Menuju konten utama

Dampak Positif dan Negatif Hilirisasi Nikel di Indonesia

Keuntungan hilirisasi nikel tidak sebanding dengan dampak negatif yang dihasilkan dari mulai penambangan hingga produksi menjadi produk jadi.

Dampak Positif dan Negatif Hilirisasi Nikel di Indonesia
Foto udara kepulan asap dari pembakaran nikel di kawasan industri PT Obsidian Stainless Steel (OSS) di Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, Kamis (25/7/2024). Dua pabrik smelter nikel milik PT Virtue Dragon Nickel Industri (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS) merupakan pabrik smelter nikel terbesar di Indonesia yang mampu memproduksi 1,8 juta ton per tahun. ANTARA FOTO/Jojon.

tirto.id - Segala sesuatu mengenai industri pertambangan di Indonesia selalu menarik untuk diperbincangkan. Salah satu yang saat ini menjadi sorotan adalah dampak positif dan negatif hilirisasi nikel bagi Indonesia.

Menurut data dari Statistayang dirilis pada Februari 2024, produksi bijih nikel di Indonesia mencapai sekitar 98,19 juta Metric Tons (MT) pada 2022. Jumlah itu meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya yang hanya 65,51 MT.

Jumlah produksi yang tinggi tersebut berkaitan erat dengan program hilirisasi nikel yang digagas pemerintah. Sejak 2020, pemerintah melarang ekspor bijih nikel sebelum diolah terlebih dahulu di dalam negeri.

Lalu, apa itu hilirisasi nikel? Apakah ada keuntungan hilirisasi nikel di Indonesia? Berikut akan disajikan penjelasan lengkap terkait pengertian, contoh, dan dampak negatif hilirisasi nikel.

Apa yang Dimaksud Hilirisasi Nikel?

Hilirisasi nikel adalah upaya meningkatkan nilai tambah dari nikel dengan cara mengembangkan industri hulu dan hilir. Hal itu juga diiringi dengan menciptakan struktur industri, peningkatan peluang usaha, dan membuka lapangan kerja.

Staf Khusus Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Tina Talisa, dikutip dari situs web resmi Kementerian Investasi, mengatakan bahwa hilirisasi nikel artinya cara untuk menciptakan nilai tambah dari nikel, sebagai salah satu kekayaan alam.

Proses produksi nikel dalam sistem hilirisasi dibuat terintegrasi dari hulu tambangnya, kemudian ke smelter, pemurnian, pengolahan, prekursor, katoda, hingga menjadi sel baterai kendaraan listrik.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) atau Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) pada tahap kegiatan operasi produksi wajib meningkatkan nilai tambah mineral.

Peningkatan nilai tambah sebagaimana dimaksud dalam regulasi tersebut mencakup pengolahan dan pemurnian untuk komoditas tambang mineral logam; pengolahan untuk komoditas tambang mineral bukan logam; dan/atau pengolahan untuk komoditas tambang batuan.

Sementara itu, pengolahan atau pemurnian wajib memenuhi batasan minimum pengolahan dan atau pemurnian, dengan mempertimbangkan peningkatan nilai ekonomi, dan/atau kebutuhan pasar. Ketentuan lebih lanjut mengenai batasan minimum pengolahan dan atau pemurnian diatur berdasarkan peraturan pemerintah.

Contoh Hilirisasi Nikel

Contoh hilirisasi nikel adalah pengolahan bijih nikel atau nikel mentah menjadi produk dengan nilai ekonomis tinggi. Berikut adalah beberapa contoh produk hilirisasi nikel menurut Profesor riset dari Pusat Riset Metalurgi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Efendi.

  • Stainless steel
  • Baterai
  • Paduan nikel
  • Serbuk nikel
  • Lapis nikel
  • Senyawa nikel
Namun, contoh hilirisasi nikel di Indonesia yang disebutkan di atas masih dalam bentuk setengah jadi. Dengan kata lain, proses hilirisasi belum sepenuhnya tuntas. Hilirisasi dikatakan sudah sampai pada tahap akhir ketika produk yang dihasilkan sudah berbentuk barang jadi. Artinya, produk bisa langsung dinikmati oleh konsumen akhir tanpa harus melewati proses lanjutan lagi.

Dampak Positif dan Negatif Hilirisasi Nikel

Eksploitasi sumber daya alam selalu menjadi pisau bermata ganda yang menyajikan dampak negatif dan positif. Menimbang hal tersebut, pro dan kontra mengenai dampak hilirisasi nikel tidak jarang menjadi perdebatan.

A. Dampak Positif Hilirisasi Nikel

Dampak positif hilirisasi nikel kerap berkaitan dengan nilai ekonomis yang dapat dihasilkan. Berikut ini adalah beberapa dampak positif hilirisasi nikel.

1. Meningkatkan perekonomian nasional

M. Rizal Taufikurahman dkk., dalam studinya berjudul “Dampak Investasi Sektor Pertambangan Terhadap Kinerja Ekonomi Nasional dan Regional” yang rilis pada Desember 2023 melalui INDEF POLICY BRIEF No. 07/2023, menjelaskan, setiap kenaikan 1 persen investasi dan operasi tambang nikel di Sulawesi Tenggara akan menambah nilai perekonomian nasional (real GDP) sebesar 0,98 persen, diikuti oleh Sulawesi Selatan sebesar 0,92 persen, Maluku Utara sebesar 0,72 persen, dan Sulawesi Tengah 0,66 persen.

2. Meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Setiap kenaikan 1 persen produksi bijih nikel di Sulawesi Selatan akan menghasilkan tambahan pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 0.08 persen. Di sisi lain, setiap kenaikan 1 persen kapasitas input produksi bijih nikel di Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara akan berkontribusi pada kenaikan PDRB sebanyak 0,05 persen. Sementara itu, setiap kenaikan 1 persen kapasitas input bijih nikel di Sulawesi Tengah akan menghasilkan tambahan PDRB sebesar 0,02 persen.

3. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja

Keuntungan hilirisasi nikel dapat dilihat dari segi peningkatan penyerapan tenaga kerja. Setiap kenaikan 1000 ton kapasitas input bijih nikel akan menambah tenaga kerja sebanyak 47 orang di Sulawesi Selatan, 29 orang di Sulawesi Tenggara, 15 orang di Sulawesi Tengah, dan 7 orang di Maluku Utara.

B. Dampak Negatif Hilirisasi Nikel

Dampak negatif hilirisasi nikel berhubungan dengan kerusakan lingkungan dan efek jangka panjang lainnya. Berikut adalah beberapa dampak negatif hilirisasi nikel.

1. Kerusakan lingkungan

Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia. Pasar bergantung dengan produksi nikel Nusantara. Peningkatan kebutuhan pasar berarti peningkatan yang masif terhadap eksploitasi nikel.

Eksploitasi tambang, termasuk nikel, selalu dibayar mahal dengan mengorbankan lingkungan dan setiap makhluk hidup di dalamnya.

2. Peningkatan polusi dan limbah

Hilirisasi nikel mengharuskan nikel mentah diolah menjadi bahan dengan nilai tambah lebih tinggi. Pada proses pengolahan tersebut, perusahaan akan menghasilkan polusi dan limbah yang berdampak buruk bagi kelangsungan hidup makhluk sekitarnya, termasuk laut dan tanah.

3. Ketimpangan sosial dan ekonomi

Hilirisasi mungkin terbukti menyerap lapangan kerja. Namun, itu cenderung hanya berdampak bagi mereka yang memiliki keterampilan di bidang pertambangan.

Masyarakat yang tidak memiliki keterampilan tersebut didukung dengan kurangnya akses terhadap peluang ekonomi berkaitan dengan hilirisasi akan tertinggal. Hasilnya, ketimpangan sosial dan ekonomi tidak bisa dihindari.

4. Dampak buruk kesehatan karena emisi

Menurut data Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), dikutip dari Mongabay, hampir 80 persen total emisi di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku, berasal dari proses pengolahan nikel. Masyarakat menanggung dampak kerugian ekonomi dan kesehatan paling parah akibat paparan udara beracun dalam waktu lama.

Baca juga artikel terkait TAMBANG atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Fadli Nasrudin