Menuju konten utama

Biografi Soemitro Djojohadikoesoemo & Perannya dalam Sejarah RI

Apa peran Soemitro Djojohadikoesoemo ayah Prabowo Subianto dalam sejarah negara Republik Indonesia?

Biografi Soemitro Djojohadikoesoemo & Perannya dalam Sejarah RI
Soemitro Djojohadikoesoemo. FOTO/Istimewa

tirto.id - Nama Soemitro Djojohadikoesoemo kembali jadi sorotan publik usai putranya, Prabowo Subianto, resmi memenangkan Pilpres 2024 dan bakal dilantik sebagai Presiden RI ke-8. Berikut ini biografi singkat dan peran Soemitro Djojohadikoesoemo dalam sejarah Indonesia.

Soemitro Djojohadikoesoemo merupakan salah satu begawan ekonomi di Indonesia. Lahir pada 29 Mei 1917 di Kebumen, Jawa Tengah, ia merupakan ayahanda dari Prabowo Subianto yang telah diumumkan oleh KPU sebagai pemenang Pilpres 2024.

Mantan menteri di era Soekarno maupu Suharto ini meninggal dunia pada 9 Maret 2001 dalam usia 83 tahun. Soemitro Djojohadikoesoemo dikebumikan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Biografi Singkat Soemitro Djojohadikoesoemo

Soemitro Djojohadikoesoemo merupakan putra Raden Mas Margono Djojohadikusumo. Ayahanda Soemitro atau kakek Prabowo ini adalah pendiri Bank Negara Indonesia (BNI), ketua pertama Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS), dan anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Soemitro mengenyam pendidikan di Netherlands School of Economics, Rotterdam, Belanda (1935) hingga meraih gelar Bachelor of Arts (BA). Ia kemudian melanjutkan ke Universitas Sorbonne, Paris, Perancis ((1937-1938).

Setelah pulang ke Indonesia pada 1946, ia pernah menjadi staf Perdana Menteri Sutan Sjahrir dan masuk Partai Sosialis Indonesia (PSI) milik Sjahrir bersama Amir Sjarifuddin.

Posisi lain adalah Direktur Utama Banking Trading Center (BTC) tahun 1947 dan kuasa usaha RI di Washington DC (1950). Selepas itu, ia terlibat dalam pendirian Fakultas Ekonomi Univesitas Indonesia (FE UI) hingga menjadi dekan pertama.

Pada zaman pemerintahan Soekarno, Soemitro Djojohadikoesoemo menduduki sejumlah posisi mentereng dan masih terkait ekonomi.

Di antaranya Menteri Perdagangan dan Perindustrian Kabinet Natsir (1950-1951), Menteri Keuangan Kabinet Wilopo (1952-1953), Menteri Keuangan Kabinet Burhanuddin Harahap (1955-1956), serta Menteri Keuangan Kabinet Burhanuddin Harahap (1955-1956).

Akan tetapi, Soemitro memiliki pandangan yang berbeda dengan sang presiden. Alhasil, ia terlibat dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatra. Namun demikian, ia pernah menjabat posisi menteri di kabinet Soekarno dan Soeharto.

Dirinya lantas hidup dalam pengasingan dan tinggal cukup lama di luar negeri. Semasa pemerintahan orde baru yang dipimpin Soeharto, nasib berkata lain.

Soemitro Djojohadikoesoemo pulang kampung ke Indonesia hingga kembali menduduki posisi menteri pada masa pemerintahan Soeharto.

Posisinya kali ini adalah Menteri Perdagangan Kabinet Pembangunan I (1968-1973). Kemudian berlanjut Menteri Riset dan Pembangunan Kabinet Pembangunan II (1973-1978).

Nasib mujur juga berpihak kepada para anggota keluarga Soemitro hasil pernikahan dengan Dora Marie Sigar, gadis asal Minahasa.

Anak pertama, Biantiningsih Miderawati menikah dengan Joseph Soedrajad Djiwandono. Soedrajad Djiwandono kelak menjadi Gubernur Bank Indonesia.

Anak kedua, Mariani Ekowati, menikah dengan Didier Lemeistre. Didier adalah warga Prancis yang pernah menjabat Direktur Dana Investasi Global dan masih terkait dengan Lippo.

Prabowo Subianto, anak ketiga, kariernya semakin moncer di dunia militer dan menjabat Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) serta Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).

Tak hanya itu, Prabowo juga dinikahkan dengan salah satu putri Soeharto, Titiek Soeharto, pada tahun 1983. Soemitro akhirnya menjadi besan Soeharto.

Sedangkan anak keempat sekaligus bungsu adalah Hashim Djojohadikusumo. Hashim aktif di dunia bisnis melalui kelompok Arsari.

Semasa hidup, Soemitro Djojohadikoesoemo juga menelurkan anak didik yang berprestasi di dunia ekonomi, seperti JB Sumarlin, Ali Wardhana, dan Widjojo Nitisastro.

Baca juga artikel terkait TOKOH NASIONAL atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Dipna Videlia Putsanra