tirto.id - Ia dimulai dengan rasa nyeri yang khas di bawah tulang dada. Sensasi nyeri itu kemudian menyebar ke dagu, leher, lengan, pundak, hingga ulu hati. Berbeda dengan nyeri-nyeri pada umumnya, nyeri yang dibawanya terasa berat sekali. Dada seperti ditekan sangat kuat.
Tak hanya nyeri, rasa cemas dan gelisah kemudian muncul. Keringat bercucuran, ia kemudian membuat penderitanya mual, muntah, juga sesak napas. Ia bernama serangan jantung. Ia bagian dari penyakit kardiovaskular, penyebab kematian nomor satu di dunia.
5 Februari 2011, ia menyerang Adjie Massaid dan menjadi penyebab meninggalnya mantan aktor yang saat itu menjabat sebagai anggota DPR RI. Sehari sebelumnya, usai beraktivitas sebagai anggota DPR, Adjie bermain bola di Lebak Bulus.
Ia lalu pulang dan menyetir mobilnya sendiri. Sampai di rumah, Adjie mengeluhkan sakit di dadanya. Ia lalu terjatuh di ruang keluarga dan dilarikan ke rumah sakit. Hanya dua jam dirawat di rumah sakit, Adjie dinyatakan meninggal dunia. Meski tak dilakukan autopsi atas jenazah Adjie, dia disebut meninggal karena serangan jantung.
Berbagai penyakit kardiovaskular tercatat sebagai penyebab kematian nomor 1 di dunia. Serangan jantung adalah salah satu jenisnya. America Heart Association menyebutkan bahwa hampir setiap satu dari tiga orang yang meninggal disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Ia menyebabkan kematian lebih banyak dibandingkan kanker dan kecelakaan, bahkan jika angka keduanya digabungkan.
Wolrd Health Organization (WHO) mendefinisikan penyakit kardiovaskular sebagai penyakit yang berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah. Jenis-jenis penyakit kardiovaskular pada umumnya adalah penyakit jantung iskemik, stroke, penyakit jantung akibat tekanan darah tinggi, penyakit jantung rematik, pembesaran aorta, kardiomiopati, atrial fibrilasi, penyakit jantung bawaan, endokarditis, dan penyakit arteri perifer.
Menurut data WHO, pada 2008, ada lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal karena penyakit kardiovaskular. Beberapa penyebabnya adalah tekanan darah tinggi, merokok, diabetes, kurang bergerak, kolesterol tinggi, kegemukan, diet tidak seimbang, dan konsumsi alkohol secara berlebihan.
Banyak orang mengatakan bahwa penyakit kardiovaskular lebih banyak menyerang laki-laki. Faktanya tidak demikian. Baik stroke maupun penyakit jantung menyerang perempuan dan laki-laki sama banyaknya.
Kantar Health, sebuah perusahaan konsultan kesehatan di Amerika merilis jumlah penderita penyakit kardiovaskular di beberapa negara sepanjang 2016. Di Amerika, angka penderita penyakit ini sama besarnya antara laki-laki dan perempuan.
Di Cina, penderita laki-laki lebih besar, yakni mencapai 52 persen, sementara perempuan 48 persen. Di Jepang, penderita laki-laki juga lebih banyak, yakni 54 persen. Namun di Rusia, porsinya berbalik. Sebanyak 59 persen penderita penyakit kardiovaskular di Rusia adalah perempuan, dan sisanya adalah laki-laki.
Kondisi serupa terjadi di Brasil dan Eropa. Di Eropa, porsi penderita kardiovaskular berjenis kelamin perempuan sebanyak 52 persen. Sedangkan di Brasil, angkanya mencapai 56 persen.
Kardiovaskular di Indonesia
Jumat pekan lalu, sebuah simposium kardiologi bertemakan "Atrial Fibrilation Awareness" digelar di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada. Dalam pembukaannya, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Ova Emilia, mengatakan bahwa hingga saat ini penyakit kardiovaskular masih menjadi penyakit tidak menular utama penyebab kematian di Indonesia.
"Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu," kata Ova seperti dikutip Antara.
Ova mengatakan, penyakit jantung koroner yang merupakan salah satu jenis penyakit radiovaskular menjadi penyebab 26,4 persen kematian di Indonesia. “Angka ini lebih tinggi dari angka kematian akibat kanker,” imbuhnya.
Kementerian Kesehatan RI pada 2013 juga mencatatkan penyakit kardiovaskular masih termasuk dalam 10 penyakit tidak menular dengan prevalensi tertinggi. Masih sama seperti laporan WHO pada 2008.
Ketua Umum Annual Scientific Meeting 2017, Elisabeth Siti Herini, memaparkan penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Itu sebabnya pencegahan terhadap penyakit ini harus terus dilakukan.
Salah satu penyakit kardiovaskular yang memiliki morbiditas tinggi adalah atrial fibrilasi. Ia merupakan kelainan irama jantung yang disebabkan timbulnya berbagai macam fokus ektopik pada atrium. Kelainan tersebut, kata Siti, merupakan kelainan irama jantung dengan prevalensi terbanyak sekaligus dapat menyebabkan komplikasi, antara lain gagal jantung dan stroke.
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Maulida Sri Handayani