Menuju konten utama

Cara Menjewer Pengunjung Brengsek di Situs Peringatan Tragedi

Lebih dari 6 juta orang Yahudi dibunuh di bawah rezim Nazi. Untuk memperingatinya, pemerintah Jerman membangun Memorial Holocaust di Berlin. Bagi Syahrini, Holocaust Memorial adalah "tempat Hitler bunuh-bunuhan."

Cara Menjewer Pengunjung Brengsek di Situs Peringatan Tragedi
Artis Syahrini. Foto/antaranews

tirto.id - "Bagus yah, tempat Hitler bunuh-bunuhan dulu," ucap Syahrini dalam sebuah video yang diunggah di fitur story Instagram pribadinya baru-baru ini. Video itu berlokasi di Holocaust Memorial, Berlin, Jerman. Selain video status, Syahrini juga mengunggah foto posenya berdiri di antara balok-balok memorial.

Memorial tersebut berdiri di lahan seluas 19 ribu meter persegi dekat situs bersejarah Gerbang Brandenburg. Instalasi memorial berupa 2.711 buah balok persegi yang terbuat dari beton. Memorial yang dibangun pada April 2003 sampai Desember 2004 dan menelan dana sekitar 25,3 juta euro.

Alih-alih memuji, sejumlah warganet mengkritik kelakuan Syarini sebagai tindakan yang tidak etis. Pasalnya, tempat tersebut dibangun untuk menghormati para orang-orang Yahudi korban pembantaian Nazi di Jerman.

Bukan cuma kali ini saja Syahrini berulah. Sebelumnya, sebagaimana dikabarkan Detik, ia berfoto di bahu jalan Tol Waru Sidoarjo, Jawa Timur pada Senin (5/3) lalu dan diunggah di akun Instagram. Tingkahnya jelas membahayakan pengguna jalan lain dan nyawanya sendiri. PT Jasa Marga menyesalkan ulah Syahrini yang disebut melanggar Undang-Undang No 38 Tahun 2014 tentang jalan.

Holocaust Memorial memang didirikan sebagai monumen peringatan atas tragedi kelam pembantaian massal. Tapi rupanya tak hanya Syahrini yang tak paham konteks. Sejumlah pengunjung melakukan tindakan serupa.

Der Spiegelmengabarkan, dua hari setelah peringatan pembebasan Auschwitz tahun 2007 silam, Memorial Holocaust pernah dikencingi oleh sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab. Tindakan serupa pernah dilakukan pada 2006 ketika Jerman menjadi tuan rumah gelaran Piala Dunia. Bau menyengat urine manusia terpancar dari beberapa sudut Memorial Holocaust.

Seorang seniman Yahudi bernama Shahak Shapira tinggal dekat Holocaust Memorial. Ia punya cara unik untuk menyindir tingkah tak sopan para pengunjung. Shapira menyunting kumpulan swafoto para pengunjung di memorial, mengganti latarnya dengan pemandangan khas terkait pembantaian Yahudi pada era Nazi.

Dilansir dari Euro News, salah satu editan Shapira menunjukkan dua orang perempuan berada di bangunan yang sama tempat Syahrini berdiri sebagai unggahan foto yang asli.

Shapira kemudian mengganti latar belakang swafoto pengunjung dengan tumpukan mayat orang Yahudi di sebelah galian kuburan massa dan pasukan bersenjata yang berjaga-jaga.

Foto-foto lainnya yang diedit umumnya menunjukkan latar yang sama: tumpukan mayat orang-orang Yahudi atau kamp konsentrasi. Proyek yang dimulai dari tahun 2017 ini pernah dipublikasikan di situs Yolocaust.

Isu sopan santun di tempat peringatan tragedi tak hanya muncul di Holocaust Memorial. Pada 2016 lalu, para pengelola bekas kamp konsentrasi Nazi di Auschwitz pada 2016 lalu mengingatkan agar para pengunjung tidak bermain gim ponsel Pokemon Go di area tersebut. Pasalnya, Pokemon Go, gim ponsel yang populer pada 2016, membuat para pemainnya berkeliaran mengejar sosok-sosok pokemon di tiap sudut bangunan. Aturan serupa juga diberlakukan di situs peringatan 9/11 di New York dan di bekas penjara Khmer Merah, Tuol Seng di Kamboja. Di negeri yang terakhir disebut, para penyintas sendirilah yang mengusir para pemain gim Pokemon Go di area tersebut.

Dibela Para Seniman

Puncak pemusnahan orang Yahudi di Eropa oleh Nazi Jerman mulai terjadi pada 1942. Kamp konsentrasi Nazi terbesar terletak di Polandia, yakni di Auschwitz dan Birkenau. United States Holocaust Memorial Museum (USHMM) mencatat lebih dari 6 juta orang Yahudi dibunuh. Jika korban minoritas lainnya dihitung, total jumlah pembantaian massal Nazi diperkirakan mencapai 11 juta jiwa. Sebuah tempat informasi bawah tanah di Memorial Holocaust

Nama resmi Holocaust Memorial adalah Memorial to the Murdered Jews of Europe. Memorial yang memajang tiga juta nama korban Holocaust ini mulai dibangun pada April 2003 dan selesai pada Desember 2004. Dana yang dibutuhkan sekitar 25,3 juta euro. Pendirian Memorial Holocaust mulanya digagas oleh jurnalis Lea Rosh pada 1989 silam.

Dalam rentang 1989 sampai 2003, Rosh rajin melobi dan menggalang dukungan dari banyak kalangan mulai dari sejarawan, warga lokal, hingga pemerintah Jerman.

infografik histori empati syahrini

Peresmian Memorial Holocaust pada 10 Mei 2005, dihadiri sekitar 1.200 pengunjung lokal maupun mancanegara, dan disiarkan langsung di TV nasional. Setahun setelah beroperasi perdana, tercatat sekitar 3,5 juta orang telah mengunjungi Memorial Holocaust.

Beberapa pejabat pemerintah luar negeri tercatat pernah mengunjungi Memorial Holocaust, mulai dari Perdana Menteri Australia Kevin Rudd (7 September 2009), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (18 Januari 2010), hingga Raja Daniel dari Swedia beserta istrinya (26 Mei 2011).

Belakangan, Holocaust Memorial jadi bulan-bulanan kaum ultra-kanan Jerman. Pada Januari 2017, Bjork Hocke, politikus partai sayap kanan AfD yang anti-imigran, melontarkan kritiknya terhadap eksistensi Memorial Holocaust. Dilansir dari Guardian, Hocke menyebut Holocaust Memorial sebagai “monumen memalukan di jantung ibu kota”. Ia mendesak agar Jerman tak melulu fokus pada pengakuan atas kesalahan masa lalu.

Pernyataan Hocke memancing kontroversi kala itu, bahkan menimbulkan kegaduhan di internal partai. Sekelompok aktivis seniman yang tergabung dalam Centre for Political Beauty diam-diam secara kolektif membangun sebuah replika Memorial Holocaust di dekat rumah Hocke. Replika tersebut diketahui sudah berdiri pada November 2017 lalu.

Centre for Political Beauty Philipp Ruc, yang telah mengontrak bangunan dekat rumah Hocke mengatakan bahwa mereka sekadar menunaikan “kewajiban sesama tetangga”, yakni “mengigatkan bahwa enam juga orang Yahudi mati selama Perang Dunia II.”

"Kami berharap dia [Hocke] menikmati pemandangan itu tiap membuka jendela rumahnya," Kata Ruch kepada surat kabar Frankfurter Rundscau.

Baca juga artikel terkait HOLOCAUST atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Windu Jusuf