Menuju konten utama

Ledakan Belanja Ramadan: Mengurai Tren & Perilaku Masyarakat RI

Tingkat belanja masyarakat pada Ramadan tahun ini akan lebih tinggi seiring dengan beragamnya pilihan kanal belanja dan kondisi ekonomi yang mulai pulih.

Ledakan Belanja Ramadan: Mengurai Tren & Perilaku Masyarakat RI
Header INSIDER Insight Perilaku Belanja selama Ramadan. tirto.id/fuad

tirto.id - Bulan yang paling ditunggu oleh masyarakat muslim dunia akan segera tiba. Berbagai persiapan telah dilakukan untuk menyambut momen Ramadan yang hanya datang setahun sekali tersebut.

Beberapa studi menyebut bahwa masyarakat Indonesia akan melonggarkan dompetnya dan meningkatkan pembelanjaan. Analisa Google mencatat bahwa tingkat pembelanjaan masyarakat di bulan suci muslim tersebut bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan periode promo tanggal ganda (promo 1.1, 2.2, dst).

Meskipun memang perilaku belanja selama Ramadan sudah direncanakan sesuai anggarannya. Tidak seperti saat promo tanggal ganda yang pembelian umumnya terjadi karena sikap impulsif.

Laporan terbaru InMobi dan Glance berjudul The Marketer’s Guide to Ramadan, menyebutkan bahwa mayoritas penduduk (58 persen) Indonesia berencana menghabiskan lebih dari Rp3 juta, Dengan 3 dari lima orang menyiapkan anggaran di kisaran Rp3-5 juta.

Peningkatan tersebut didorong oleh faktor pemulihan ekonomi, keberagaman saluran belanja dan semarak perayaan Ramadan yang cukup tinggi tahun ini.

Uniknya, survei tersebut menganalisa kebanyakan masyarakat mulai membelanjakan anggaran Ramadan justru jauh-jauh hari. Belanja Ramadhan tahun ini dimulai pada akhir Februari 2024. Polanya akan meningkat sepanjang Maret sebelum mencapai puncaknya pada pertengahan April

Periode belanja Ramadan

Periode belanja Ramadan. FOTO/go.inmobi.com/

“Survei ini memberikan pandangan positif bagi para pemasar karena musim belanja Ramadan kali ini akan lebih besar dibandingkan musim belanja sebelumnya,” ujar Country Manager The Trade Desk di Indonesia, Florencia Eka.

Peningkatan pola konsumsi selama Ramadan juga dapat terlihat dari tren aliran uang di masyarakat. Bank Indonesia (BI) mencatat pada momentum Ramadan tahun lalu (2023), jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) mencapai Rp8.350,4 triliun pada April 2023.

Uang tersebut tumbuh 5,5 persen secara year on year (yoy), setelah bulan sebelumnya juga tumbuh 6,2 persen (yoy). Perkembangan M2 tersebut dianalisa imbas dari kenaikan penyaluran kredit kredit produktif maupun konsumtif.

Antara Daring atau Luring

Apakah Anda lebih suka berjalan-jalan di lorong toko sambil belanja menunggu waktu buka puasa? Atau, lebih suka berbelanja dari rumah hanya dengan menggunakan ponsel melalui e-commerce?

Berdasarkan survei kepada 500 konsumen, Inmobi dan Glance menemukan sebayak 60 persen lebih tertarik belanja secara daring. Sementara 41 persen berniat meningkatkan pengeluaran belanja luring mereka dengan mengunjungi toko fisik.

Beberapa faktor yang mendorong masyarakat memilih untuk berbelanja online karena kemudahan pembayaran, ketersediaan diskon dan penawaran khusus, serta biaya pengiriman yang gratis.

“Tidak dapat disangkal lagi betapa pentingnya peran ponsel pintar dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen di Indonesia,” ujar Chief Business Officer InMobi Group, Vasuta Agarwal.

Selain itu, opsi daring dipilih karena dalam perjalanannya, perencanaan pembelian kebutuhan Ramadan dimulai di ranah digital. Masyarakat mempelajari informasi terkait produk apa yang akan di beli melalui perangkat selulernya.

Argumentasi tersebut dibuktikan oleh Google yang mencatat 7 dari 10 pembelanja Indonesia menggunakan media digital sebagai titik kontak untuk mempelajari produk Ramadan. Kanal-kanal yang digunakan adalah sosial media, aplikasi, online video, dan websites. Alhasil, wajar saja jika pada proses keputusan akhir pembelian dilakukan melalui kanal online.

Di sisi lain terkait perilaku belanja Ramadan, YouGov, lembaga riset asal Inggris, mencoba untuk mencaritahu kanal apa yang digunakan ketika membeli sebuah kategori produk. YouGov melakukan survei terhadap 2.136 penduduk berusia 18 tahun ke atas pada Januari 2024.

Hasil studi mereka menunjukkan kanal daring dipilih untuk hampir seluruh kategori produk. Bahkan melakukan donasi pun, masyarakat Indonesia lebih memilih secara online. Hanya pembelian vitamin dan obat-obatan yang persentase kanal luringnya lebih tinggi.

Menariknya, jika kita perhatikan di sini, dari semua platform e-commerce populer di Indonesia, Shopee menjadi jawara. Hampir sembilan dari sepuluh (89 persen) konsumen melakukan pembelian di keranjang oranye ini. Tokopedia, sebaliknya, berada di urutan kedua (51 persen), diikuti TikTok Shop dan Lazada.

Bahkan, ketika dipecah berdasarkan generasi, Shopee masih menduduki peringkat atas baik bagi Gen Z, Milenial, atau Gen X. Namun, bagi Gen X, TikTok Shop lebih populer dibandingkan dengan Tokopedia.

Keperkasaan Shopee juga dibuktikan oleh Inmobi dan Glance yang mencatat hampir tiga dari empat (73 persen) konsumen melakukan pembelian di Shopee. Kemudian disusul oleh Tokopedia (39 persen), Lazada (22 persen), Bukalapak (6 persen) dan Blibli (5 persen).

Pusat Perbelanjaan Tetap Tumbuh

Menariknya, meski rata-rata hampir terjadi pergeseran belanja dari offline ke online, pusat perbelanjaan ritel diperkirakan masih akan tetap tumbuh. Baik dari sisi pendapatan hingga jumlah kunjungannya.

Sederhananya, ketika masyarakat Indonesia berencana untuk meningkatkan belanja online mereka pada bulan Ramadan ini, mereka masih ingin menghabiskan waktu dan uang di luar rumah untuk berbelanja dan bersantap.

Kategori produk teratas pembeli yang masih lebih dipilih untuk dibeli malalui kunjungan fisik ke toko adalah bahan makanan, perlengkapan rumah & perlengkapan sehari-hari, motor, peralatan rumah tangga, serta bayi & anak-anak.

Selain itu, 60 persen masyarakat Indonesia juga berencana makan di luar sebagai bagian dari perayaan Ramadan mereka.

Studi Toluna baru-baru ini juga menyoroti pergeseran perilaku konsumen dari 2023 ke 2024. Terlihat peningkatan antusiasme masyarakat terhadap acara atau tematik Ramadan di took-toko yang akhirnya mendorong sentimen belanja.

Pada tahun ini, sebagian besar juga menunjukkan peningkatan minat mengunjungi mal untuk aktivitas berbelanja selama periode Idulfitri. Semangat untuk berpartisipasi terlihat jelas dalam berbagai kegiatan.

Setidaknya 76 persen responden masih berniat menjelajahi pusat perbelanjaan untuk berbelanja. Lalu, 75 persen memilih mengunjungi santapan atau restoran

“Sebagaimana biasanya yang selalu dilakukan oleh masing-masing pusat perbelanjaan menjelang dan pada saat Ramadan serta Idulfitri adalah menyelenggarakan berbagai acara dan berbagai program promo belanja,” ujar Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, kepada Tirto.

Dalam hal berbelanja, promo memang menjadi daya tarik konsumen. Dalam Studi Toluna, konsumen tertarik dengan merek yang memberikan diskon (56 persen), jumlah lebih banyak dengan harga yang sama (44 persen), dan penawaran paket (41 persen).

“Pusat Perbelanjaan optimis rata-rata tingkat kunjungan pada saat Ramadan dan Idulfitri tahun ini akan lebih tinggi dari tahun lalu,” ujar Alphonzus.

Dia bahkan memperkirakan akan terjadi peningkatan sekitar 15 persen sampai dengan 20 persen. Salah satu faktor utama adalah kondisi hasil Pemilu 2024 yang relatif kondusif dan dapat dipertahankan terus sampai bulan Ramadan dan Idulfitri.

Baca juga artikel terkait INSIDER atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Dwi Ayuningtyas