Menuju konten utama

Di Balik Larangan Selfie bagi Tentara

Tentara dilarang mengunggah foto di media sosial karena alasan keamanan.

Di Balik Larangan Selfie bagi Tentara
Seorang tentara AS berselfie di pangkalan militer AS di Qarayya, Mosul (26/10/2016). REUTERS.

tirto.id - Tren selfie atau swafoto ternyata tak bisa dinikmati secara bebas oleh tentara atau personel militer Rusia. Saat ini pemerintah Putin tengah menyusun kebijakan larangan tentara mengunggah foto, video, dan informasi tertentu di media sosial termasuk di blog.

Rencananya, aturan larangan itu berlaku pada Januari 2018. Pemerintah Rusia menilai bahwa tentara yang mengunggah foto dan video saat bertugas atau operasi militer berpotensi memberi informasi tentang keberadaan si tentara, sebab banyak aplikasi media sosial terintegrasi dengan peta. Informasi itu bisa dimanfaatkan oleh musuh sehingga mampu mengetahui pergerakan tentara termasuk rincian militer.

Dari pengalaman sebelumnya, sejumlah tentara Rusia pernah memposting beberapa foto dan informasi ke media sosial tentang pergerakan mereka ke Ukraina dan Suriah. Conflict Intelligence Team, yang memantau konflik di Ukraina dan Suriah, pada November 2015 menemukan foto yang diunggah oleh tentara Rusia Ayas Saryg-Ool, yang mengindikasikan ia ada di Hama, Suriah bagian barat. Rusia diketahui mendukung pemerintah berkuasa Suriah dalam melawan pemberontak.

Baca juga:Mengapa Ada Banyak Negara Tak Memiliki Tentara?

Pada Juli 2014, wartawan BBC Myroslava Petsa mengunggah foto di Twitter yang sebelumnya diunggah oleh tentara Rusia Mikhail Chugunov. Foto itu memperlihatkan iring-iringan kendaraan militer Rusia yang diketahui mengangkut roket Grad bagi pemberontak pro-Rusia di Ukraina.

Masih di tahun yang sama, selfie seorang tentara dari pasukan Penerbang ke-76 Rusia menjadi petunjuk bagi tim investigasi Bellingcat untuk melakukan penyelidikan sehingga mendapati sekitar 40 tentara Rusia telah terbunuh dalam konflik di Ukraina. Hasil ini menegaskan kehadiran Rusia di Ukraina, yang sebelumnya ditampik oleh pemerintahan Putin.

Dalam satu video di YouTube oleh reporter Vice News, Simon Ostrovsky, postingan di media sosial tentara Rusia dijadikan materi konfirmasi soal peran langsung militer Rusia dalam pertempuran di Ukraina timur.

Baca juga:Militer Amerika Mencengkeram Dunia

Jika Rusia segera menggarap undang-undang, lain halnya dengan Inggris.

Kementerian Pertahanan Inggris mengeluarkan panduan bagi para tentara agar dapat menggunakan sosial media dengan baik. Dalam panduan tersebut, pemerintah membagi tiga jenis aktivitas di media sosial yang wajib dipatuhi tentara.

Pertama, kategori hijau yang menjelaskan tentara dapat mengunggah foto di media sosial dengan sirkulasi terbatas; memastikan siapa saja yang dapat mengaksesnya, membedakan fakta dan opini, dan menjaga kerahasiaan informasi keluarga dan teman.

Kedua adalah kategori kuning yang menjelaskan tentara wajib meminta izin terlebih dulu sebelum memposting opini tentang pertahanan atau hal-hal sensitif. Ketiga adalah kategori merah, yakni melarang tentara menyebarkan informasi soal pertahanan negara, lokasi operasi militer, hingga membuat pernyataan tentang pertahanan dan mengeluh di media sosial. Bila ada tentara yang melanggar, otoritas pertahanan akan menghukumnya sebagai tindakan indisipliner.

Di Indonesia, larangan serupa pernah juga dilontarkan oleh para petinggi TNI. Salah satunya Kepala Dinas Hukum Komando Lintas Laut Militer TNI AL, Kolonel Korps Hukum, Danny Zulkarnaen, pada 2016. Meski belum ada undang-undang soal larangan foto swafoto, Zulkarnaen mengingatkan para personel militer "tetap berhati-hati" saat memposting atribut kedinasan, termasuk swafoto di markas komando dan kapal perang.

"Tentu hal ini secara tidak langsung membuka kegiatan TNI yang dapat berdampak negatif bagi kegiatan yang bersifat rahasia," kata Zulkarnaen.

Warga Sipil dan Keamanan Tentara

Pada dasarnya, tak hanya tentara yang dilarang mengunggah foto dan video saat bertugas. Larangan serupa bisa saja berlaku bagi warga sipil. Di India, tentara Angkatan Darat memperingati warga agar tidak membagikan foto atau video mengenai pasukan dan rincian persenjataan militer di media sosial.

“Jangan mengunggah gambar pergerakan militer, kendaraan militer, tank, atau peralatan militer lain di platform media sosial demi kepentingan nasional. Postingan Anda atau selfie dengan kendaraan militer/peralatan militer di media sosial bisa bikin rentan pasukan,” demikian pesan dari Angkatan Darat India yang dikutip India Times.

Menurut mantan Marsekal Angkatan Udara India, Randhir Singh, penyebaran informasi kemiliteran lewat media sosial baik foto selfie tentara atau foto dari warga setempat dapat membahayakan kehidupan seorang tentara.

"Niat orang-orang yang berbagi hal-hal semacam itu mungkin tidak buruk, tapi mereka harus mengerti bahwa kesenangan atau kegembiraan mereka bisa membahayakan militer dalam situasi saat ini," kata Singh, seorang veteran Perang Dunia II.

Seorang veteran lain, Kuldeep Singh Chandpuri, mengungkapkan hal senada. "Jangan lupa, musuh kita memonitor media sosial. Dengan berbagi informasi sensitif semacam itu, kita akan kehilangan unsur kejutan jika terjadi konflik atau perang," katanya.

Di Amerika Serikat, demi kepentingan nasional dan meminimalisir informasi tentang peralatan militer, pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan publikasi atau penyebaran informasi berupa gambar, foto, sketsa, hingga peta instalasi militer ke media sosial tanpa izin dari komandan pos militer.

Kebijakan itu tertuang dalam poin ke-795 dari United State Code. Saking menjaga kerahasiaan militer ini, pemerintah AS tak segan menjatuhkan hukuman maksimal satu tahun penjara bagi mereka yang kedapatan melanggar kebijakan tersebut.

Baca juga:Media Sosial: Suaka atau Penjara Baru untuk Berekspresi?

Infografik tentara nggak boleh selfie

Demi Keamanan Keluarga

“Tentara, warga sipil dan anggota keluarga Angkatan Darat wajib memperhatikan apa yang diunggah secara online dengan mengedepankan keamanan operasi.”

Pernyataan ini dilontarkan Staf dari Divisi Media Online dan Sosial, Kepala Urusan Publik AS, Dale Sweetnam. Ia mengingatkan agar setiap tentara perlu mengedukasi keluarganya terkait apa yang perlu dan tak perlu dilakukan terkait penggunaan media sosial. Hal ini lantaran keluarga dari seorang tentara berisiko menjadi target musuh, kelompok militan atau ekstremis.

Baca juga:Ponsel Berkamera adalah Kunci di Abad Selfie

Seperti yang pernah terjadi pada 2015, banyak keluarga militer yang ketakutan dan bahkan paranoia mereka bisa menjadi "sasaran militan ISIS."

Muasalnya adalah akun Twitter Komando Pusat Militer AS yang dibajak dan menyebarkan ketakutan: “Tentara AS, kami akan datang, berhati-hatilah, ISIS.” Penyataan ini tautan yang memuat pesan: “Kami tidak akan berhenti. Kami mengetahui segalanya tentang Anda, istri, dan anak-anak Anda. Militer AS, kami mengawasi kalian.”

Pesan itu sontak bikin keluarga dan pasangan tentara paranoia dan segera mengambil langkah antisipasi. Dalam laporan CNN, seorang istri militer dengan cepat menghapus setiap foto di Facebook termasuk foto anak-anaknya.

Baca juga artikel terkait SELFIE atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Windu Jusuf