Menuju konten utama
Bahasa Indonesia

Contoh Paragraf Deduktif, Pengertian dan Ciri-cirinya

Pola paragraf deduktif adalah menjelaskan sesuatu dari umum ke khusus. Berikut penjelasan lengkapnya.

Contoh Paragraf Deduktif, Pengertian dan Ciri-cirinya
Ilustrasi Kamus. foto/IStockphoto

tirto.id - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan paragraf sebagai bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru). Salah satu jenisnya adalah paragraf deduktif.

Dikutip dari bukuBe Smart Bahasa Indonesia IX SMP/MTs karya Ismail Kusmayadi dkk, paragraf deduktif adalah paragraf yang diawali dengan membahas masalah umum untuk mendapatkan kesimpulan khusus. Dalam pola pengembangan paragraf deduktif, kalimat utamanya terletak di awal paragraf.

Pendapat yang kurang lebih sama juga tertuang dalam bukuBahasa Indonesia 2 SMA Kelas XI oleh Sri Sutarni dan Sukardi, paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya (berupa pernyataan umum) terletak di awal, selanjutnya diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas. Polanya dari umum ke khusus.

Sementara Munirah dalam bukuPengembangan Keterampilan Menulis Paragraf menuliskan, apabila kalimat topik ditempatkan pada awal paragraf, maka akan terbentuk paragraf deduktif, yakni paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian atau rincian permasalahan paragraf.

Contoh Paragraf Deduktif

Setiap orang dilahirkan dan dibesarkan di dalam lingkungan keluarga. Tidak seorang pun di dunia ini yang tidak mengalami kehidupan di dalam keluarga, meskipun keadaannya berbeda-beda. Wujud cinta kasih orang tua adalah membina anaknya dengan baik. Sebab, secara alamiah, orang tua mempunyai rasa cinta kepada anak. Bagaimanapun, orang tua tetap akan memelihara anaknya dengan penuh kasih sayang.

Brokoli termasuk sayuran dengan kandungan antioksidan tinggi. Maka daripada itu, cara memasaknya harus benar. Usahakan agar teksturnya matang, tetapi jangan sampai mengurangi atau menghabiskan kandungan gizinya. Sayuran ini lebih tepat dimasak dengan jenis rebus setengah matang sebelum dikonsumsi. Segera tiriskan dan siram dengan air dingin agar tetap berwarna cantik dan bentuknya tidak hancur. Cara memotong brokoli juga harus benar yaitu mengikuti tangkainya. Selain mempengaruhi kesegaran, tangkai brokoli juga berfungsi sebagai hiasan untuk menambah selera makan.

Kebudayaan dibagi menjadi dua macam yaitu kebudayaan fisik dan kebudayaan nonfisik. Kebudayaan fisik merujuk pada benda-benda, sedangkan kebudayaan nonfisik berupa pemikiran dan tingkah laku. Contoh lain dari kebudayaan fisik adalah patung, lukisan, rumah, mobil dan jembatan. Contoh kebudayaan pemikiran adalah filsafat, pengetahuan, ideologi, etika dan estetika. Hasil kebudayaan berupa tingkah laku adalah adat istiadat, tidur, bertani dan berkelahi. (Dalman, 2013:87).

Di sisi lain, Asul Wiyanto dalam bukuTerampil Menulis Paragraf menuliskan, paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf. Pengertian awal paragraf ini tidak harus pada kalimat pertama. Sebab, banyak paragraf yang kalimat pertamanya berupa kalimat transisi. Paragraf mengandung transisi, kalimat utamanya berada dalam posisi kalimat kedua. Berikut adalah contohnya:

Kegiatan seorang penulis dapat disamakan dengan seorang petani yang mencangkul sawah ladangnya. Pak tani akan bertenaga kalau cukup makan dan minum. Bila kurang, ia akan cepat letih, lelah dan loyo. Demikian pula seorang penulis. Bila sedikit membaca, kurang melakukan riset untuk bahan tulisannya, dan tidak sensitif terhadap lingkungannya, tentu saja ia akan kehabisan ide.

Perbandingan yang lebih nyata sebagai berikut. Seorang penulis dapat disamakan dengan sebuah kendi, yaitu tempat air minum dari tanah yang dibakar. Kendi mempunyai dua lubang, satu di atas, dan satu di samping. Lubang bagian atas untuk memasukkan air dan lubang di samping untuk mengeluarkan air. Bila kendi tidak diisi, tentu tak akan ada air yang keluar meskipun kendi itu dijungkirbalikkan. Sebaliknya, bila kendi itu penuh, digoyang sedikit saja air keluar dengan lancar. Demikian pula seorang penulis. Membaca bagi penulis merupakan upaya mengisi pengetahuan ke dalam otaknya. Semakin banyak membaca, semakin banyak pula bahan yang dapat ditulisnya.

Baca juga artikel terkait BAHASA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya