tirto.id - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, membuka peluang atas usulan alokasi dana makan bergizi gratis (MBG) yang ditentukan sebesar Rp10 ribu per siswa dikelola keluarga atau orang tua penerima. Dia mengatakan hal ini sangat mungkin dilakukan dengan catatan memenuhi standar gizi.
“Memungkinan sekali (dilakukan skema itu), asal tetap memenuhi 4 standar. (4 standar tersebut adalah) Pemenuhan jumlah kalori; Pemenuhan Komposisi Gizi; Hiegienis, Menjaga Keamanan Pangan,” kata Dadan saat dihubungi Tirto, Jumat (7/2/2025).
Dadan menyebut, standar yang ditentukan itu telah tertuang dalam rujukan petunjuk yang dibagikan kepada mitra dalam melakukan program MBG. Terlebih, kata dia, selama ini semua bahan diperiksa dan dievaluasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Dinas Kesehatan di daerah.
“Sudah (ada) dong (rujukan petunjuknya), kan semua bahan nanti akan dicek dan dievaluasi BPOM dan dinas kesehatan Kabupaten,” ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Maria Yohana Esti Wijayati, mengatakan DPR RI mengusulkan agar alokasi dana makan bergizi gratis (MBG) yang ditentukan sebesar Rp10 ribu per siswa dikelola keluarga atau orang tua penerima. la menilai aksi tersebut lebih efektif daripada menerapkan kebijakan saat ini.
"Atau mungkin diberikan kepada siapa? Rp10 ribu itu diberikan kepada keluarganya. Tapi catatannya keluarga ini atau orang tuanya harus memberikan bekal yang bergizi." kata Maria di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat pada Kamis (6/2/2025).
Menurut perempuan yang merupakan Politikus PDIP ini, pemberian langsung dana MBG Rp10 ribu kepada keluarga akan menjadikan makanan tersebut lebih berkualitas dan distribusinya jauh lebih efisien dibandingkan saat ini. Terlebih, apabila hal itu diberlakukan, akan ada pihak lain yang juga menerima mantaat selain siswa.
"Rp10 ribu dimasak sendiri itu jauh akan mempunyai kualitas yang lebih baik. Ketika kemudian dimasak bareng-bareng untuk 3 ribu orang. Nah hanya sekolah kontrol, oh anak in bawa ini nggak? Anak ini bawa bekal nggak?" katanya.
"Nah, bekal Rp10 ribu itu sudah bisa bergizi kalau dari rumah. Kemudian ара? Transportasi berkurang. Kalau kita bayangkan kalau di situ titik harus memasak untuk 3 ribu orang. Bayangan kita apa? Harus distribusi, makan waktu, makan biaya, butuh tenaga. Tapi kalau yang dimasak orang tuanya, eh orang tuanya kecipratan nasinya misalnya. Nah, nasinya bisa untuk serumah atau kalau serumah ada 3, karena anak sekolahnya 3. Itu lebih lagi," jelas Maria.
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Andrian Pratama Taher