tirto.id - Setelah mengalami penurunan, gelombang di laut selatan berpotensi kembali meningkat. Tinggi gelombang di wilayah Samudra Hindia selatan Jateng diperkirakan mencapai sekitar 4-6 meter, sedangkan di perairan selatan Jateng-DIY berkisar 2,5-4 meter.
Bahkan, tinggi gelombang di wilayah Samudra Hindia selatan Jateng-DIY pada Selasa, 24 Juli hingga Rabu, 25 Juli diprediksi mencapai lebih dari enam meter.
BMKG menjelaskan kenaikan tinggi gelombang tersebut dipengaruhi peningkatan kecepatan angin yang bertiup di atas permukaan laut selatan Jateng-DIY. Ada pun kecepatan angin mencapai 15-30 knot dan cenderung searah dari timur hingga tenggara akibat perbedaan tekanan udara signifikan antara belahan bumi selatan dan utara.
"Interaksi antara pusat tekanan tinggi di belahan bumi selatan dan pusat tekanan rendah di belahan bumi utara itu memicu terjadinya angin kencang sehingga berdampak pada peningkatan tinggi gelombang di laut selatan Jateng-DIY," kata Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meterologi BMKG Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Jateng, Senin (23/7/2018).
Teguh menuturkan, saat ini di belahan bumi selatan yakni di Australia bagian tenggara terdapat pusat tekanan tinggi yang mencapai 1.023 milibar. Sementara itu, di belahan bumi utara terdapat pusat tekanan rendah yang mencapai 998 milibar dan berlokasi di perairan sebelah timur Taiwan.
Ia mengatakan pusat tekanan rendah di perairan timur Taiwan sebelumnya merupakan badai Ampil yang muncul di Samudra Pasifik timur laut Filipina. Kondisi ini memicu gelombang setinggi enam meter di laut selatan Jateng-DIY pada 21 Juli 2018.
“Kekuatan badai Son-Tinh di sekitar perairan selatan Vietnam ini dan turut memicu terjadinya gelombang tinggi di laut, telah melemah dan menjadi pusat tekanan rendah yang berkekuatan 998 milibar,” ungkap Teguh.
Terkait dengan hal itu, semua pihak yang melakukan aktivitas di laut diimbau untuk memperhatikan risiko angin kencang dan gelombang tinggi. Nelayan tradisional yang menggunakan perahu berukuran kecil agar mewaspadai angin dengan kecepatan di atas 15 knot dan tinggi gelombang lebih dari 1,25 meter.
"Jika memungkinkan, nelayan diimbau untuk tidak melaut terlebih dahulu karena gelombang tinggi sangat berbahaya," kata Teguh.
Operator tongkang juga diminta agar mewaspadai angin dengan kecepatan lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter. Untuk kapal feri, kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter pun patut diwaspadai.
Sementara kapal ukuran besar, seperti kapal kargo, diimbau mewaspadai kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas empat meter.
Gelombang tinggi hingga 4-6 meter juga diprediksi terjadi di perairan selatan Banten sampai dengan 26 Juli mendatang. BMKG mengimbau pelaku pelayaran maupun nelayan di perairan selatan Banten meliputi agar tidak memaksakan diri untuk melaut.
"Kami berharap kewaspadaan gelombang tinggi itu tidak menimbulkan kecelakaan laut," kata Kepala BMKG Serang Sugarin di Lebak, Senin (23/7/2018).
Gelombang tinggi juga terjadi di Perairan Bengkulu hingga barat Lampung, perairan selatan Banten hingga Jawa Timur, perairan selatan Kalimantan, Laut Jawa bagian tengah dan barat. Terjadi pula di Laut Banda Aceh, Perairan Kepulauan Sermata, Perairan Kepulauana Tanimbar, Perairan Kepuluan Aru, Perairan Merauke, dan Laut Arafura.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari