Menuju konten utama

Apa Itu Paragraf Induktif dan Deduktif dalam Bahasa Indonesia?

Berikut penjelasan mengenai paragraf induktif dan deduktif dalam bahasa Indonesia.

Apa Itu Paragraf Induktif dan Deduktif dalam Bahasa Indonesia?
Ilustrasi Buku. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Berdasarkan pola penalarannya, paragraf dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu paragraf induktif dan deduktif. Secara garis besar, paragraf deduktif adalah paragraf yang gagasan pokoknya berada di awal paragraf.

Sementara paragraf induktif merupakan paragraf yang gagasan utamanya ditulis pada bagian akhir paragraf. Berikut penjelasan kalimat induktif dan deduktif sebagaimana dirangkum dari buku Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Paragraf terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf di mana gagasan pokoknya berada di awal paragraf. Gagasan pokok di awal paragraf ini kemudian dijelaskan dengan kalimat-kalimat penjelas setelahnya.

Misalnya dalam contoh paragraf berikut: “Barcelona memenangkan kompetisi Champions League 2015 setelah mengalahkan Juventus dengan skor 3-1. Tiga gol Barcelona masing-masing dicetak oleh gelandang Ivan Rakitic dan duo penyerang Suarez dan Neymar. Sedangkan satu gol Juventus dicetak oleh Alvaro Morata.”

Paragraf di atas merupakan paragraf deduktif, gagasan utamanya berada di awal paragraf. Kalimat pertama paragraf tersebut merupakan gagasan utamanya karena berisi informasi "tim sepak bola Barcelona yang memenangkan turnamen Champions League 2015". Sedangkan kalimat berisi informasi pencetak gol merupakan penjelasan mengenai bagaimana Barcelona dapat memenangkan turnamen tersebut.

Paragraf Induktif

Paragraf induktif merupakan paragraf di mana gagasan utamanya ditulis pada bagian akhir paragraf. Biasanya, paragraf ini akan dimulai dengan peristiwa-peristiwa khusus yang berfungsi sebagai penjelas dan pendukung gagasan utama. Kemudian, dari peristiwa-peristiwa tersebut barulah ditarik sebuah kesimpulan.

Misalnya dalam contoh paragraf berikut: “Hari itu, sebagian besar toko di kota itu tutup. Pukul tujuh malam, hiruk-pikuk kota seakan mati suri. Hanya sedikit kendaraan di jalanan, hanya sedikit orang berlalu-lalang di trotoar. Itulah hari di mana klub sepak bola kota sedang bertanding, seluruh keriangan dan keriuhan berpindah dari kota ke satu-satunya stadion tempat pertandingan berlangsung.”

Paragraf di atas merupakan paragraf deduktif. Kalimat-kalimat awal yang merupakan kumpulan beberapa peristiwa merupakan kalimat penjelas akan gagasan utama mengenai bagaimana sebuah kota begitu berdedikasi untuk mendukung tim sepak bola kesayangannya.

Apa Itu Paragraf?

Paragraf merupakan sebuah sarana untuk menuangkan gagasan, eskpresi, pengalaman seorang penulis dengan merangkai kata-kata secara padu. Rangkaian kata dalam paragraf mesti dirangkai dengan padu supaya pembaca dapat dengan mudah memahami apa yang sedang dijelaskan penulis.

Dalam sebuah paragraf, akan selalu ditemui satu kalimat berisi gagasan utama yang akan dikembangkan dan diperjelas dengan kalimat-kalimat lain. Kalimat tersebut disebut kalimat topik.

Sebuah paragraf juga diharuskan ditulis secara runtut agar pembaca mudah memahami apa yang ingin dituliskan oleh penulis. Sedangkan sebagai penulis, penulisan yang runtut dapat mempermudah penulis karena ide yang dijelaskan dalam paragraf menjadi efektif. Jika sebuah paragraf memiliki dua atau lebih gagasan utama, pembaca akan sulit memahami apa yang sedang dijelaskan oleh penulis.

Dalam Materi Penyuluhan Bahasa Indonesia: Paragraf Bahasa Indonesia, Oldrie Ch. Sorey menjelaskan terdapat lima syarat paragraf yang baik, antara lain:

1. Kesatuan

Paragraf yang baik harus dikendalikan dengan satu gagasan utama, tidak boleh lebih. Sebuah paragraf dimungkinkan untuk memiliki beberapa gagasan, namun gagasan yang muncul selain gagasan utama itu harus dimaksudkan hanya sebagai penjelas gagasan utama saja.

2. Kepaduan

Kepaduan yang dimaksud di sini adalah kepaduan penulisan paragraf secara logika dan gramatika. Bila kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf sudah terjalin secara padu untuk menjelaskan sebuah gagasan utama, paragraf tersebut akan mudah dipahami karena tidak ada lompatan pemikiran yang berpotensi membuat bingung pembaca.

3. Ketuntasan

Sebuah paragraf yang tuntas berarti paragraf tersebut telah menjelaskan sebuah persoalan dengan tuntas. Artinya, segala informasi yang dipelukan untuk menjelaskan sebuah gagasan utama telah dituliskan. Ketuntasan diperlukan agar pembaca tidak kebingungan dengan maksud penulis menuliskan sebuah paragraf.

4. Keruntutan

Sebuah paragraf yang baik mesti menyajikan penjelasan yang runtut dan tidak melompat-lompat agar pembaca mudah mengikuti jalan pikiran penulis paragraf. Terdapat beberapa model urutan informasi yang bisa dipakai penulis, seperti urutan waktu, tempat, umum-khusus, khusus-umum, pertanyaan-jawaban, dan sebab-akibat.

5. Konsistensi Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan teknik penulisan seorang pengarang untuk menampilkan pelaku dalam sebuah cerita. Terdapat tiga sudut pandang yang bisa dipakai, yaitu sudut pandang orang pertama; sudut pandang orang ketiga; dan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Sebuah paragraf yang baik memiliki konsistensi dalam pemakaian teknik sudut pandang ini.

Baca juga artikel terkait BAHASA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Rizal Amril Yahya

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Rizal Amril Yahya
Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Alexander Haryanto