Menuju konten utama

Di Atas Lawan, Di Bawah Kawan

Pencak Dor Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.

Di Atas Lawan, Di Bawah Kawan
Buah dari budaya seni bela diri dikalangan santri melahirkan para pendekar silat tangguh, hingga pada tahun 1966 dibawah kepemimpinan KH Muhamad Abdullah Maksum Jauhari, para pendekar ini tergabung dalam GASMI (Gerakan Aksi Silat Muslimin Indonesia). tirto.id/Arimacs Wilander
2018/05/23/1_dsc_9799_0.jpg
Budaya seni beladiri di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, telah lama tumbuh. Seni bela diri muncul seiring dengan didirikanya Pondok Pesantren Lirboyo oleh Kiai Abdul Karim tahun 1910. tirto.id/Arimacs Wilander
2018/05/23/2_dsc_9926.jpg
Buah dari budaya seni bela diri dikalangan santri melahirkan para pendekar silat tangguh, hingga pada tahun 1966 dibawah kepemimpinan KH Muhamad Abdullah Maksum Jauhari, para pendekar ini tergabung dalam GASMI (Gerakan Aksi Silat Muslimin Indonesia). tirto.id/Arimacs Wilander
2018/05/23/3_dsc_9214_0.jpg
Hingga kini, budaya silat di kalangan santri Lirboyo tetap ada. Bahkan sebuah perhelatan arena tarung bebas di gelar setiap tahunya. Pertarungan antar pesilat ini dinamai Pencak Dor. tirto.id/Arimacs Wilander
2018/05/23/4_dsc_9549.jpg
Tak hanya santri, para pesilat dari perguruan silat dan masyarakat turut andil dalam acara tarung bebas Pencak Dor. tirto.id/Arimacs Wilander
2018/05/23/5_dsc_9552.jpg
Para pesilat bertanding dengan alat sederhana, berbusana bebas dengan balutan Hand Wraps untuk sekedar melindungi kepalan tangan. tirto.id/Arimacs Wilander
2018/05/23/6_dsc_9432.jpg
Pesilat juga menggunakan Gamsil khas seorang petinju untuk melindungi gigi dari pukulan lawan. tirto.id/Arimacs Wilander
2018/05/23/7_dsc_9253.jpg
Para pesilat Pencak Dor bertanding di ring seluas 8x4 meter, dipagari tiang-tiang bambu dan beralas kayu. tirto.id/Arimacs Wilander
2018/05/23/8_dsc_9229.jpg
Perhelatan tarung bebas yang diselenggarakan di lapangan area Pondok esantren Lirboyo ini selalu dihadiri banyak penonton, ratusan bahkan ribuan orang. tirto.id/Arimacs Wilander
2018/05/23/9_dsc_9235.jpg
Di sudut ring saat pesilat tengah bertanding, pesilat lain diijinkan untuk menunggu giliran bertanding. tirto.id/Arimacs Wilander
2018/05/23/10_dsc_9407.jpg
Saat bertanding, tak ada larangan untuk tidak memukul anggota badan tertentu. Muka, dada, perut, kaki, sah jadi target pukulan lawan. tirto.id/Arimacs Wilander
2018/05/23/11_dsc_9554.jpg
Penonton tak jarang dibuat tegang oleh pertarungan seru para pesilat. tirto.id/Arimacs Wilander
2018/05/23/13_dsc_9680.jpg
Jika lawan sudah roboh, aturan mainya tak boleh terus menerus dipukul. Wasit akan melerai kedua petarung. tirto.id/Arimacs Wilander
2018/05/23/12_dsc_9706.jpg
Walau tak ada pakem durasi bertanding, kedua petarung bisa mengajukan istirahat sejenak, biasanya digunakan petarung untuk minum dan mendengar arahan pelatihnya. tirto.id/Arimacs Wilander
2018/05/23/14_mac_2083.jpg
Di atas ring tarung bebas Pencak Dor, tiap pesilat boleh meluapkan emosinya untuk merobohkan lawan. tirto.id/Arimacs Wilander
2018/05/23/15_mac_1641.jpg
Usai perhelatan tarung bebas Pencak Dor digelar, para pesilat tetap menjadi kawan. Prinsip yang dipegang oleh para petarung; Di Atas Lawan, Di Bawah Kawan. tirto.id/Arimacs Wilander
Dalam kekhusyukan menempa ilmu agama, santri Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, turut menjaga budaya yang diwariskan oleh pengasuhnya terdahulu. Budaya seni bela diri di kalangan santri mendarah daging dalam keseharian.

Gelora mempertahankan diri dari serangan musuh dan memerangi penjajah saat Lirboyo didirikan Kyai Abdul Karim tahun 1910 silam, masih dipegang erat para santri hingga kini.

Budaya seni bela diri di Lirboyo makin menemukan format utuhnya saat KH Muhamad Abdullah Maksum Jauhari atau yang akrab disapa Gus Maksum resmi mendirikan GASMI (Gerakan Aksi Silat Muslimin Indonesia) pada tahun 1966.

Dari GASMI, perhelatan tarung bebas Pencak Dor mulai konsisten digelar. Bagi para pesilat dari kalangan santri, Pencak Dor adalah gelanggang uji kepiawaian teknik silat. Jika ada masalah antar santri, Pencak Dor adalah solusi. Tak ada menang kalah diakhir pertandingan, usai pertandingan mereka kembali akrab dalam rutinitas pondok pesantren.

Jika di era 60-an hingga 90-an Pencak Dor didominasi oleh pesilat dari kalangan santri, era 2000-an macam-macam perguruan silat di kawasan eks-Karasidenan Kediri juga turut andil dalam Pencak Dor. Masyarakat yang tak tergabung dalam perguruan silat pun turut meramaikan perhelatan Pencak Dor.

Setiap tahun, di kawasan Pondok Pesantren Lirboyo Pencak Dor rutin digelar. Di bawah asuhan Badrul Huda Zainal Abidin atau Gus Bidin, yang kini menjadi ketua GASMI, ritual tahunan ini punya dampak positif tersendiri.

Tawuran anak-anak muda di sekitaran Kabupaten eks-Karasidenan Kediri bisa ditekan. Anak-anak muda ini benar-benar memanfaatkan Pencak Dor sebagai solusi atas tiap masalah yang ada. Para pesilat yang bertanding dalam Pencak Dor memegang teguh filosofi Pencak Dor, Di atas Lawan, Di Bawah Kawan. Di Atas ring pesilat adalah lawan, di bawah ring, yang artinya usai bertarung mereka adalah kawan.



Teks dan Foto; Arimacs Wilander
Baca juga artikel terkait SILAT atau tulisan lainnya

Fotografer: Arimacs Wilander