Menuju konten utama

Dampak Rebound Relationship dan Ciri-ciri Hubungan Pelampiasan

Rebound dalam hubungan, atau biasa disebut dengan istilah rebound relationship, memiliki dampak bagi pasangan. Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Dampak Rebound Relationship dan Ciri-ciri Hubungan Pelampiasan
Ilustrasi relationship. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Rebound dalam hubungan, biasa disebut juga rebound relationship, adalah hubungan romantis yang terbentuk segera setelah seseorang putus cinta. Biasanya, hubungan tersebut dimulai ketika seseorang belum menyelesaikan perasaan tentang hubungan sebelumnya.

Rebound relationship tergolong salah satu contoh pelampiasan cinta. Sebab, hubungan romantis di masa lalunya belum benar-benar terselesaikan.

Namun, ada dua kemungkinan seseorang masuk dalam rebound relationship.

Orang yang baru saja putus cinta mungkin dengan sengaja mencari orang lain untuk masuk ke dalam rebound relationship. Namun, seseorang juga bisa saja jatuh ke dalam relasi semacam itu secara kebetulan dan tanpa sadar.

Elizabeth Fedrick, seorang konselor profesional berlisensi, dalam artikel Pop Sugar berjudul "What Is a Rebound Relationship, and Can They Last", menjelaskan bahwa tidak ada jangka waktu pasti kapan hubungan disebut dengan rebound relationship. Namun, penelitian menyebutkan bahwa hubungan pelampiasan terjadi dalam rentang antara sebulan hingga satu tahun.

Beberapa orang memiliki beberapa alasan memilih rebound relationship. Di antaranya yakni:

  • Orang yang memilih rebound relationship karena belum bisa mengatasi berbagai emosi negatif, kesedihan, sakit hati, kemarahan, rasa bersalah, dan mungkin rasa malu, akibat perpisahan dengan pasangan sebelumnya.
  • Banyak orang melakukan rebound relationship karena ingin membuat mantan cemburu.

Dampak Rebound Relationship

Berdasarkan artikel Very Well Mind berjudul "What Is a Rebound Relationship?", rebound relationship diyakini dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang. Selain dampak negatif, rebound relationship juga memungkinkan adanya manfaat. Dampak rebound relationship di antaranya meliputi:

1. Berdampak buruk bagi kesehatan mental Anda

Setelah putus dari sebuah relasi, Anda harus bersabar dan menyediakan waktu bagi diri sendiri untuk memulihkan diri. Anda harus memastikan bahwa tidak ada emosi-emosi negatif yang masih belum terselesaikan.

Bila Anda langsung menjalin relasi, ini sebenarnya bisa menjadi semacam penanda bahwa Anda sudah move on. Namun, jika Anda masuk dalam relasi baru hanya karena ingin berlari dari berbagai emosi, termasuk memori menyakitkan akibat perpisahan, kesehatan mental Anda bisa saja memburuk.

2. Berdampak negatif terhadap kesehatan mental pasangan Anda

Rebound relationship sebenarnya bisa menjadi relasi yang sehat dan menyembuhkan jiwa. Namun, relasi ini harus disadari, diinginkan, serta dibutuhkan oleh kedua belah pihak.

Sebaliknya, jika masing-masing orang tidak memiliki pemahaman yang sama, akan terjadi ketimpangan dalam relasi itu. Misalnya, ketidakseimbangan emosi.

Apabila ada masalah di hubungan pelampiasan tersebut, misalnya membuat Anda insecure, Anda harus segera mengevaluasi relasi itu.

3. Meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri

Berdasarkan studi yang dilakukan Claudia C. Brumbaugh dan R. Chris Fraley berjudul Too fast, Too Soon? An Empirical Investigation into Rebound Relationships (2014), rebound relationship memungkinkan dampak positif. Salah satunya adalah meningkatkan harga diri.

Berdasarkan penelitian Brumbaugh dan Fraley, seorang yang memilih rebound relationship ada kemungkinan merasa lebih menghormati pasangan barunya. Hal itu, menurut para peneliti, mungkin karena mereka merasa beruntung memiliki seseorang selama masa setelah putus cinta.

Seseorang yang menjalani hubungan pelampiasan juga mungkin melakukan evaluasi diri. Artinya, ia mencoba memahami pasangannya saat ini dengan perspektif pengalaman, berdasarkan pasangan masa lalunya.

4. Perasaan yang lebih ambigu

Masih berdasarkan penelitian yang sama, rebound relationship memungkinkan terjadi ambiguitas perasaan. Hal ini disebabkan oleh frekuensi kontak antara seseorang dengan mantan pacarnya, meskipun sudah memiliki pasangan baru.

Apabila kontak antara pasangan dan mantan pacarnya terus berlanjut, kemungkinan timbulnya masalah dalam hubungan pelampiasan itu cenderung lebih besar. Lantas, berapa lama hubungan pelarian bertahan?

Sayangnya, tidak ada jangka waktu pasti berapa lama rebound relationship dapat bertahan. Lamanya hubungan pelarian ini tergantung dari masing-masing pasangan.

Ciri-ciri Hubungan Pelampiasan

Kiaundra Jackson, terapis pernikahan dan keluarga, dikutip dari Mind Body Green, menjelaskan beberapa tanda-tanda seseorang berada dalam rebound relationship. Berikut ini ciri-ciri hubungan pelampiasan:

  • Pasangan baru saja keluar dari hubungan romantis yang serius
  • Pasangan Anda berbicara tentang mantan sepanjang waktu, atau kerap menghindari pembicaraan tentang mantan
  • Hubungan yang Anda jalani ini bergerak dengan sangat cepat, atau hubungan ini rasanya seperti terburu-buru, atau seperti ada target yang hendak dikejar
  • Pasangan Anda tidak terbuka secara emosional atau tidak mau membuka diri lebih dalam
  • Sebagian besar waktu bersama yang dihabiskan dalam relasi ini selalu berorientasi pada seks
  • Pasangan Anda seringkali memberi sinyal campuran yang tidak jelas pada Anda
  • Pasangan Anda seperti sangat menyukai segala perhatian yang diberikan, bahkan terkadang dengan sangat berlebihan
  • Pasangan Anda seperti ingin memamerkan relasi ini kepada orang lain, atau khusus hanya kepada mantan
  • Pasangan Anda tidak ingin memasukkan Anda ke dalam lingkaran dekat keluarga, atau teman dekatnya
  • Pasangan Anda tidak berkomitmen pada rencana jangka panjang, dalam hal apapun kepada Anda
  • Relasi yang dijalani berumur pendek

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Lucia Dianawuri

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Lucia Dianawuri
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Fadli Nasrudin