Menuju konten utama

Boikot Produk Terafiliasi Israel Menggema di Aksi Bela Palestina

Ratusan aktivis menggelar aksi “Global Strike for Palestine” di Jakarta untuk mendukung Palestina. Mereka menyerukan boikot produk terafiliasi Israel.

Boikot Produk Terafiliasi Israel Menggema di Aksi Bela Palestina
Seruan Aksi Boikot Nasional . foto/istimewa

tirto.id - Sejumlah organisasi mahasiswa dan masyarakat sipil Indonesia turun ke jalan menggelar aksi protes “Global Strike for Palestine”, Selasa (22/4/2025). Berlokasi di area Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, beberapa organisasi yang terlibat aksi tersebut antara lain adalah BDS Indonesia, Dompet Dhuafa, Greenpeace, Kontras, Perempuan Mahardhika, serta Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Semua peserta aksi menyerukan pembelaan bagi bangsa Palestina serta boikot terhadap perusahaan-perusahaan terafiliasi dengan Israel.

Sejak Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata Maret lalu, kondisi bangsa Palestina di Jalur Gaza makin mengkhawatirkan. Situasi di Gaza makin buruk setelah Israel memblokade Gaza, sehingga truk pengangkut bantuan kemanusiaan kesulitan menyalurkan bantuan.

“Dampak dari pemblokiran penuh bantuan kemanusiaan yang terus berlanjut ini sangat menghancurkan. Anak-anak dan orang dewasa sama-sama kelaparan. Akses ke perawatan kesehatan berantakan,” ungkap Juru Bicara PBB, juru bicara Stephane Dujarric, Senin (21/4).

Menurut PBB, terhitung sejak 2 Maret 2025, 50 hari sudah Israel melakukan blokade, per Senin (21/4/2025).

Sedangkan jika dihitung dari serangan sekaligus genosida yang dilakukan Israel sejak Oktober 2023, tercatat lebih dari 60 ribu warga Palestina meninggal dunia. Jurnal kenamaan The Lancet bahkan menyebut angka korban bisa melampaui 180 ribu orang. Menurut PBB, saat ini 2,1 juta warga Gaza berada di tubir jurang kelaparan.

Ahmad Zaki, pegiat Gerak Bareng, salah satu partisipan “Global Strike for Palestine” di Jakarta, menekankan bahwa aksi yang dilakukan mahasiswa dan masyarakat sipil ini lebih dari sekadar tentang jumlah korban.

“Ini sudah soal hancurnya peradaban dunia karena lenyapnya moral dan rasa kemanusiaan,” tegas Zaki.

Seruan untuk melakukan boikot terhadap produk-produk yang terafiliasi dengan Israel juga disampaikan para peserta aksi “Global Strike for Palestine”. Erlangga Greschinov, pegiat media sosial dan penggagas Julid Fi Sabilillah, menyatakan bahwa boikot merupakan wujud konkret perlawanan publik sebagai konsumen.

“Ayo, boikot produk-produk pendukung genosida Israel karena ekonomi merupakan urat nadi dari penjajahan,”seru Erlangga.

Aktivis boikot, Aresdi Mahdi alias Habib Ama, juga menyatakan bahwa gaya hidup dan budaya konsumtif masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia, tanpa sadar turut berkontribusi terhadap genosida yang dilakukan Israel atas bangsa Palestina.

“Demi gengsi, kita seringkali memaksakan diri mengonsumsi merek-merek terkenal yang berasal dari negara sekutu Zionis,” kata Habib Ama. “Tanpa sadar, gengsi kita itu menghidupi musuh kemanusiaan,” lanjutnya.

Selain poster-poster dan spanduk berisi kecaman terhadap kebengisan Israel, sejumlah peserta aksi juga membawa spanduk bertuliskan seruan boikot nasional terhadap berbagai produk yang beredar di Indonesia dan terindikasi memiliki keterkaitan dengan entitas zionis.

Muhammad Rafli, aktivis PMII, menjelaskan bahwa penyebutan merek-merek tersebut tidak dilakukan sembarangan, sebagaimana dituduhkan sebagian pihak, melainkan telah melalui proses yang literer.

“Jadi, adalah keliru jika daftar produk itu dianggap dibuat secara asal-asalan,” tegas Rafli.

Yusnita, seorang warga yang ikut dalam aksi, menyatakan dukungannya terhadap seruan boikot. Ia merasakan keprihatinan mendalam atas kondisi bangsa Palestina, terutama di Gaza.

“Ini tindakan keji yang dilakukan oleh Israel dan didukung oleh Amerika,” kata Yusnita. “Maka, mari kita mulai dari hal kecil seperti boikot, karena produk-produk yang biasa kita konsumsi ini mendanai rudal-rudal yang membunuh bangsa Palestina,” pungkas Yusnita.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis