tirto.id - Sembilan pasang kaki jenjang berjejer membentuk formasi 'V'. Sekilas, pemiliknya sulit dibedakan, mereka seperti punya ukuran, tinggi, warna kulit, bentuk paras, dan tentu, fesyen yang sama. Klip 'Gee' yang muncul pada 2009 memadankan personel Girls Generation (GG) layaknya manekin. Berkat lagu tersebut, mereka meraih popularitas dan dikenal sebagai ikon kecantikan gadis Korea.
Singel 'Gee' pernah menjadi yang paling masyhur di zamannya dan membikin nama girl group yang disebut publik Korea sebagai SNSD, singkatan nama grup dalam bahasa Korea melambung. GG atau SNSD dikenal sebagai kumpulan gadis cantik yang punya visual senada, tubuh ramping, rambut panjang, putih, dan bercitra lugu.
Kepopuleran mereka selain didukung penampilan juga disokong lagu-lagu bertempo cepat dan mudah didengar. Survei yang diadakan oleh Gallup Korea pada 3.401 responden Korea berusia lebih dari 13 tahun menjadikan GG sebagai kelompok penyanyi paling populer selama dua tahun berturut-turut dari 2009-2010.
“Sebanyak 31,5 persen atau sekitar 1.700 dari total responden memilih mereka,” demikian laporan Gallup.
Kesuksesan agensi SM Entertainment mengemas GG memunculkan tren musik yang berkiblat ke GG. Banyak musisi latah dan membikin grup mirip dengan ide SM Entertainment, tak hanya di Korea tapi juga negara lain. Satu girl group besutan JYP Entertainment, yakni TWICE menjadi yang paling sering disebut oleh publik Korea sebagai plagiat GG.
Laman Koreaboo menjabarkan beberapa kemiripan mereka dimulai dari konsep album hingga cara berpakaian. Album milik TWICE berjudul 'Summer Nights' diduga menjiplak poster GG yang berjudul 'Party'. Lalu poster pada album Jepang TWICE dengan judul 'Candy Pop' sekilas memang seperti album 'Kissing You' milik GG meski poster milik TWICE terlihat lebih berwarna. Mereka sama-sama memegang permen lolipop sebagai properti foto.
Beberapa kali grup ini juga memakai baju serupa GG, seperti padanan denim dan kaos putih, berkonsep ala pemandu sorak, retro, dan gaun berpotongan A line. Kemiripan paling mencolok adalah anggota TWICE yang berjumlah sembilan orang, persis jumlah anggota GG saat pertama kali debut.
“Girls Generation palsu, begitu netizen Korea menyebut mereka,” tulis prolog dalam laman tersebut.
Kelatahan serupa juga muncul di Taiwan dengan girl grup beranggotakan 7 orang yang menyebut diri sebagai 'Super 7'. Pada tahun 2013, Super 7 mengeluarkan singel 'Mai Luo Suo' dengan koreografi dan fesyen persis klip 'Hoot' milik GG di tahun 2010. Sementara di Indonesia, konsep Girls Generation banyak diadopsi oleh girl group semacam Cherrybelle.
Hegemoni Kecantikan
Tubuh langsing dan tinggi, kaki jenjang, rambut panjang, dagu lancip, kulit putih menawan. SM Entertainment dengan sukses menghadirkan standar kecantikan baru bagi perempuan Asia lewat Girls Generation. Amat jauh dari standar kecantikan kala itu yang banyak berkiblat ke Hollywood: montok dan seksi.
Untuk mendapat standar yang sama, rumornya, SM Entertainment tak segan meminta personel GG untuk melakukan operasi plastik. Banyak foto dan video beredar di media sosial yang membandingkan wajah dan bentuk tubuh para personel sebelum debut dan pasca-debut dari tahun ke tahun. Perubahan yang paling mencolok rata-rata terlihat di bagian mata, hidung, dan dagu, selain juga berat badan.
Perintah untuk melakukan operasi plastik oleh agensi agar artisnya terlihat menarik sudah jadi hal umum di Korea Selatan. YG Entertainment, agensi rival SM Entertainment secara terang-terangan juga pernah meminta Lee Suhyeon, personel Akdong Musician untuk melakukan operasi agar hidungnya terlihat lebih mancung. Namun, untuk kasus ini, Suhyeon menolak permintaan bos YG, Yang Hyun-suk.
Sementara pada GG, hingga kini personelnya memilih mengelak ketika ditanya masalah operasi plastik. Salah satu anggota GG, Tiffany pernah menyebut bahwa perbedaan foto yang beredar cuma efek dari riasan semata. Apalagi GG dituntut untuk mengubah konsep fesyen dan riasan setidaknya setiap mengeluarkan album baru.
“Kami ke bandara seminggu sekali, jadi kami difoto setidaknya satu kali seminggu. Gaya rambut kami berubah, dan kadang-kadang berat badan juga turun,” katanya dilansir dari Soompi. “Konyol kalau kami harus menanggapi rumor ini, terutama saat mereka bekerja keras menyelesaikan jadwal yang sibuk,” tambah perwakilan dari SM Entertaiment.
Chuyun Oh dalam tulisan berjudul The Politics of the Dancing Body: Racialized and Gendered Femininity in K-popmenyebut GG sebagai pencetus homogenisasi tubuh. Mereka mendemonstrasikan tipe tubuh ideal yang lebih mungkin diterima perempuan muda Korea Selatan dan Asia Timur secara luas. Dampaknya banyak perempuan terdoktrin mengikuti standar yang sama dan tak sadar telah dipaksa mengubah bentuk tubuh mereka.
“Perubahan ini jadi masalah karena sejatinya itu bukan pilihan mereka, tetapi hasrat rasial, classy, dan gender yang dipasarkan dan dituntut oleh budaya,” tulis Oh.
Ia menganalogikan pernyataannya dengan balerina sebagai simbol kecantikan dan keanggunan perempuan. Tiap gerak balerina, terutama di bagian kaki yang ramping dan memanjang menunjukkan pelabelan gender pada bagian tubuh tertentu. Oh menyebut banyak koreografi GG yang mirip dengan gerakan balerina klasik, menekuk kaki, berjingkat, memelintir pinggang, dan seolah menggambar lingkaran di lantai dengan ujung kaki.
Kaki tanpa otot milik para personil GG membangkitkan tren kecantikan baru di dunia. Secara global banyak perempuan rela injeksi suntik penghancur lemak posfatidylcholine (PPC) untuk menekan nafsu makan. Lalu melakukan operasi plastik guna mengurangi lemak dan menghilangkan otot di paha dan betis mereka, membikin kakinya kurus seperti milik Girls Generation. Prosedur tersebut dinamakan Girl's Generation Injection atau dalam bahasa Korea disebut sonyeosidaejusa.
Editor: Suhendra