Menuju konten utama

Berbekal Kapal Induk, Tak Ada yang Tak Dapat Dijangkau

Berbekal anggaran 610 miliar dolar di tahun 2015, militer Amerika Serikat (AS) menjadi yang terkuat di dunia. Anggaran itu membuat mereka mampu memiliki belasan kapal induk, pasukan tempur AS yang bisa menjangkau negara manapun di dunia.

Berbekal Kapal Induk, Tak Ada yang Tak Dapat Dijangkau

tirto.id - AS memiliki lebih dari sepuluh kapal induk yang merupakan terbanyak di dunia. Padahal, Departemen Pertahanan AS memerlukan dana 4,5 miliar dolar atau sekitar Rp58,5 triliun untuk pengadaan satu kapal induk. Itu belum termasuk biaya operasional dan perawatan. Pertahanan merupakan investasi penting bagi Gedung Putih.

Selain pangkalan militer yang disebar di berbagai negara, kapal induk juga sangat penting bagi militer AS. Sebab kapal induk bisa memberikan bantuan dari udara bagi personel militer di darat. Tak heran, jika ada sengketa yang harus melibatkan pasukannya, kapal induk AS bisa menjadi pangkalan terapung yang berbahaya bagi lawan.

Menurut data dari situs gonavy.jp, AS memiliki 10 kapal induk yang berstatus aktif. Sementara itu, USS Gerald Ford, USS John F Kennedy dan USS Enterprise berstatus belum aktif untuk berdinas di Angkatan Laut. Sebenarnya, beberapa kapal induk yang berstatus aktif pun ada yang harus menjalani perawatan yang lamanya 16 bulan. Sebut saja USS Nimitz (CVN-68), USS Abraham Lincoln (CVN-72) dan USS George Bush (CVN-77).

USS Nimitz yang beroperasi sejak 1975, pada Januari 2015, mulai bersandar di Pangkalan Angkatan Laut Kitsap Bremerton, yang terletak di bagian utara Samudera Pasifik. Di awal Juni 2016, Nimitz masih belum berlayar. Jika Nimitz berlayar, kapal ini akan melintasi Samudera Pasifik guna membantu komando USPACOM di Asia Pasifik.

Sementara itu, USS Abraham Lincoln (CVN-72) tidak sedang ditugaskan di laut. Kapal ini masuk dok sejak Maret 2013 dan kemungkinan baru akan siap bertugas pada November 2016. Di Pangkalan Angkatan Laut, Norfolk, Negara Bagian Virginia, di pesisir timur Amerika, kapal induk USS George Bush (CVN-77) juga sedang diistirahatkan sejak 16 Juni 2016. Kapal ini pernah menjalani tugas luar negeri dengan berlayar di sekitar Luat Tengah dan Laut Arab, pada tahun 2011 dan 2014. Selebihnya, beroperasi tak jauh dari Norfolk.

Tiga Pangkalan Kapal Induk

Pada 15 Juni 2016, dari Pangkalan Angkatan Laut Kitsap Bremerton, kapal induk USS John Stennis (CVN-74) lepas jangkar. Kapal ini bertugas mengitari bagian timur Samudra Pasifik. Kapal sempat singgah di San Diego pada 18 dan 19 Januari 2016, dan kemudian Hawaii pada 26 hingga 29 Januari 2016. Masuk Februari, kapal berada di perairan bagian barat Samudera Pasifik. Pada Maret, USS John Stennis berada di sekitar Korea Selatan dan Laut Cina Timur. Pada April berada di Laut Cina Selatan dan Mei di perairan Filipina.

Berangkat dari Pangkalan Angkatan Laut Norfolk, negara bagian Virginia, pada awal Juni 2016, kapal induk USS Dwight Eisenhower (CVN-69) berangkat menuju Timur Tengah dengan melintasi Samudera Atlantik. Kapal induk bertenaga nuklir ini masuk dalam Armada ke-6 Angkatan Laut. Pada 13 Juni 2016, kapal singgah di Selat Gibraltar. Selanjutnya pada pertengahan Juni, kapal akan melintasi Laut Tengah. Tak jauh dari Laut Tengah ada Suriah yang sedang dilanda perang.

Sementara Armada ke-5 Angkatan Laut AS, diperkuat kapal induk USS Harry Truman. Kapal bergerak dari basisnya di Norfolk Virginia guna melintasi Selat Gibraltar. Setelah melewati Terusan Sues dan Laut Merah, kapal menuju Laut Arab. USS Harry Truman bolak-balik dari Jebel Ali di Uni Emirat Arab ke Teluk Persia selama enam bulan. Teluk Persia dekat dengan Iran yang bukan negara sahabat AS. Awal Juni 2016, kapal berlayar melintasi Laut Merah lalu Laut Tengah.

Kapal induk USS George Washington (CVN-73) semula bersandar di Norfolk sejak 1992 hingga 2008. Namun. dalam rentang 2008 hingga 2015, mangkal di Yokosuka, Jepang. Kapal bertugas mengitari Korea, Kepulauan Pasifik, Filipina, Australia, Laut China Selatan, Singapura, Thailand, dan Samudera Hindia. Pada Agustus 2015, kapal kembali ke Norfolk. Hingga Juni 2016, kapal induk ini hanya bergerak di sekitar perairan Virginia.

Pada 3 Mei 2016, USS Carl Vinson (CVN-70) bertolak dari Pangkalan Angkatan Laut San Diego menuju laut lepas California. Arah barat lepas pantai California membentang Samudera Hindia. Kapal ini hanya bersiaga di perairan sekitar Pantai Barat Amerika. Pada 19 Mei, kapal kembali lagi ke San Diego, dan kembali angkat jangkar menuju perairan California pada 3 Juni 2016.

Kapal Induk USS Theodore Roosevelt (CVN-71) juga sering bersandar di San Diego. Kapal ini bertugas mengitari Samudera Pasifik seperti halnya USS Carl Vinson. Pada Maret 2016, kapal kembali ke San Diego setelah lebih dari dua minggu berada di Samudera Pasifik.

Kapal Induk lain yang disiagakan di sekitar Samudera Pasifik adalah USS Ronald Reagen (CVN-76). Kapal induk yang dibangun di Virginia ini mulai berlayar di lepas Pantai Virginia sejak 2003.

Sejak 23 Juli 2004, USS Ronald Reagen kembali ke pangkalannya San Diego. Dari San Diego, USS Ronald Reagen sering mengitari kawasan Pasifik. Kapal ini sempat mampir di Filipina dan Australia. Pada tahun 2006, ketika Amerika berperang dengan Irak, USS Ronald Reagen bersiaga di Laut Arab. Setelah itu, kembali bersiaga di Samudera Pasifik.

Setidaknya, Amerika punya tiga pangkalan penting yang menjadi tempat perawatan kapal induk. Norfolk di pantai Timur Amerika yang menghadap Samudera Atlantik. Sementara pangkalan San Diego dan Kitsap Bremerton di pantai barat Amerika menghadap Samudera Pasifik.

Di akhir Juni 2016 ini, di sekitar pantai timur AS hanya ada USS George Washington yang bersiaga. Sementara USS Carl Vinson dan USS Theodore Roosevelt bersiaga di pantai barat AS. Dua kapal ini bisa digerakkan ke arah Pasifik. Sementara dua kapal induk yang sudah berada di Samudera Pasifik adalah USS Ronald Reagen dan USS John Stennis. Untuk urusan Timur Tengah, di Laut Arab yang dekat dengan Samudera Hindia, sudah bersiaga USS Harry Truman dan USS Dwight Eisenhower.

Sejuta Lebih Tentara

Guna mendukung kapal induk dan peralatan tempur yang canggih, ratusan ribu sumber daya manusia sebagai pasukan tempur pun dibutuhkan AS. Personel militer jelas sangat dibutuhkan di semua pangkalan. Mulai dari pelaut di kapal-kapal perang, pilot serta kru yang mengoperasikan pesawat-pesawat tempur dan juga tentara di garis depan.

Berdasar data dari Departemen Pertahanan AS, per 31 Desember 2012, terdapat 1.372.522 personel militer aktif, belum termasuk 800 ribu pasukan cadangan di dalam negeri. Di antara militer aktif itu, sebanyak 172.966 personel disebar di luar negeri. Mereka ditugaskan di 150 negara di dunia.

AS memiliki lima unsur angkatan perang, yakni United State Navy (Angkatan Laut), United State Coast Guard (Penjaga Pantai), United State Marine Corps (Marinir), United State Air Force (Angkatan Udara) dan United State Army (Angkatan Darat).

Personel militer yang ditugaskan ke luar negeri itu biasanya terdiri dari Angkatan Laut, Angkatan Udara, Angkatan Darat dan tentu Marinir. Di militer AS, marinir merupakan angkatan tersendiri. AS merupakan negara dengan pasukan marinir terbesar di dunia. Marinir merupakan pasukan andalan yang pertama dikirim ke medan perang. Di masa damai, banyak personel Marinir yang disiagakan di seluruh kedutaan AS yang ada di penjuru dunia.

Perang Dunia II dan juga Perang Vietnam merupakan masa di mana banyak pemuda AS ikut wajib militer untuk dikirim berperang. Setelah berkali-kali demo antiperang sejak awal Perang Vietnam di tahun 1975, akhirnya wajib militer pun ditiadakan. Meski tak ada lagi wajib militer, semua warga negara wajib melaporkan diri ke US Selective Service System. Tujuannya, memudahkan pemerintah jika perlu mobilisasi untuk perang.

Militer AS lebih fleksibel dalam hal usia penerimaan anggotanya. Usia 34 merupakan usia maksimal untuk masuk Angkatan Laut, Angkatan Darat 35 tahun, Angkatan Udara dan Penjaga Pantai 27 tahun, sedangkan 28 tahun untuk Marinir. Di semua angkatan, usia minimal mendaftar 17 tahun dengan izin orang tua. Bandingkan dengan Indonesia, di mana pemuda berusia 18 hingga 22 tahun saja yang diterima seleksi masuk militer. Kecuali perekrutan perwira dari kalangan sarjana dan dokter, maksimal 27 dan 32 tahun.

Setelah diterima menjadi anggota militer, setiap personel harus siap dikirim ke mana saja. Besarnya anggaran militer membuat mereka dibekali senapan serbu, pistol genggam, pisau, alat navigasi, teropong malam, rompi anti peluru, sepatu militer terbaik, serta logistik untuk beberapa hari jika ditempatkan di medan tempur.

Dengan dukungan armada pesawat atau helikopter dari kapal induk, tentara reguler atau pasukan khusus AS bisa diterjunkan ke berbagai negara demi kepentingan nasional. Dengan demikian, tak ada yang tidak bisa dijangkau oleh militer AS.

Baca juga artikel terkait PANGKALAN MILITER atau tulisan lainnya dari Petrik Matanasi

tirto.id - Politik
Reporter: Petrik Matanasi
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Kukuh Bhimo Nugroho