tirto.id - Hilirisasi industri menjadi salah satu program kerja yang akhir-akhir ini semakin sering terdengar dalam kampanye pemilu 2024 ini.
Dalam kampanye maupun debat capres-cawapres disebutkan hilirisasi yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo akan diteruskan dan dikembangkan oleh pasangan calon nomor urut 2 yakni Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Tujuannya adalah untuk mencapai cita-cita Indonesia emas 2045.
Disebutkan oleh Gibran bahwa hilirisasi yang akan dilanjutkan bukanlah hanya hilirisasi tambang saja, melainkan juga hilirisasi industri lain seperti hilirisasi pertanian, perikanan, manufaktur, hilirisasi sumber daya alam, hingga hilirisasi digital, dan lain-lain.
Melansir buku Penguatan Struktur Ekonomi Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, Termasuk hilirisasi sumber daya alam dirasa cukup penting untuk memperkuat struktur ekonomi melalui industri manufaktur yang mendukung ekspor komoditas.
Hal yang perlu digarisbawahi dalam program ini adalah perlunya evaluasi untuk kinerja ekspor dalam jenis teknologi, penguatan produk yang disesuaikan dengan permintaan global dan tersedianya endowment, kebijakan larangan ekspor bahan mentah, serta dukungan besar untuk hilirisasi agar bisa menciptakan struktur ekspor nasional yang lebih baik dan sesuai dengan tren pengembangan industri hijau di masa mendatang.
Apa yang Dimaksud dengan Hilirisasi?
Secara sederhana, hilirisasi adalah sebuah program atau strategi suatu negara yang tujuannya ialah meningkatkan nilai tambah berbagai komoditas yang dimiliki oleh negara tersebut.
Dengan meningkatnya nilai tambah komoditas yang diekspor ke luar negeri, perekonomian negara juga akan meningkat. Terlebih lagi dengan kebijakan larangan ekspor bahan mentah terbukti mampu meningkatkan realisasi ekspor.
Pada 2017, ekspor produk besi dan baja hanya sebesar US$3,3 miliar, lalu menjadi US$27,8 miliar pada 2022. Sedangkan pada industri tambang dan mineral juga terjadi peningkatan sebesar 40% dari 2021 yakni mencapai US$36,4 miliar pada 2022.
Dilansir website resmi Kemenperin, Kemenperin menyatakan bahwa selain kebijakan pelarangan ekspor bahan mentah yang telah dicanangkan semenjak 2022, pemerintah juga bekerja keras dalam pengembangan hilirisasi industri 3 sektor yakni industri berbasis agro, berbasis bahan tambang dan mineral, serta industri berbasis migas dan batubara.
Jenis-Jenis Hilarisasi Industri
Menurut data Danareksa Research Institutue’s atau DRI’s Pulse Check, disebutkan bahwa pemerintah aktif mencanangkan program hilirisasi industri dalam berbagai sektor yang sebenarnya sudah direncanakan semenjak 2010, di antaranya:
- Hilirisasi pertanian dimulai pada tahun 2011 dengan diawali hilirisasi industri CPO.
- Pada 2012 dibangun smelter pengolahan bijih nikel dan tembaga.
- Pada 2015 hilirisasi nikel diawali di Morowali oleh perusahaan dari Tiongkok.
- Pada 2022 hilirisasi logam dengan menggalakkan larangan ekspor nikel dan adanya tuntutan dari WTO.
- Hilirisasi tambang direncanakan mulai dari 2023-2025 dengan program larangan ekspor aluminium pada 2023 serta dimulainya hilirisasi tembaga dan timah.
Sektor Mineral dan Batubara
Dalam sektor mineral dan batubara, jenis komoditasnya meliputi batubara, aluminium, nikel, timah, tembaga, bauksit, besi dan baja, serta emas dan aspal.Sektor Perkebunan dan Kehutanan
Pada sektor perkebunan dan kehutanan meliputi sawit, kelapa, karet, kayu log, biofuel, dan getah pinus.Sektor Kelautan dan Perikanan
Pada sektor kelautan dan perikanan antara lain garam, udang, kepiting, rumput laut dan perikanan.Sektor Migas
Komoditas sektor minyak dan gas meliputi minyak bumi dan gas alam.Hilirisasi digital
Hilirisasi digital adalah usaha untuk memaksimalkan pengaplikasian teknologi digital di berbagai sektor yang telah disebutkan di atas termasuk dalam sektor layanan sosial dan UMKM.Dengan digiatkannya program hilirisasi digital ini, diharapkan dapat membuka kesempatan kerja seluas-luasnya bagi generasi muda yang turut berpartisipasi untuk meningkatkan perekonomian.
Manfaat dan Dampak Hilarisasi Industri di Berbagai Sektor
Salah satu dampak besar yang timbul dari hilirisasi industri adalah meningkatnya investasi negara. Berikut penjelasannya:
1. Meningkatkan Investasi Dalam dan Luar Negeri
Investasi domestik meningkat 19,22% yoy dalam sektor primer meliputi pertambangan, kehutanan, perikanan, dan perkebunan.Sedangkan pada investasi asing tumbuh 46,67% yoy dalam sektor sekunder yakni industri pengolahan atau manufaktur.
Selain itu, hilirisasi industri dapat meningkatkan nilai tambah pada suatu produk atau komoditas. Misalnya dengan melakukan inovasi, nilai ekonomis suatu produk dapat ditingkatkan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan keuntungan.
2. Peningkatan Ekspor Dalam Negeri
Diutip laman Kemenperin, hilirisasi industri memiliki multiplier effect atau efek berganda. Selain berpengaruh pada investasi, hilirisasi juga berdampak pada kinerja ekspor nasional.Hilirisasi sumber daya alam menunjukkan peningkatan ekspor pada beberapa komoditas logam pada 2021. Ekspor nikel dan hasil produk meningkat pula pada 2022.
Dengan aktivitas ekspor yang meningkat maka tidak luput dari nilai tambah yang turut meningkat pula juga akan berdampak pada bertambahnya nilai devisa negara melalui ekspor serta serapan tenaga kerja juga akan bertambah.
3. Diversifikasi Ekonomi
Hilirisasi membantu menciptakan ekonomi yang lebih beragam dengan mengurangi ketergantungan pada sektor ekonomi tertentu.Dengan mengembangkan industri hilir, suatu negara atau wilayah dapat memiliki sumber pendapatan yang lebih beragam dan lebih stabil.
4. Penciptaan Lapangan Kerja
Proses hilirisasi umumnya memerlukan lebih banyak tenaga kerja daripada produksi bahan mentah atau komoditas primer. Dengan demikian, hilirisasi dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.5. Inovasi dan Teknologi
Hilirisasi dapat mendorong pengembangan inovasi dan teknologi. Saat industri melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas atau menghasilkan produk baru, ini seringkali melibatkan penerapan teknologi yang lebih canggih.6. Peningkatan Infrastruktur
Pengembangan industri hilir seringkali memerlukan investasi dalam infrastruktur seperti pabrik, jaringan transportasi, dan fasilitas penelitian. Ini dapat memberikan dampak positif pada pengembangan infrastruktur suatu wilayah.Penulis: Yasinta Arum Rismawati
Editor: Dhita Koesno