sulit, memicu peningkatan frekuensi pernapasan karena tubuh berusaha mendapatkan oksigen lebih banyak dalam kondisi udara yang lebih berat.

Tingginya kelembapan juga dapat menyebabkan saluran pernapasan menyempit, sehingga pernapasan menjadi lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.

3. Ketinggian

Pada ketinggian yang lebih tinggi, kadar oksigen di udara lebih rendah, sehingga tubuh akan meningkatkan frekuensi pernapasan untuk mencukupi kebutuhan oksigen yang lebih banyak.

Proses ini dikenal sebagai hiperventilasi adaptif, yang membantu tubuh memperoleh oksigen lebih efisien dalam kondisi oksigen yang terbatas.

4. Polusi Udara

Paparan terhadap polusi udara, seperti asap rokok atau bahan kimia, dapat merusak saluran pernapasan dan memicu peningkatan frekuensi pernapasan untuk mencoba membersihkan tubuh dari partikel berbahaya.

Polusi udara juga dapat menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan, yang mengganggu proses pernapasan normal.

5. Aktivitas Fisik

Berolahraga atau melakukan aktivitas fisik yang intens akan menyebabkan tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen, yang membuat frekuensi pernapasan meningkat untuk mendukung metabolisme tubuh.

Peningkatan pernapasan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang lebih tinggi oleh otot-otot yang bekerja.

6. Kualitas Udara

Udara yang bersih dan segar memungkinkan pernapasan lebih lancar, sedangkan udara yang tercemar atau kurang bersih dapat menyebabkan pernapasan menjadi lebih cepat untuk mengimbangi kekurangan oksigen.

Kualitas udara yang buruk sering kali menyebabkan sesak napas atau gangguan pada saluran pernapasan.

7. Stres Lingkungan

Faktor eksternal seperti kebisingan, tekanan, atau kecemasan sosial juga dapat mempengaruhi sistem saraf, yang pada gilirannya meningkatkan frekuensi pernapasan sebagai respons terhadap stres tersebut.

Menurut Harvard Medical School, stres menyebabkan pelepasan hormon stres, seperti adrenalin, yang merangsang peningkatan pernapasan.

8. Tekanan Udara

Perubahan tekanan udara, seperti saat cuaca buruk atau saat bepergian dengan pesawat, dapat memengaruhi frekuensi pernapasan.

Dilansir dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), pada ketinggian tertentu, tubuh beradaptasi dengan peningkatan pernapasan untuk memperoleh cukup oksigen. Tubuh merespons penurunan tekanan udara dengan meningkatkan laju pernapasan agar kadar oksigen dalam darah tetap terjaga.

9. Alergi

Paparan terhadap alergen di lingkungan, seperti serbuk sari, debu, atau bulu hewan, dapat memicu reaksi alergi yang mengganggu saluran pernapasan dan meningkatkan frekuensi pernapasan untuk mengatasi sesak atau gangguan pernapasan. Dilansir dari American College of Allergy, Asthma, and Immunology (ACAAI), alergi dapat menyebabkan peradangan di saluran pernapasan, yang memperburuk kesulitan bernapas.

10. Paparan terhadap Gas Beracun

Manurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), gas beracun seperti karbon monoksida atau asap dari kebakaran dapat memengaruhi kapasitas paru-paru untuk menyerap oksigen, yang menyebabkan tubuh meningkatkan frekuensi pernapasan sebagai respons untuk memperoleh oksigen yang cukup. Paparan gas berbahaya ini dapat mengurangi efektivitas oksigen yang terdistribusi ke tubuh.

11. Waktu Pagi atau Malam Hari

Dilansir dari National Institutes of Health (NIH), beberapa penelitian menunjukkan bahwa frekuensi pernapasan bisa berbeda pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya, pada pagi hari, tubuh mungkin sedikit lebih cepat bernapas karena kebutuhan energi untuk memulai aktivitas, sementara pada malam hari, frekuensi pernapasan dapat menurun saat tubuh mulai beristirahat. Hal ini berkaitan dengan ritme sirkadian tubuh yang mempengaruhi berbagai proses fisiologis.

Faktor-faktor ini menunjukkan bahwa tubuh beradaptasi dengan lingkungan dan kondisi eksternal untuk memastikan proses pernapasan tetap efektif dalam memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.

Ilustrasi sesak nafas
Ilustrasi penyakit pernafasan. foto/Istockphoto

Cara Mengukur dan Memantau Frekuensi Pernapasan

Frekuensi pernapasan yang abnormal (terlalu cepat atau terlalu lambat) dapat menunjukkan adanya masalah kesehatan, seperti gangguan pernapasan, penyakit jantung, atau bahkan gangguan sistem saraf.

Dengan memantau seberapa cepat atau lambat seseorang bernapas, dapat memberikan gambaran mengenai fungsi sistem pernapasan dan metabolisme tubuh.

Adapun mengukur frekuensi pernapasan secara tepat sangat berguna dalam mendeteksi gangguan kesehatan, seperti masalah pernapasan, penyakit jantung, atau bahkan stres.

Oleh karena itu, mengetahui cara yang benar untuk mengukur dan memantau frekuensi pernapasan adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Berikut ini adalah cara mengukur dan memantau frekuensi pernapasan yang bisa Anda lakukan:

1. Menghitung Frekuensi Pernapasan secara Manual

Anda dapat menghitung frekuensi pernapasan secara manual yang bisa dilakukan dimana saja. Posisikan tubuh dengan nyaman, baik itu duduk atau berbaring, dan pastikan Anda dalam keadaan tenang.

Perhatikan dada atau perut saat bernapas, lalu hitung jumlah napas yang diambil dalam satu menit. satu napas dihitung ketika dada atau perut naik dan turun sekali.

Gunakan stopwatch atau jam untuk menghitung durasi satu menit. Jika sulit menghitung selama satu menit, Anda bisa menghitung selama 30 detik dan mengalikan hasilnya dengan dua.

Catat hasil perhitungan Anda. Frekuensi pernapasan normal untuk orang dewasa antara 12 hingga 20 napas per menit.

2. Menggunakan Alat Pengukur Frekuensi Pernapasan

Untuk menghitung frekuensi pernapasan, Anda bisa menggunakan alat pengukur frekuensi pernapasan yang disebut dengan pulse oximeter.

Selain mengukur frekuensi pernapasan, alat medis ini dapat memantau kadar oksigen dalam darah.

Perhitungan frekuensi pernapasan juga lebih presisi daripada penghitungan manual dan memberikan gambaran lebih lengkap tentang kesehatan pernapasan.

3. Menggunakan Aplikasi Kesehatan

Beberapa aplikasi smartphone atau perangkat wearable seperi smartwatch, dapat memantau frekuensi pernapasan secara otomatis menggunakan sensor detak jantung dan pergerakan tubuh.

Aplikasi ini memanfaatkan teknologi sensor yang terintegrasi untuk mengukur perubahan kecil dalam detak jantung atau pergerakan dada saat bernapa, memberikan data frekuensi pernapasan secara real time.

Bagi Anda yang memiliki kondisi medis yang mempengaruhi frekuensi pernapasan seperti asma atau penyakit paru-paru, penting untuk memantau frekuensi pernapasan secara teratur.

Pemantauan rutin memungkinkan untuk mendeteksi adanya perubahan yang signifikan seperti peningkatan frekuensi pernapasan, yang bisa menjadi indikasi masalah kesehatan yang perlu ditangani.

Selain mengukur frekuensi pernapasan, penting juga untuk memantau tanda-tanda lain seperti kesulitan bernapas, sesak dada, atau perubahan warna kulit (biru pada bibir atau ujung jari). Jika gejala-gejala tersebut terjadi, segera konsultasikan dengan tenaga medis.

Baca juga artikel terkait PERNAPASAN atau tulisan lainnya dari Robiatul Kamelia

tirto.id - GWS
Penulis: Robiatul Kamelia
Editor: Robiatul Kamelia & Yulaika Ramadhani