tirto.id - Perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial merupakan tindakan yang tidak sejalan dengan nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat. Perilaku ini tidak sesuai dengan kehendak masyarakat (umum). Penyimpangan sosial ini dapat dikaji secara sosiologi dan antropologi.
Dikutip dari buku Sosiologi untuk SMA Kelas X (2009, Hlm 104), pengertian menurut beberapa pakar sosiologi sebagai berikut:
1. Bruce J. Cohen mengatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan setiap perilaku yang tidak menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat.
2. James Vander Zander mengatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang (masyarakat).
3. Robert M.Z. mengatakan bahwa perilaku menyimpang adalah semua tindakan menyimpang dari norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang untuk memperbaiki perilaku tersebut.
Dikutip dari jurnal Perilaku Menyimpang Dalam Perspektif Sosiologis oleh Suyato, secara mendasar, ada tiga perspektif untuk menentukan apakah perilaku menyimpang itu sebagai berikut:
1. Perspektif Absolutist
Pandangan ini berpendapat bahwa kualitas atau karakteristik perilaku menyimpang bersifat instrinsik. Dapat diartikan bahwa perilaku menyimpang ditentukan bukan dengan norma, kebiasaan, atau aturan-aturan sosial.
2. Perspektif Normative
Pandangan ini berpendapat bahwa perilaku menyimpang bisa didefinisikan sebagai setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Sebuah tindakan dikatakan menyimpang atau tidak, ditentukan oleh batasan-batasan norma kemasyarakatan atau budaya.
3. Perspektif Reactive
Pendapat ini berpendapat bahwa perilaku menyimpang dapat ditemukan dalam bagaimana ia dinilai secara aktual. Untuk dimasukan ke dalam sebagai penyimpangan sosial, sebuah tindakan harus diamati dengan didengar dan menyebabkan hukuman yang nyata bagi pelakunya.
Teori Penyimpangan Sosial Menurut Para Ahli
Dikutip dari modul Antropologi SMA oleh Kemendikbud (2017), menyebutkan 4 teori yang menerangkan penyebab perilaku menyimpang sebagai berikut:
1. Teori Differential Association
Teori ini diungkapkan oleh Edwin H. Sutherland yang menyatakan bahwa penyimpangan sosial terjadi karena pergaulan berbeda. Oleh karena itu, perilaku menyimpang dipahami dengan proses alih budaya (cultural transmission).
Melalui proses alih budaya, seseorang memahami deviant subculture (suatu sub kebudayaan menyimpang). Proses belajar tersebut terjadi karena intensitas kontak dengan orang yang menyimpang.
Sumber penyimpangan dalam teori Sutherland adalah keluarga, teman sebaya, lingkungan hunian, subkultur, bahkan penjara. Contoh perilaku ini Sutherland ialah perilaku mengisap ganja (mariyuana), tetapi proses yang sama berlaku pula dalam mempelajari beraneka jenis perilaku menyimpang lainnya.
2. Teori Labeling (Edwin M. Lemert)
Teori Labeling diungkapkan oleh Edwin M. Lemert yang menyatakan bahwa penyimpangan terjadi karena masyarakat memberikan cap/label negatif seseorang yang pernah melakukan penyimpangan primer (primary deviation).
Seseorang yang pernah mencuri, menipu, mendusta, merampok, dan lain sebagainya akan mendapatkan cap dari masyarakat. Dimana, masyarakat menganggap mereka pelaku akan cenderung mengulangi lagi perbuatannya (penyimpangan sekunder/secondary deviation).
Lewat teori ini juga Lemert memperkenalkan konsep penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer ialah pengalaman yang terhubung dengan perilaku yang terbuka. Sedangkan, penyimpangan sekunder adalah peran yang diciptakan untuk menangani kecaman masyarakat terhadap perilaku.
3. Teori Anomie
Teori Anomie diungkapkan oleh Robert K. Merton yang menyatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan pencerminan tidak adanya kaitan antara aspirasi yang ditetapkan kebudayaan dan cara yang dibenarkan struktur sosial untuk mencapai tujuan
Perilaku menyimpang disebabkan terjadinya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam teori ini menganggap bahwa struktur sosial dapat menghasilkan tekanan sehingga mendorong seseorang melakukan penyimpangan.
4. Teori Fungsi
Teori Fungsi diungkapkan oleh Emile Durkheim yang menyatakan bahwa kesadaran moral setiap individu berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan karena pengaruh dari berbagai faktor seperti keturunan, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial.
Dengan adanya berbagai penyimpangan sosial, moralitas dan hukum beserta lembaga penegaknya dapat berkembang secara normal.
Dalam pandangan Durkheim penyimpangan sosial berfungsi untuk memperkokoh nilai dan norma sosial; memperjelas batas-batas moral di masyarakat; mendorong perubahan sosial; serta melahirkan solidaritas masyarakat untuk menghadapi penyimpangan sosial.
Brinkerhoff and Whited dalam Essentials of Sociology (1988:128) merangkum tiga teori utama dalam sosiologi dalam menjelaskan masalah perilaku menyimpang sebagai berikut:
1. Teori Struktural Fungsional
Teori ini menjelaskan bahwa perilaku menyimpang merupakan karakteristik dari ketidaknormalan struktur sosial. Hal ini disebabkan karena adanya dislokasi antara tujuan dan sarana untuk mencapainya dalam masyarakat.
2. Teori-teori Interaksionisme Simbolik
Teori ini dibagi menjadi tiga sebagai berikut:
a. Teori Asosiasi Diferensial
Teori ini menjelaskan bahwa perilaku menyimpang dapat dipelajari seperti perilaku sosial lainnya. Hal ini sebabkan karena adanya nilai-nilai subbudaya berbeda dalam masyarakat yang kompleks dan semua dipelajari melalui sosialisasi.
b. Teori Harga Diri (self-esteem theory)
Teori ini menjelaskan bahwa peran perilaku menyimpang dilakukan apabila peran itu meningkatkan harga diri (selfesteem). Hal ini disebabkan karena gagalnya untuk menghargai perilaku yang normal (wajar).
c. Teori Pengawasan (control theory)
Teori ini menjelaskan perilaku menyimpang merupakan tindakan normal dan konformitas yang harus dijelaskan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya ikatan yang kuat terhadap orang lain dan nilai-nilai serta aktivitas masyarakat.
d. Teori Pelabelan (labeling theory)
Teori ini menjelaskan bahwa penyimpangan bersifat relatif dan tergantung pada bagaimana orang lain memberi label terhadap orang. Hal ini disebabkan karena orang-orang yang memiliki tindakan yang diberi label menyimpang dan mereka yang menerima label itu.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dipna Videlia Putsanra