tirto.id - Mudik menjadi salah satu tradisi yang dilakukan menjelang dan saat Hari Raya Idul Fitri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) VI, mudik berarti pulang ke kampung halaman.
Mudik secara asal-usulnya dipercaya dari beberapa bahasa daerah. Beberapa beranggapan, mudik berasal dari Bahasa Jawa 'mulih dilik', yang artinya pulang sebentar. Ada juga yang beranggapan, mudik berasal dari kata “udik”, yaitu kembali ke asal. Dalam bahasa Melayu, 'udik' dapat diartikan sebagai hulu atau ujung.
Kegiatan ini dilakukan saat lebaran karena Hari Raya Idul Fitri merupakan momentum yang tepat untuk saling bermaaf-maafan dan bersilaturahmi. Orang-orang melakukan mudik biasanya menggunakan berbagai macam moda transportasi, baik umum ataupun kendaraan pribadi.
Belakangan muncul tren di kalangan pemudik, utamanya kendaraan pribadi, untuk menyisipkan pesan di motornya. Pesan itu disampaikan melalui berbgai tulisan di karton, kardus, dan media lain. Tak jarang, aksi pemudik ini menyita perhatian pengendara lain.
50 Contoh Tulisan untuk Mudik di Motor
Kata-kata di kendaraan pemudik, seperti di belakang motor, dapat disisipkan pesan-pesan inspiratif, lucu, maupun satir. Berikut ini contoh tulisan untuk di belakang motor selama mudik.
- Mudik santai, biar tetap sampai
- Silakan jalan, rindu nenek sudah menumpuk
- Disertai doa ibu, gas pol!
- Bukan pembalap, cuma perantau pulang kampung
- Gas pol! Tapi jangan ngebut, Bang!
- Dengan THR, aku pulang
- Pelan-pelan, calon menunggu di depan
- Sama-sama pulang kampung, santai aja
- Pulanglah sebelum waktu tak mengizinkan
- Mudik: misi suci bertemu keluarga
- Mudik cuma perjalanan, keselamatanlah tujuannya
- Jalan panjang membentang, silaturahmi tak putus
- Isi full, pulang full, balik kosong
- Bukan soal kecepatan, tapi kebersamaan
- Gak usah buru-buru, yang di rumah setia menunggu
- Rindu sebentar lagi lunas
- Ratusan kilometer ditempuh, bakal terbayar masakan ibu
- Perjalanan aman, lebaran tenang
- Mudik: kembali ke akar, kembali ke rumah
- Bensin full, doa full, siap berangkat!
- Mudik-mudik dahulu, balik kerja kemudian
- Demi sesendok opor buatan ibu, Bismillah
- Mudik: menyeberangi lautan, membelah daratan, demi bertemu keluarga tercinta
- Utamakan keselamatan, perjalanan masih panjang
- THR ludes untuk mudik, penting bisa pulang kampung
- Lelah di jalan itu biasa, pulang nanti disambut senyum sekeluarga
- Jalan masih panjang, harus bersabar
- Gas tipis-tipis, sampai di rumah disambut senyum manis
- Belajar sabar jalur mudik lebaran
- Sampai ketemu di mudik tahun depan!
- Dan tunggulah aku di sana. Memecahkan celengan rindu dan membagikan THR-ku
- Tetap tenang, walau rindu sudah mencabik-cabik di sepanjang Pantura
- Percayalah, rinduku lebih tebal dari THR-ku
- Harap hati-hati, sedang dalam perjalanan menumpas rindu
- Kerasnya tanah rantau, tak sekeras tekadku menemui ibu
- Ayah dan ibu, kan ku jelang kau di kampung halaman. Lalu kita kembali menabung rasa rindu
- Sampaikan salam, kepada bulan dan bintang. Oh tenang saja, anak rantaumu akan segera tiba
- Jarak menciptakan rindu. Yang kini mesti kutebus dengan perjalanan ribuan kilometer. Kampung halaman, aku datang!
- Doa Ibu di sepanjang perjalanan pulangku
- Jarak mengajarkan, arti rindu dan pulang. Ayah Ibu, aku akan segera datang
- Tanah rantau mengajarkan, bahwa rumah adalah rindu, pulang, dan pelukan
- Pindah berkala rumah ke rumah. Pada akhirnya, aku mengerti arti pulang adalah keluarga
- Aku pergi untuk kembali lagi. Hapuslah air matamu
- Gagal atau berhasil di tanah rantau, Ibu akan selalu memelukku di tanah kelahiran
- Terbawa lagi langkahku ke sana. Pulang memeluk keluarga
- Croissant di tanah perantauan, tak senikmat renginang di kaleng Kong H*an
- Dan lalu... Bawa aku pulang, rindu.. segera..
- Ayah Ibu, jangan tanya jodohku. Yang perlu kau tahu, kini aku rindu
- Terpisah oleh keadaan, tak membuaku menyerah. Karena setiap kepulangan, justru menjadi lebih indah
- Membayangkan teduh tatapan. Semangatku langsung berpendar
Penulis: Umu Hana Amini
Editor: Dicky Setyawan & Yantina Debora