Menuju konten utama

Apa Beda Sesak Nafas karena Asma & COVID-19 Serta Cara Mengatasinya

Sejauh ini tidak ada penelitian yang menyebutkan bahwa orang dengan asma menunjukkan gejala COVID-19 lebih parah.

Apa Beda Sesak Nafas karena Asma & COVID-19 Serta Cara Mengatasinya
Ilustrasi penyakit pernafasan. foto/Istockphoto

tirto.id - Sama seperti asma, COVID-19 juga bisa menyebabkan sesak nafas. Bedanya gejala sesak nafas pada penyakit COVID-19 diakibatkan oleh infeksi virus Corona jenis baru, sementara sesak nafas akibat asma bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari debu, polusi, stres, hingga alergi.

Baik asma maupun COVID-19 yang sampai menyebabkan penderitanya mengalami sesak nafas memerlukan penanganan medis yang tepat. Sehingga penting untuk mengenali perbedaan antara gejala sesak nafas yang diakibatkan oleh dua penyakit tersebut.

Perbedaan gejala antara asma dan COVID-19

Asthma and Allergy Foundation of America (AAFA) menyebutkan bahwa asma dan COVID-19 dapat dibedakan dari gejala-gejala selain sesak nafas. Sesak nafas akibat gejala asma disertai gejala-gejala:

  • Batuk
  • Mengi atau suara seperti siul atau mencicit ketika bernafas
  • Napas pendek
  • Ritme nafas cepat
  • Dada terasa sesak
  • Kulit tertarik di sekitar leher atau tulang rusuk
  • Bahu sering membungkuk
Sementara sesak nafas akibat gejala COVID-19, disertai dengan kondisi:

  • Demam tinggi
  • Menggigil
  • Batuk
  • Kelelahan dan lesu
  • Nyeri otot dan pegal-pegal
  • Sakit kepala
  • Kehilangan kemampuan mengecap dan membau
  • Sakit tenggorokan
  • Hidung tersumbat atau meler
  • Diare, mual, atau muntah
Apakah orang dengan asma berisiko lebih parah jika mengidap COVID-19?

Para ahli sepakat bahwa penyakit pernapasan apapun dapat memperburuk gejala asma. Namun, sejauh ini tidak ada penelitian yang menyebutkan bahwa orang dengan asma menunjukkan gejala COVID-19 lebih parah.

Penelitian yang dipublikasi oleh National Library of Medicine (NIH) pada 2021, menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan risiko antara kelompok penderita asma dan non-asma. Perbedaan risiko meliputi rawat inap, masuk ICU, dan gejala sindrom pernapasan akut atau acute respiratory distress syndrome (ARDS).

Penelitian ini justru menemukan bahwa pasien asma memiliki pemulihan yang lebih baik dan kemungkinan yang lebih tinggi untuk dipulangkan. Selain itu, kemungkinan mortalitasnya juga rendah.

Apa yang harus dilakukan penderita asma apabila tertular COVID-19

Yayasan Astma Britania Raya menyebutkan bahwa tindakan pertama bagi penderita asma yang terkena COVID-19 sama seperti dengan penderita non-asma lainnya. Langkah pertama setelah mengalami gejala COVID-19, melakukan tes COVID-19 dan isolasi mandiri. Jika terbukti positif COVID-19 maka yang harus dilakukan:

  • Menghubungi dokter atau tenaga medis untuk mendapatkan rekomendasi isolasi mandiri atau isolasi di rumah sakit.
  • Beri tahu dokter atau tenaga medis bahwa memiliki penyakit asma.
  • Beri tahu orang-orang yang sempat ditemui dalam 48 jam terakhir agar orang-orang melakukan test, trace, treatment.
  • Ikuti rencana pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter dan tenaga medis terkait.
  • Teruskan minum semua obat asma seperti biasa.
  • Gunakan inhaler untuk meredakan gejala sesak nafas akibat asma. Perlu diketahui bahwa inhaler hanya meredakan gejala sesak nafas akibat asma, bukan akibat COVID-19.
  • Segera telepon hotline darurat Indonesia 112 atau hotline COVID-19 di kota masing-masing apabila gejala asma memburuk atau gejala COVID-19 tidak hilang setelah 7 hari.

Baca juga artikel terkait SESAK NAFAS atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Nur Hidayah Perwitasari