Menuju konten utama
Layanan Kesehatan SMK

Jenis-jenis Pemeriksaan dan Nilai Normal Tanda-tanda Vital

Berikut ini informasi tentang jenis-jenis pemeriksaan tanda vital dan nilai normal tanda-tanda vital.

Jenis-jenis Pemeriksaan dan Nilai Normal Tanda-tanda Vital
Ilustrasi pemeriksaan kesehatan. (FOTO/iStockphoto)

tirto.id - Pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan sesuai jenis-jenisnya. Jenis-jenis pemeriksaan tanda-tanda vital beragam, mulai dari identifikasi suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi, hingga saturasi oksigen.

Setiap pemeriksaan tanda-tanda vital, tenaga medis akan berpedoman pada nilai normal tanda-tanda vital yang ditetapkan secara universal. Lantas, berapa normal tanda-tanda vital?

Nilai tanda-tanda vital normal pasien bervariasi. Nilai ini dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, hingga kondisi kesehatan. Namun, tanda-tanda vital normal menurut WHO (World Health Organization) yang biasanya menjadi acuan para tenaga medis.

Memahami tanda-tanda vital pasien penting dilakukan untuk mengetahui status kondisi pasien secara objektif. Melalui pemeriksaan ini dokter bisa mengidentifikasi apakah pasien mengalami kondisi lain yang membutuhkan penanganan.

Selain itu, prosedur ini juga penting untuk mengevaluasi respons pasien terhadap perawatan yang diberikan.

Jenis Pemeriksaan Tanda-tanda Vital

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jenis-jenis pemeriksaan tanda-tanda vital beragam dan tujuannya berbeda-beda.

Menurut Nurelah dan Mawardani dalam Dasar-Dasar Layanan Kesehatan (2022), setidaknya ada lima jenis pemeriksaan tanda-tanda vital.

Pemeriksaan tanda-tanda vital itu meliputi mengidentifikasi suhu tubuh, mengidentifikasi denyut nadi, dan menghitung frekuensi pernapasan. Kemudian, ada juga pemeriksaan tanda-tanda vital dengan mengukur tekanan darah, dan memeriksa saturasi oksigen.

Berikut penjelasan setiap jenis pemeriksaan tanda-tanda vital menurut Nurelah dan Mawardani:

1. Mengidentifikasi suhu tubuh

Mengidentifikasi suhu tubuh adalah salah satu jenis tanda vital yang penting dilakukan. Hal ini karena suhu tubuh dapat menunjukkan ada tidaknya tanda-tanda infeksi di dalam tubuh.

Ada beberapa cara yang dilakukan untuk mengukur suhu tubuh, sebagai berikut:

    • Mengukur suhu melalui oral, yaitu dengan memasukkan termometer ke dalam mulut pasien.
    • Mengukur suhu melalui rektal, yaitu dengan memasukkan termometer ke dalam rektum pasien dan sering digunakan pada bayi dan balita.
    • Mengukur suhu melalui aksita (ketiak), yaitu dengan menempatkan termometer di bawah ketiak pasien.
    • Mengukur suhu melalui telinga, yaitu dengan menempatkan termometer ke dalam telinga pasien.
    • Mengukur suhu menggunakan thermal gun, yaitu dengan menyorotkan sinar inframerah ke permukaan kulit pasien.
2. Mengidentifikasi denyut nadi

Mengidentifikasi denyut nadi juga penting dilakukan untuk memeriksa sirkulasi darah dan ritme jantung pasien. Pasalnya, denyut nadi dapat menggambarkan detak jantung pasien per menit.

Melalui informasi terkait denyut nadi dan detak jantung per menit, tenaga medis bisa mengevaluasi apakah ada perubahan atau gangguan dalam sistem kardiovaskular pasien.

Denyut nadi pasien bisa diketahui dengan memantau denyut di beberapa bagian tubuhnya, yaitu:

    • Arteri brakhialis pada lipatan siku.
    • Arteri radialis pada pergelangan tangan.
    • Arteri temporalis pada tulang pelipis.
    • Arteri karotis pada leher.
    • Arteri femoralis pada lipatan paha.
    • Arteri poplitea pada belakang lutut.
    • Arteri dorsalis pedis pada punggung kaki.
    • Arteri dorsalis tibialis di belakang, di bawah maleolus medialis
3. Menghitung frekuensi pernapasan

Menghitung frekuensi pernapasan atau laju pernapasan juga merupakan jenis pemeriksaan tanda-tanda vital yang penting.

Dikutip dari Cleveland Clinic, proses menghitung frekuensi pernapasan ini dilakukan saat kondisi pasien sedang istirahat atau sedang tidak melakukan kegiatan apa pun.

Dokter atau tenaga medis biasanya akan memeriksa frekuensi pernapasan ini dengan mengamati jumlah pergerakan dada setiap kali bernapas dalam satu menit.

Ada beberapa kondisi yang bisa memengaruhi frekuensi pernapasan, termasuk asma, radang paru-paru, demam, hingga masalah mental seperti kecemasan.

5. Mengukur tekanan darah

Pemeriksaan tekanan darah adalah salah satu tanda vital yang paling umum. Pengukuran tekanan darah ini melibatkan dua angka, yaitu sistolok dan diastolik.

Angka sistolik diperoleh dari penghitungan tekanan darah pada saat jantung sedang berkontraksi. Sementara itu, tekanan diastolik diukur ketika jantung beristirahat antara kontraksi.

Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi perubahan tekanan darah, termasuk:

    • Resistensi perifer atau penolakan terhadap aliran darah karena ukuran pembuluh darah di perifer menyempit. Kondisi ini menyebabkan tekanan darah arteri meningkat.
    • Gerakan memompa oleh jantung, semakin banyak darah yang dipompa maka dapat menyebabkan arteria membengkak dan tekanan darah meningkat.
    • Volume darah, semakin bertambah volume darah, maka semakin besar pula tekanan pada arteria.
    • Kekentalan darah, semakin kental darah maka semakin tinggi tekanan dan semakin banyak tenaga yang diperlukan jantung untuk memompa.
6. Memeriksa saturasi oksigen

Saturasi oksigen adalah persentase oksigen dalam darah. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut oksimeter.

Melalui pemeriksaan saturasi oksigen ini, dokter bisa memahami apakah pasien cukup oksigen atau tidak. Pengukuran saturasi oksigen umumnya dilakukan pada pasien dengan masalah pernapasan, seperti penderita COVID-19, pneumonia, dan sebagainya.

Selain itu, ada beberapa kondisi pasien lainnya yang membutuhkan pemeriksaan saturasi oksigen secara rutin, seperti:

    • penderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK);
    • penderita cedera paru-paru bocor atau acute respiratory distress syndrome (ARDS)
    • penderita asma
    • penderita paru-paru kolaps atau pneumothorax;
    • penderita anemia atau kekurangan sel darah merah;
    • penderita cacat jantung bawaan;
    • penderita penyakit jantung;
    • penderita emboli paru.

Nilai Normal Tanda Vital

Nilai normal tanda-tanda vital mencerminkan bahwa fungsi bekerja dengan baik. Pasien yang memiliki tanda vital di bawah normal atau di atas normal tentu akan dicurigai mengalami gangguan pada tubuhnya.

Perlu diketahui bahwa tanda-tanda vital dapat berbeda berdasarkan pada usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan, dan faktor-faktor lainnya. Misalnya, pada kasus nilai normal tekanan darah.

Masih menurut Cleveland Clinic, tekanan darah pada balita usia 1 hingga 3 tahun yang normal ada di angka 90/55 - 105/70 mmHg. Namun, pada remaja dan dewasa tekanan darah yang normal adalah 90/60 hingga 120/80 mm Hg.

Contoh lain terlihat pada perbedaan nilai normal dalam pengukuran tanda-tanda vital denyut nadi bayi dan balita dengan orang dewasa. Pada bayi dan balita denyut nadi yang normal berkisar antara 110 - 160 denyut per menit (BPM).

Sedangkan, pada orang dewasa denyut nadi yang normal adalah 60 hingga 100 denyut per menit. Kendati demikian, nilai normal tanda-tanda vital ini biasanya berpedoman pada angka universal yang sudah diakui di dunia kedokteran.

Dikutip dari Medline Plus, berikut tanda-tanda vital normal secara umum:

    • Denyut nadi: antara 60 hingga 100 den yut per menit untuk dewasa dan 110 - 160 denyut per menit untuk anak-anak.
    • Frekuensi pernapasan: sekitar 12 hingga 20 pernapasan per menit.
    • Tekanan darah: antara 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg untuk dewasa dan 90/55 - 105/70 mmHg untuk anak-anak.
    • Saturasi oksigen: antara 95 persen hingga 100 persen.

Baca juga artikel terkait LAYANAN KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Dhita Koesno