tirto.id - Sadar atau tidak, Indonesia dikepung oleh setidaknya 13 pangkalan militer milik Amerika Serikat (AS). Menurut pengamat pertahanan Connie Rahakundini Bakrie, Indonesia sudah terkurung oleh pangkalan-pangkalan Amerika yang berada di Pulau Christmas, Pulau Cocos, Darwin, Guam, Filipina, Malaysia, Singapore, Vietnam, Kepulauan Andaman, dan Nicobar.
Selain Indonesia, ada Iran yang nasibnya sama dikepung pangkalan militer AS. Iran tercatat dikepung 11 pangkalan militer milik AS.
Bukan rahasia jika negeri Paman Sam punya banyak pangkalan militer yang tersebar di penjuru dunia. Di luar komando militer internal dalam negeri, ternyata AS memiliki struktur komando luar negeri yang mengendalikan pasukan yang ditempatkan di pangkalan-pangkalan militer mereka di luar negeri. Komando ini terdiri dari beberapa angkatan, seperti Angkatan Laut, Angkatan Udara, Angkatan Darat dan Marinir.
Untuk wilayah belahan benua Amerika Utara, misalnya, ada komando bernama United State North Command (USNORTHCOM), untuk belahan Amerika selatan ada United State South Command (USSOUTHCOM), wilayah Timur Tengah dan sebagian Afrika di bawah komando United State Central Command (USCENTCOM), wilayah Eropa dibawah komando United State Europe Command (USEUCOM), serta daerah Asia Pasifik dan Australia di bawah komando United State Pasific Command (USPACAOM).
Seperti ditulis dalam Globalresearch.ca, tahun 2007, menurut C. Johnson, dari Komisi NATO dan Jaringan Internasional untuk Abolisi dan Pangkalan Militer Asing, AS mengendalikan 700 hingga 800 pangkalan militer di seluruh dunia yang tersebar di 63 negara. Pasca peristiwa penyerangan menara kembar WTC pada 11 September 2001, sebanyak 7 pangkalan militer baru dibangun. Sebanyak 255.065 personel militer juga disiagakan di luar negeri.
Sementara menurut David Vine dalam Base Nation: How US Military Base Abroad Harm America and the World (2015), AS tercatat memiliki 686 pangkalan militer di luar 50 negara bagian AS.
Jumlah personel di luar negeri tak sama setiap tahunnya. Tergantung kebijakan pemerintah AS. Pada tahun 2012, menurut Departemen Pertahanan AS, terdapat 172.966 personel militer yang ditempatkan di luar negeri. Kurun waktu tahun 2001 hingga 2003, AS memiliki 730 instalasi militer di 50 negara. Instalasi ini bisa berupa gedung, pangkalan udara, pelabuhan, pusat senjata jarak jauh, mess prajurit, kamp pelatihan militer, dan lainnya.
Titip Senjata di Negeri Orang
Setelah Perang Dunia II, AS memang tampil menjadi negara adidaya. Bentuk pengaruh mereka di penjuru dunia tak hanya terlihat dari hegemoni ekonomi, tapi juga militer. Biasanya, pangkalan-pangkalan militer AS dibangun di wilayah negara sahabat. Tak satupun pangkalan dibangun di negara komunis maupun negara eks Blok Timur. Kalaupun ada, pangkalan militer itu biasanya sudah dibangun ketika Perang Dingin.
Masih menurut data Departemen Pertahanan AS, pada tahun 2012 jumlah seluruh anggota militer mereka mencapai 1.372.522 personel. Lebih dari sejuta personel itu ditempatkan di wilayah AS dan negara protektoratnya seperti Guam dan Puerto Rico. Tepatnya, terdapat 1.199.556 personel militer. Angka itu masih ditambah hampir seribu personel di sekitar Teluk Guantanamo. Di lima benua, AS menitipkan persenjataan dan juga 172.966 personelnya.
Di dekat wilayah daratan AS, seperti Kanada, Honduras dan Greenland, mereka menitipkan 672 personel militer. Pasukan-pasukan yang ada dalam instalasi di sekitar negara itu berada dalam komando USNORTHCOM. Di Timur Tengah dan Afrika, Amerika memiliki pangkalan di Kuwait, Bahrain, Qatar, Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Djibauti, dan Yordania. Dengan jumlah personel militer kira-kira 19 ribu orang. Timur Tengah dan sebagian Afrika itu dibawah komando USCENTCOM.
Di Eropa, militer AS ditempatkan di Jerman, Italia, Inggris, Spanyol, Turki, Belgia, Portugis, Belanda, Yunani dan Norwegia. Pada tahun 2012, jumlah personel militer AS mencapai lebih dari 71 ribu personel. Pasukan di Eropa dan persenjataannya ini berada di bawah komando USEUCOM. Tiga tahun kemudian, jumlah personel menurun menjadi 60 ribu. personel militer itu dikurangi karena adanya rencana menutup 15 pangkalan militer di Eropa. Sejarah keberadaan pangkalan militer AS di Eropa, tak jauh dari Perang Dingin sebelum runtuhnya Tembok Berlin.
Sementara di Asia Pasifik, di wilayah yang berada di bawah komando USPACOM, AS menempatkan personel terbanyak di Afghanistan, yakni sekitar 63 ribu orang. Setidaknya hingga 2012, Afghanistan tetap dianggap zona perang, meski kelompok Taliban sudah lama dihancurkan. Lalu disusul pangkalan militer AS di Okinawa, Jepang.
Menurut Departemen Pertahanan, terdapat lebih dari 52 personel militer AS di Jepang. Setelah Jepang dikalahkan sekutu dalam Perang Pasifik, Jepang menjadi pangkalan penting AS. Selain itu, di Korea Selatan, AS menempatkan setidaknya 28 ribu personel. Hal ini bisa dihubungkan dengan “ancaman” Korea Utara, meski Perang Korea sudah lama berakhir. Selain Jepang dan Korea Selatan, pangkalan lain adalah Australia, Singapura, Filipina, dan juga Thailand. Personel di masing-masing negara itu hanya seratusan.
Keberadaan pangkalan militer AS, di satu sisi seringkali menguntungkan negara-negara kecil yang tak kuat secara militer. Sebut saja Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, juga Kuwait. Saat Saddam Husein menjadi Presiden Irak, Kuwait dalam posisi merasa terancam.
Pangkalan Terapung
Selain pangkalan statis di negara-negara sahabat, AS juga mengerahkan pangkalan bergerak dalam sebuah kapal induk. Tak hanya personel dan senjata berat yang bisa diangkut atau berpangkalan di atasnya, tapi juga pesawat-pesawat tempur jet ringan. Sejak Perang Dunia II, AS sudah memiliki kapal induk.
Saat ini, menurut situs gonavy.jp, Angkatan Laut AS setidaknya memiliki 10 kapal induk yang beroperasi. Kapal-kapal ini tidak sekadar menjaga wilayah perairan mereka sendiri, melainkan semua perairan dunia demi kepentingan Gedung Putih.
Kapal induk-kapal induk yang berada dalam wewenang Angkatan Laut AS antara lain USS Harry S Truman, USS Nimitz, USS Dwight Eisenhower, USS George HW Bush, USS John Stennis, USS Carl Vinson, USS Ronald Reagen, USS Abraham Lincoln, USS Thodore Roosevelt, USS George Washington, juga USS Gerald Ford. Beberapa kapal induk lain masuk dok perbaikan.
Setiap kapal induk biasanya dikawal beberapa kapal perang bersenjata berat, seperti jenis fregat, kapal perusak, cruiser (penjelajah) dan juga kapal selam. Setiap kapal induk setidaknya bisa menampung satu skuadron pesawat tempur yang terdiri dari 12 hingga 24 pesawat.
Kapal induk banyak berjasa dalam persiapan operasi militer. AS mengerahkan kapal induk sebagai pangkalan pesawat tempur, sebelum pesawat-pesawat yang terangkut itu beraksi. Kapal induk bahkan merupakan pangkalan paling efektif dalam perang. Kapal induk dan rombongan hanya perlu bergerak menuju daerah perang.
Beberapa kapal induk AS disebar ke beberapa penjuru dunia. Kapal induk tak hanya mendekati daerah perang maupun patroli di laut lepas. Jika Presiden Amerika mendatangi sebuah negara, maka kapal induk di sekitar negara yang dikunjungi Sang Presiden akan mendekati, atau bahkan memasuki wilayah laut negara tersebut.
Belakangan, kapal induk USS Stennis dengan dikawal 4 kapal perang yang berukuran lebih kecil, muncul di Laut China Selatan. Terkait dengan sengketa yang melibatkan Cina, Komando Pasifik menyebut mereka sudah puluhan tahun berpatroli di sekitar Laut China Selatan. Maka tak menutup kemungkinan, kapal-kapal induk itu bersiaga di setiap wilayah komando AS di luar negeri.
Anggaran Militer Tertinggi Dunia
Memiliki jutaan personel, kapal induk berserta kapal pengawalnya, juga pangkalan militer di daratan negara sahabat, tentu tak ramah bagi kantong AS. Maka tak perlu heran jika AS tercatat sebagai negara dengan anggaran militer pertahanan tertinggi di dunia.
Menurut Bank of America Merril Lynch dan Transformasi Atlas Dunia pada Agustus 2015, sebanyak 610 miliar dolar uang dari para pembayar pajak di AS dialokasikan ke militer. AS merupakan penyumbang dua per tiga dana operasional NATO di Eropa. Padahal, NATO memiliki 27 negara anggota.
Cina yang super power di Asia, bahkan anggaran militernya tak mencapai separuh dari anggaran militer AS. Cina hanya menganggarkan 216 miliar dolar. Negara kuat lain seperti Perancis hanya 62 miliar dolar dan Inggris pun hanya 60 miliar dolar.
Anggaran militer AS tersebut termasuk untuk membiayai pangkalan militernya yang berada di seluruh dunia. Mulai dari pangkalan statis di daratan negara sahabat, hingga membiayai perjalanan rombongan kapal induk. Menjaga dunia memang mahal.
Cina yang dianggap saingan Amerika, sebenarnya tidak tinggal diam dengan eksistensi AS di segala penjuru dunia, apalagi yang terkait dengan wilayahnya. Cina pun berencana meningkatkan anggaran militernya.
Meski anggaran militernya sudah cukup besar, Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Ash Carter, rupanya juga akan mengusulkan penambahan anggaran secara besar-besaran belanja militer di Eropa untuk 2017. AS menilai, Rusia adalah bahaya besar di Eropa. Carter dengan agak paranoid, bermaksud mencegah apa yang disebutnya sebagai "Agresi Rusia”.
"Selama 25 tahun kita tak pernah mengkhawatirkan hal ini... Sekarang kita khawatir (dengan Rusia)," kata Carter, saat menjelaskan rencana anggaran pertahanan di Washington, di awal tahun 2016. Dia pun meminta anggaran militer di Eropa ditambah menjadi 3,4 miliar dolar. Naik empat kali lipat dari jumlah saat ini yang mencapai 789 juta dolar.
Nampaknya proposal Carter ini tak akan sulit untuk disetujui. Sebab sebelumnya, Presiden Barack Obama pernah menyatakan bahwa "Rusia mengambil langkah-langkah agresif" di dekat negara-negara anggota NATO. Obama pun menggambarkannya sebagai "masa-masa yang sulit dan penting" bagi NATO.
Berdalih mengimbangi kekuatan Rusia, Amerika menambah anggaran militernya. Cengkeramannya di dunia pun akan semakin kuat.
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Kukuh Bhimo Nugroho