tirto.id - Panitia perlombaan cabang olahraga sepatu roda PON XIX/2016 secara mengejutkan mengumumkan juara bersama pada nomor individual time trial (ITT) 1.000 meter putra dan putri.
Keputusan gelar juara tersebut diambil setelah catatan waktu yang dibukukan atlet dari dua daerah berbeda memiliki catatan waktu yang sama, baik di kategori putri maupun putra.
Panitia menetapkan atlet sepatu roda Raysha Damatra asal Papua dan Denta Iswara Kiranasari (Jawa Tengah) berhak atas medali emas, setelah menyelesaikan perlombaan dengan catatan waktu yang sama, yakni 1 menit 34 detik.
Peringkat kedua nomor ini diraih oleh Eri Marina (DKI Jakarta) dengan catatan waktu 1 menit 36,24 detik, sementara Salma Falya Niluh (Jabar) di urutan ketiga dengan waktu 1 menit 36,25 detik.
Di kategori putra, medali emas bersama diraih oleh Arya Fikri Prasetya dari Jawa Timur dan Aldy Raharja dari Jabar, yang oleh panitia ditetapkan sama-sama mencatat waktu tercepat 1 menit 28,096 detik untuk jarak tempuh 1.000 meter.
Adapun medali perak diraih Yossi Aditya Nugraha (Jatim) dengan catatan waktu 1 menit 29,509 detik dan perunggu menjadi milik Endi Dwi Prastyo (Jambi) yang membukukan waktu 1 menit 29,579 detik.
Manajer tim sepatu roda Jateng Sri Rahayu Ningsih menyatakan kecewa dengan penetapan juara bersama tersebut, karena menjadi catatan sejarah pertama dalam perlombaan sepatu roda di tingkat nasional.
"Mana mungkin catatan waktu sepersekian detik bisa sampai sama persis. Menurut saya ini keanehan dan terkesan dipaksakan oleh panitia," katanya paska pengumuman perlombaan cabang olahraga sepatu roda yang diadakan di lintasan GOR Saparua, Bandung, Jawa Barat, Jumat, (23/9/2016).
Meskipun demikian, Sri Rahayu tetap bersyukur karena timnya masih mampu mendapatkan medali emas di nomor ITT putri.
"Target kami bisa tiga emas dan sampai sekarang baru satu emas, mudah-mudahan di nomor relay kita bisa meraih emas," katanya.
Tak hanya manjaer tim yang kecewa, atlet sepatu roda asal Jateng Denta Iswara Kiranasari juga mengaku kecewa atas penobatannya sebagai juara bersama dengan atlet Papua. Ia mengklaim catatan waktunya lebih baik karena berhasil memimpin jauh pesaing asal Papua tersebut.
"Ya, kalau fair harusnya saya sendiri juaranya, bukan juara bersama, sebab atlet Papua itu catatan waktunya jauh sekali, bahkan dengan atlet peringkat kelima sekalipun," jelasnya.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh