tirto.id - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat Gunung Merapi mengalami empat kali gempa guguran pada Rabu (10/4/2019) dini hari selama enam jam pengamatan mulai pukul 00.00 WIB sampai 06.00 WIB.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyebutkan, empat gempa guguran selama periode tersebut amplitudonya 2-9 mm dengan durasi 11-49 detik.
"Selain gempa guguran, juga terjadi satu kali gempa hembusan dengan amplitudo 6 mm yang berlangsung selama 11 detik," kata Hanik melalui keterangan resminya, Rabu (10/4/2019).
Namun, pada periode pengamatan selama enam jam tersebut, BPPTKG tidak mengamati adanya guguran lava.
Hasil pengamatan visual menunjukkan, asap kawah Merapi bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang dan tinggi 20 meter di atas puncak kawah.
Angin di gunung itu bertiup lemah ke arah timur, selatan, dan barat daya . Suhu udaranya 15-21 derajat Celsius dan kelembaban udaranya 66-85 persen dan tekanan udara 627.7-708.7 mmHg.
Hingga saat ini, BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana.
Sehubungan semakin jauhnya jarak luncur awan panas guguran Merapi, BPPTKG mengimbau warga yang tinggal di kawasan alur Kali Gendol meningkatkan kewaspadaan.
Selain itu, BPPTKG juga mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Masyarakat diminta untuk tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan Gunung Merapi atau kantor BPPTKG, atau memantau media sosial BPPTKG.
Penulis: Dewi Adhitya S. Koesno
Editor: Maya Saputri