tirto.id - Amerika Serikat boleh saja menepuk dada dan mendaku diri sebagai negara adikuasa. Tapi soal musik, maaf-maaf saja nih, mereka macam anak kemarin sore jika dibandingkan dengan Inggris.
Dari tanah Inggris, lahir The Beatles, Rolling Stones, David Bowie, T-Rex, Queen, Sex Pistols, The Clash, hingga triumvirate yang mendefinisikan heavy metal: Black Sabbath, Led Zeppelin, dan Deep Purple. Dari tiga ksatria itu, Black Sabbath-lah yang kerap dianggap sebagai pelopor heavy metal. Kritikus musik dari Allmusic, Steve Huey, mengatakan bahwa album perdana mereka, Black Sabbath (1970), menandai "lahirnya heavy metal."
Dan tentu saja rasanya akan ada lubang besar yang tak akan pernah bisa ditambal, saat tahun lalu mereka mengumumkan akan mengadakan tur terakhir. Sama seperti sutradara yang piawai dan paham betul bagaimana mengakhiri sebuah lakon, Black Sabbath akan memungkasi tur itu pada 2 dan 4 Februari 2017 di tanah kelahirannya: Birmingham.
Wajah Tanah Industrial
Di bagian barat Inggris, Birmingham adalah wajah yang paling cocok untuk menggambarkan wajah revolusi industri. Pada 1791, Birmingham dinobatkan sebagai kota pabrik pertama di dunia. Saat itu ada ribuan bengkel kerja yang kemudian menjadi tulang punggung bagi industri di Inggris. Di kondisi seperti itu, Black Sabbath dibentuk.
Empat personal asli Black Sabbath, Tony Iommi (gitar), Ozzy Osbourne (vokal), Geezer Butler (bass), dan Bill Ward (drum) semua lahir dan tumbuh di keluarga pekerja. Birmingham kala itu tampak membosankan. Pekerjaan paling banyak adalah pegawai pabrik. Tak heran kalau mereka berusaha keras menghindarinya.
Tony, misalkan. Pria bernama asli Anthony Frank Iommi ini sudah berlatih bela diri sejak umur 10. Awalnya hanya untuk menjaga diri dari para berandalan di lingkungan sekitar. Ternyata dia tumbuh menjadi petinju yang tangguh. Meski demikian cita-citanya sederhana: menjadi tukang pukul di klub malam. Asal bukan pekerja pabrik, pikirnya.
Sedangkan Ozzy, yang kelak akan dijuluki Pangeran Kegelapan, memilih minggat dari sekolah. Kemudian bekerja serabutan. Mulai dari kuli bangunan, pegawai magang di perusahaan pipa, tukang, pekerja di pabrik mobil, tukang jagal, dan sesekali menjadi pencuri amatir. Ozzy pernah dipenjara sekitar enam minggu setelah tertangkap mencuri di sebuah toko pakaian.
Tapi toh beberapa keinginan tak bisa terwujud. Meski berusaha keras menghindari kehidupan pabrik, Tony tetap saja menjadi pegawai pabrik selepas lulus sekolah. Pada umur 17, Tony yang bekerja di pabrik baja, mengalami kecelakaan kerja. Ujung jari tengah dan jari manis sebelah kanan terpotong. Ironisnya, atau malah membawa hikmah, kecelakaan ini terjadi di hari terakhirnya bekerja di pabrik itu. Setelah mengalami kecelakaan, Tony ingin meninggalkan gitar selamanya.
Hingga suatu hari seorang teman meminjamkan rekaman Django Reindhardt, seorang gitaris jazz terkenal yang jari manis dan kelingking sebelah kirinya lumpuh akibat luka bakar yang parah. Karenanya, Django hanya bisa menekan fret gitar dengan telunjuk dan jari tengahnya. Tapi kemudian Django membuat teknik bermain gitar baru, yang tentu saja tak akan bisa ditiru oleh orang kebanyakan.
"Setelah mendengar permainan Django, aku amat terkesan dan terinspirasi untuk bermain lagi," katanya dalam wawancara bersama Guitar World.
Gitaris kidal ini kemudian terus berlatih dan membuat tekniknya sendiri. Tony membuat sepasang ujung jari yang terbuat dari botol deterjen, serta merendahkan nada gitarnya, supaya lebih mudah untuk dibengkokkan (bending). Hasilnya adalah suara gitar yang berat. Suara musik Sabbath makin terasa lebih berat saat Butler --yang merupakan mantan gitaris-- mengikuti nada bermain Tony, alih-alih membuat melodi sendiri.
"Masalahnya adalah aku tak tahu bagaimana membuat melodi bass, karena aku mantan gitaris. Jadi aku ikut saja nada yang dimainkan Tony. Itu ternyata malah membuat musik Sabbath terdengar lebih berat," kata Butler dalam wawancara bersama Mojo, 2013 silam.
Album Black Sabbath direkam di Regent Sound Studios. Para pemuda dari kelas pekerja ini begitu bersemangat untuk menggarap album. Hasilnya, mereka hanya butuh 12 jam untuk merekam keseluruhan album berisi 7 lagu ini.
"Besoknya kami sudah manggung di Swiss, dengan bayaran 20 poundsterling," kata Tony pada Music Week.
Meski digarap dengan kilat, album ini jelas tak bisa dilupakan secepat itu. Malahan, album ini dianggap sebagai tonggak lahirnya heavy metal, yang kemudian akan menjadi salah satu genre musik paling populer di dunia hingga sekarang. Menurut mantan editor majalah Metal Maniacs, Jeff Wagner, album ini berhasil membuat jarak tegas antara heavy metal dan rock n roll. Mike Stagno, penulis di Sputnikmusic, mengatakan bahwa distorsi-distorsi di album ini berhasil membuat salah satu album paling berpengaruh dalam sejarah heavy metal. Bahkan Rock n Roll Hall of Fame mengatakan bahwa Black Sabbath adalah album heavy metal pertama.
Sejarah kemudian mencatat bahwa band ini masih tetap aktif hingga sekarang. Band ini merilis 19 album studio. Album terbaru mereka, 13, dirilis tiga tahun lalu. Black Sabbath, sama halnya banyak band yang berumur panjang, mereka berkali-kali bongkar pasang personel. Ozzy keluar pada 1979, merilis album solo Blizzard of Ozz yang kemudian mengenalkan pada dunia betapa dahsyatnya seorang gitaris muda bernama Randy Rhoads.
Banyak rocker lain yang kemudian masuk Black Sabbath. Ronnie James Dio mengisi departemen vokal selepas Ozzy pergi. Vinny Appice menjabat sebagai penggebuk beduk Inggris di Sabbath sejak 1980 selepas Bill Ward minggat. Ian Gillan, mantan vokalis Deep Purple, juga pernah dua tahun menjadi vokalis Sabbath.
Sekarang, personel yang akan mengucapkan selamat tinggal pada dunia heavy metal yang mereka lahirkan adalah Tony, Butler, Ozzy, disertai dua personel tambahan, yakni Adam Wakeman (keyboard) dan Tommy Clueftos (drum).
Tulislah Sabbath Dalam 500 Kata
"Aku kasih kamu tugas. Buatlah tulisan tentang Black Sabbath dalam 500 kata."
Dalam film Almost Famous, kritikus musik terkenal Lester Bangs memberi tugas pada William Willer, jurnalis remaja yang berkeinginan untuk menjadi seorang jurnalis musik. Tugasnya tak lain adalah membuat esai tentang Black Sabbath dalam 500 kata. Tugas macam itu tidak hanya fiksi. Majalah musik dan seni kontemporer, Trebuchet, menugaskan semua penulis barunya untuk membuat tugas serupa. Ini dimaksudkan untuk menguji kreativitas dan mencari angle unik dari sebuah subyek yang sudah begitu banyak dibahas hingga sisi terdalam.
Memang nyaris tak ada hal baru yang bisa ditulis tentang Black Sabbath. Mulai dari riff "Zero to Hero" yang menginspirasi Guns N Roses membuat riff serupa untuk lagu "Paradise City". Atau tentang kegemaran personel Sabbath merisak Bill Ward --mulai membakar tubuh hingga mengalami luka bakar tingkat dua hingga mengecat tubuh Ward hingga membuat pori-porinya tersumbat dan bisa menyebabkan kecelakaan fatal. Juga tentang semua pencapaian artistik hingga komersial. Nyaris semua sudah pernah ditulis dan diceritakan turun temurun. Dari ayah ke anak, kemudian ke cucu.
Mungkin itu sebabnya Black Sabbath ingin memungkasi takdirnya sendiri. Ketika semua sudah tertulis dan abadi, juga tak ada lagi pencapaian yang bisa diraih, apa yang lebih baik ketimbang berhenti dan membiarkan nama mereka dikenang hingga ratusan tahun ke depan. Apalagi mereka tambah menua, sakit-sakitan, dan bisa mangkat kapan saja.
Seorang filsuf pernah berkata: kita bisa memilih kapan dan dengan cara apa bertemu dengan orang lain, tapi kita tak akan bisa memilih dengan cara apa berpisah. Rasa-rasanya kalimat itu tak berlaku untuk Sabbath. Pada 2 dan 4 Februari tahun depan, puluhan ribu orang akan menyaksikan bagaimana Black Sabbath menutup tirai pertunjukan di tanah mereka lahir. Black Sabbath merancang cara yang paling tepat untuk berpisah.
Dari Birmingham kembali ke Birmingham.
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti