Menuju konten utama

Bentara Budaya Yogyakarta, Pamerkan Seni Abstrak Benang Merah

Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) kembali menggelar pameran seni rupa. Kali ini, BBY menggelar pameran seni lukis abstrak(si) Bali. I Made Susanta Dwitanaya, kurator karya dalam keterangan siaran pers menyatakan seni lukis abstrak(si) di Bali pernah menjadi arus utama dalam medan sosial senirupa Bali.

Bentara Budaya Yogyakarta, Pamerkan Seni Abstrak Benang Merah
Seni Lukis abstrak. [foto/bentara budaya]

tirto.id - Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) kembali menggelar pameran seni rupa. Kali ini, BBY menggelar pameran seni lukis abstrak(si) Bali. I Made Susanta Dwitanaya, kurator karya dalam keterangan siaran pers menyatakan seni lukis abstrak(si) di Bali pernah menjadi arus utama dalam medan sosial senirupa Bali.

Ia menerangkan sejak dekade 1970-an sampai akhir 1990-an seni lukis abstrak Bali menunjukkan dinamika perkembangannya yang dinamis. Banyak para perupa Bali yang menggeluti gaya seni lukis Abstrak kini, baik yang dimotori oleh generasi para pelukis Sanggar Dewata Indonesia (SDI) dengan kecenderungan artistik abstrak ekspresionis meikonik Bali, maupun beberapa pelukis Bali yang berada di luar ruang lingkup SDI. “Pendek kata seni lukis abstrak pernah menjadi arus yang dominan dalam medan sosial seni rupa Bali,” kata I Made Susanta.

Lantas bagimana dengan perkembangan seni lukis Abstrak di Bali kini?

Jika dilihat secara kuantitas, kemunculan pelukis-pelukis abstrak terutama dari kalangan perupa muda boleh dikatakan mulai berkurang secara drastis. “Dalam beberapa even pameran, misalnya sangat jarang kita jumpai anak muda yang menampilkan karya abstrak,” ujarnya.

Lantas apakah kondisi ini lantas dapat kita jadikan alasan untuk menjustifikasi bahwa perkembangan seni abstrak di Bali tidak mengalami regenerasi?

Ia mengajak kita untuk berefleksi terlebih dahulu, agar tidak buru-buru menjustifikasi. Sebab, menurutnya masih ada para perupa muda Bali yang intens menekuni seni abstrak ini, dimulai dari generasi awal 2000-an seperti Tien Hong dan Made Kenak, hingga generasi 2000 pertengahan seperti Adi Wirawan, Darmanegara, hingga Agus Dangap Murdika, serta Putu Sastra Wibawa yang baru saja menyelesaikan studi di ISI Yogyakarta.

Keenam perupa muda Bali dengan perbedaan latar belakang almamater seperti ISI Denpasar, ISI Yogyakarta, dan Undiksha Singaraja Bali tersebut akan tampil dalam pameran yang diberi tajuk ” Benang Merah “ di Bentara Budaya Yogyakarta.

Pameran ini secara konseptual berupaya melacak kembali proses regenerasi seni abstrak dalam medan sosial seni rupa Bali untuk kemudian memetakan proses kreatif perupa muda yang berpameran dalam konstelasi seni abstrak di Bali hari ini.

Bagaimana posisi seni abstrak ataupun abstraksi yang diyakini sebagai jalan kreatif keenam perupa muda ini di tengah kultur representasi yang dominan mengepung kita hari ini. Representasi baik berupa karya seni, (lukis, drawing, grafis, dan lain-lain) hingga iklan secara massif membanjiri ruang–ruang hidup kita hari ini, dari ruang publik hingga ruang privat, representasi hadir berkelindan baik yang konvensional, elektronik, hingga digital, ruang mayaatau virtual adalah lokomotif yang paling cepat menyebarkan penetrasi representasi (image) dalam peradaban kita yang tak berlebihan jika disebut abad representasi. Semua image yang tersaji hari ini nyaris semuanya representasional, banal, bahkan vulgar. Nyaris sangat jarang kita melihat sesuatu image yang lebih sublim, bahkan abstrak yang berkelindan di sekitar kita.

Pameran yang akan diselenggarakan ini sekali lagi adalah upaya untuk mencoba melihat kembali seni lukis abstrak Bali generasi terkini yang dikerjakan oleh generasi perupa mudanya.

“Benang Merah mengajak kita melihat, dan menelisik kembali, berbagai artikulasi atas bahasa rupa abstrak yang dilakukan oleh keenam orang perupa muda Bali ini,” kata I Made Susanta Dwitanaya, kurator karya.

Peserta pameran kali ini ialah I Komang Trisno Adi Wirawan, Kadek Darmanegara, Made Kenak Dwi Adnyana, Putu Sastra Wibawa, Ketut Agus Dangap Murdika, Tien Hong. Pembukaan Pameran dilaksanakan pada 4 Oktober 2016, Pukul 19.30 WIB

Baca juga artikel terkait PAMERAN SENI atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Humaniora
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh