Menuju konten utama

BNPB: Per Oktober 2016, 1.652 Bencana Alam Tewaskan 351 Jiwa

BNPB mencatat per Oktober 2016 ada 351 orang yang tewas akibat 1.652 bencana alam yang melanda sebagian wilayah di Indonesia. Dari sebaran kejadian bencana, provinsi Jawa Tengah paling banyak kejadian yaitu 456 kejadian.

BNPB: Per Oktober 2016, 1.652 Bencana Alam Tewaskan 351 Jiwa
Sejumlah warga menggunakan jasa ojeg gerobak melewati jalan yang terendam banjir di Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Senin (10/10/2016). Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pangandaran, tujuh dari sepuluh Kecamatan di Pangandaran diterjang bencana alam berupa banjir rob, banjir bandang dan tanah longsor mengakibatkan dua orang tewas dan ratusan rumah rusak terendam banjir. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi.

tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat per Oktober 2016 ada 351 orang yang tewas akibat 1.652 bencana alam yang melanda sebagian wilayah di Indonesia. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya di Jakarta, Senin (31/6/2016) mengatakan bahwa data tersebut sudah diperbaiki dari September lalu yang baru mencatat 334 korban. Artinya, selama satu bulan terakhir ada tambahan 17 korban baru.

Jumlah ini lebih banyak daripada catatan statistik bencana yang melanda di tahun-tahun sebelumnya, seperti di tahun 2012 ada 1.811 bencana. Di tahun 2013 berkurang menjadi 1.674 bencana dan di tahun 2014 melonjak tajam menjadi 1.967 bencana. Ada pengurangan di tahun 2015 menjadi 1.732 bencana. Sutopo mengatakan jika diperkirakan jumlah bencana tahun ini akan lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2014.

Dari sebaran kejadian bencana, lanjut dia, provinsi Jawa Tengah paling banyak kejadian yaitu 456 kejadian, Jawa Timur 298, Jawa Barat 256, Kalimantan Timur 174, Aceh 70, Sumatera Barat 69 dan lainnya. Hampir semua provinsi di Indonesia mengalami bencana selama 2016.

Sutopo menjelaskan bahwa angka d atas akan bertambah seiring menguatnya sejumlah fenomena alam yang dapat memicu bencana. "Menguatnya La Nina dengan intensitas lemah, dipole mode negatif dan hangatnya suhu muka air laut di perairan wilayah Indonesia telah memberikan dampak meningkatnya bencana hidrometeorologi," katanya sebagaimana dikutip Antara.

Kejadian pada 2016, kata dia, sekitar 89 persen adalah bencana hidrometeorologi yaitu bencana yang dipengaruhi oleh cuaca seperti banjir, longsor, puting beliung dan gelombang pasang. Sisanya sembilan persen adalah kebakaran hutan dan lahan dan dua persen bencana geologi yaitu gempa bumi dan erupsi gunung api.

Longsor menjadi bencana alam paling mematikan dan telah menelan korban sebanyak 149 jiwa. Kemudian banjir menyebabkan 130 jiwa tewas dan kombinasi banjir dan longsor menyebabkan 45 tewas. Selain itu bencana telah menyebabkan 2,4 juta jiwa menderita dan mengungsi, 5.221 rumah rusak berat, 6.073 rumah rusak sedang, 18.441 rumah rusak ringan dan ratusan ribu rumah terendam banjir.

"Seiring meningkatnya curah hujan maka bencana akan meningkat pula. Puncak hujan diperkirakan berlangsung antara Desember 2016 hingga Februari 2017," katanya. Ia mengatakan daerah-daerah rawan banjir, longsor dan puting beliung berpotensi tinggi mengalami bencana.

"Cuaca ekstrem yang bersifat lokal seperti yang telah terjadi di Garut dan Bandung dapat terjadi di mana saja. Terlebih lagi pasokan uap air dari selatan Jawa masih berlimpah karena hangatnya suhu muka air laut Samudera Hindia di selatan Jawa," kata dia.

Banjir bandang, kata dia, dapat terjadi di mana saja saat muncul hujan ekstrem. Kritisnya daerah aliran sungai, minimnya kawasan resapan air, tingginya degradasi lingkungan dan banyaknya permukiman yang berkembang di daerah rawan bencana menyebabkan daerah makin rentan menghadapi bencana.

"Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaannya. Cermati peringatan dini cuaca dari BMKG. Perhatikan kondisi lingkungan di sekitar yang dapat berpotensi menimbulkan bencana. Bencana terjadi saat kita tidak siap," imbaunya.

Baca juga artikel terkait BANJIR atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan