tirto.id - Anjing adalah hewan yang umum menjadi piaraan. Di sisi lain, ada pula yang tak mau dekat-dekat anjing dengan alasan religius, kebiasaan, juga kesehatan. Terkait alasan terakhir, benarkah terdapat bakteri dan virus pada anjing yang mengakibatkan penglihatan kabur dan kebutaan pada manusia?
Seorang wanita berusia 70 tahun dirawat selama dua minggu setelah dijilat oleh anjing peliharaannya. Ia terinfeksi bakteri Capnocytophaga canimorsus dari seekor anjing Greyhound. Dokter mendiagnosis dirinya terkena disfungsi sepsis, sindrom klinis yang terjadi karena respons tubuh yang berlebihan terhadap rangsangan mikroorganisme.
Gejalanya adalah panas, denyut jantung cepat (takikardia), napas cepat dan pendek karena ketidakseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam tubuh (takipnea), tekanan darah arteri rendah (hipotensi), dan terjadinya disfungsi organ yang berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah. Untungnya, setelah dilakukan perawatan intensif dan diberi antibiotik, wanita tersebut berangsur pulih.
Ternyata, bakteri yang menginfeksi wanita tersebut berasal dari anjingnya. Capnocytophaga canimorsus merupakan bakteri yang terisolasi dalam mulut anjing. Ia tak menimbulkan pengaruh buruk bagi hewan tersebut, tapi dapat menginfeksi orang-orang yang memiliki kekebalan tubuh rendah seperti anak-anak dan manula.
“Jika seekor anjing menjilat atau mengunyah sesuatu yang mengandung bakteri berbahaya, lalu ia menjilat Anda, kemungkinan besar bakterinya dia tularkan,” ujar Pete Wedderburn, ahli bedah hewan di Inggris, kepada Telegraph.
Menurut Wedderburn, persebaran bakteri dari jilatan anjing tak ubahnya tangan kotor yang sengaja dimasukkan ke mulut. Pada orang-orang sehat, infeksi bakteri atau virus memang dapat ditangkis. Namun, ia menyarankan agar sebaiknya kita menghindari jilatan anjing. Terutama pada orang tua dengan gangguan limpa dan pasien kemoterapi.
Diperkirakan sebanyak tiga perempat anjing sehat menyimpan bakteri capnocytophaga canimorsus di mulut mereka. Karenanya, ada 30 persen kematian akibat kontak dengan anjing dikaitkan terhadap infeksi bakteri ini.
Selain melalui jilatan, kontak dengan anjing yang paling banyak menimbulkan cedera adalah gigitan. Infeksi setelah digigit anjing bisa terjadi karena bakteri dari kulit manusia dengan rongga mulut anjing. Terdapat beberapa bakteri, termasuk spesies Pasteurella, Streptococcus, Fusobacterium, dan Capnocytophaga yang bisa membikin meningitis, infeksi pada lapisan dalam jantung (endokarditis), dan penyakit berat lainnya.
Gigitan anjing juga sudah lama dikaitkan dengan penyakit rabies. Ia bertanggung jawab atas 60.000 kematian manusia setiap tahunnya, dan kebanyakan ada di negara berkembang. Infeksi karena gigitan anjing dapat membuat dampak ekstrem. Termasuk kondisi serius yang muncul ketika jaringan tubuh banyak mengalami nekrosis atau mati (gangren) serta amputasi.
Dalam kotoran anjing, terdapat Toxocara canis, parasit ini disebabkan oleh kotoran yang tercemar telur cacing. Telur Toxocara canis berkembang di tempat-tempat seperti pasir, taman, pantai, atau tempat-tempat lain. Cacing Toxocara dapat menyerang organ dalam dan menyebabkan diare dan kematian pada hewan yang terkontaminasi. Meski beberapa spesies memang tak menimbulkan bahaya.
Pada manusia yang terinfeksi Toxocara, larvanya bisa pindah dan mengakibatkan gejala muntah-muntah. Bahkan, memacu infeksi yang menyebabkan kerusakan mata permanen hingga kebutaan. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan menghindari kontaminasi telur dari hewan terinfeksi dan memberi hewan-hewan tersebut obat cacing secara teratur.Baca juga:
- Suka Makan Daging Mentah? Waspada Risiko Infeksi Cacing Pita
- Cacing Hati bisa Menular terhadap Manusia
Anjing Membuat Lebih Sehat
Yang perlu digarisbawahi, ragam virus dan parasit di atas tak hanya terdapat pada anjing saja, tapi juga kucing. Di sisi lain, terdapat manfaat psikis ketika seseorang memiliki hewan peliharaan, terutama anjing. Banyak rumah sakit yang menggunakan anjing sebagai hewan terapi. Jika kebersihan hewan peliharaan dapat dijaga, penyebaran virus, bakteri, dan parasit juga dapat diminimalkan.
Ketika memelihara anjing, sang pemilik cenderung akan mengajak anjingnya berjalan-jalan. Kegiatan itu otomatis meningkatkan frekuensi olahraga seseorang. Orang-orang yang memiliki anjing juga jadi lebih banyak berinteraksi dan memiliki hubungan sosial.
Biasanya, ketika membawa anjingnya berjalan-jalan, mereka akan bertemu dengan pemilik anjing lain, dan memulai perbincangan. Jika malas keluar, sekadar duduk dan membelai-belai peliharaan juga memberi efek menenangkan. Para peneliti pun meyakini memelihara hewan sangat bermanfaat bagi penderita depresi.
Termasuk orang dengan alzheimer, autisme, dan ADHD. Mereka diuntungkan dengan aktivitas mengurus hewan peliharaan. Kegiatan memberi makan, jalan-jalan, memandikan, dll membantu mereka belajar merencanakan sesuatu dan bertanggung jawab. Menghirup udara segar saat berjalan dengan anjing juga membuat perbaikan sirkulasi udara dalam tubuh dan otak. Hal itu membuat mereka lebih mudah berkonsentrasi, lebih rileks, dan tidak meledak-ledak.
Kesimpulannya, selain ada manfaat di sisi mental, memelihara anjing memang mengandung risiko juga bagi kesehatan. Namun, tak perlu khawatir jika Anda mampu merawatnya dengan baik dan menjaga kebersihan. Jangan luput membersihkan anjing Anda dan membuang kotorannya. Jangan lupa pula memberinya rupa-rupa vaksin yang dibutuhkan serta memberi obat cacing secara teratur.
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani