Menuju konten utama

Bahaya Erotomania dan Delusi Jatuh Cinta

Apa kamu yakin betul idola hatimu juga menyimpan rasa yang sama? Atau jangan-jangan kamu lagi mengalami gejala erotomania?

Bahaya Erotomania dan Delusi Jatuh Cinta
Header diajeng Erotomania. tirto.id/Quita

tirto.id - “My love is strong, you see

I know you'll never get tired of me

Oh, baby

And I'm gonna use every trick in the book

I'll try my best to get you hooked…

Cuplikan lagu “I’m Gonna Make You Love Me” (1968) dari Diana Ross & the Supremes dan The Temptations ini mungkin terdengar wajar jika dilantunkan untuk kekasihmu yang memang jatuh cinta padamu.

Namun, pada waktu sama, liriknya bakal terdengar mengerikan apabila ditujukan untuk orang lain yang sama sekali tak menjalin hubungan asmara denganmu atau setidaknya punya rasa suka barang secuil saja.

Betapa tidak? Subjek dalam lagu tersebut—merujuk pada sudut pandang penutur atau penyanyi—berniat menggunakan cara apa saja untuk memaut hati orang yang dicinta.

Aku jadi ingat lagu “Risalah Hati” dari Dewa 19 yang pernah hits tahun 2000 silam. Kamu ingat? Liriknya mirip dengan lagu Diana Ross di atas, “Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta kepadaku…”

Temanku berceletuk menanggapi lagu itu, “Ini maksudnya yang nyanyi mau pelet gebetannya gitu?”

Sejak lama, romantisasi situasi jatuh cinta meluber dalam budaya pop, membuat orang menjustifikasi perasaan tersebut, sampai terkadang lupa bahwa ada titik tertentu di mana yang dia lakukan bisa dibilang berlebihan—bahkan delusional.

Dari kacamata psikologi, dikenal istilah erotomania atau sindrom de Clérambault. Dilansir dari situs WebMD, kondisi ini merupakan bagian dari gangguan delusional ketika seseorang percaya bahwa orang lain—acap kali orang tenar atau penting—jatuh hati kepadanya.

Pada 1921, pskiater Prancis Gaëtan Gatian de Clérambault berpendapat, orang-orang dengan erotomania percaya bahwa objek cintanya jatuh cinta dan membuat pendekatan terlebih dahulu kepadanya. Dia juga berargumen bahwa perempuan lebih sering mengalami erotomania.

diajeng Erotomania

Ilustrasi diajeng Erotomania. (FOTO/iStockphoto)

Pandangan de Clérambault diafirmasi oleh Martin Brüne dari Ruhr University, Jerman dalam studi berjudul “De Clérambault’s syndrome (erotomania) in an evolutionary perspective” di jurnal Evolution and Human Behavior (2001). Berdasarkan analisis Brüne terhadap 246 kasus erotomania sepanjang abad ke-20, didapati sebanyak 69,1 persen pengidapnya adalah kaum hawa.

Lalu, apa gejala yang biasa ditemui pada orang dengan erotomania?

Dalam studi kasus berjudul “De Clérambault's syndrome: diagnostic and therapeutic challenge“ di jurnal Revista de Psiquiatria do Rio Grande do Sul (2007), tim peneliti pimpinan Thais de Moraes Sampaio menjabarkannya sebagai berikut.

Pengidap erotomania biasanya dapat menjelaskan sinyal-sinyal asmara yang dianggap dikirimkan oleh si pujaan hati secara detail, mulai dari ekspresi wajah, percakapan, atau gestur. Tak cuma itu, ia bahkan mengira sang objek cinta sengaja mengirimkan pesan asmara lewat telepati kepadanya.

Perilaku delusional dalam konteks asmara semacam ini, menurut tim Sampaio, kerap diasosiasikan dengan gangguan mental lain seperti schizophrenia (34 persen), sindrom depresi (13 persen), gangguan afektif bipolar (9 persen), dan paranoia (9 persen).

Gejala paling jelas dari pengidap erotomania adalah perilaku mengintil atau mengintai orang yang ditaksirnya.

Ia cenderung bersikeras mempertahankan keyakinannya meskipun objek cintanya sudah berupaya menolaknya. Alih-alih menerima kenyataan, pengidap erotomania justru menginterpretasikan penolakan ini sebagai kamuflase dari rasa cinta yang terpendam.

diajeng Erotomania

Ilustrasi diajeng Erotomania. (FOTO/iStockphoto)

Bukan cuma itu, ia juga sering membeberkan kisah-kisah fiktif atau membanggakan diri setiap kali berkontak dengan objek cintanya, padahal belum tentu ada rasa spesial bagi dirinya.

Apabila kamu punya teman yang memperlihatkan gejala seperti ini, apa artinya dia harus segera dirujuk ke psikolog atau psikiater?

Eits, belum tentu!

Menurut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental edisi kelima (DSM-5) yang diterbitkan American Psychiatric Association, seseorang dapat diduga mengidap erotomania jika sudah menunjukkan gejala delusi secara konsisten setidaknya satu bulan. Mereka umumnya juga tak sadar dampak dari polah tingkah mereka.

Tak jarang pengidap erotomania melakukan tindakan yang membahayakan objek cintanya atau siapa pun yang dianggap menghalangi hubungannya dengan sang pujaan hati.

Seperti disampaikan Marc Feldman, Jacqueline Feldman, dan Roxenne Smith dalam buku Stranger Than Fiction: When Our Minds Betray Us (1998), kemarahan pengidap erotomania dapat mengarahkannya untuk melakukan kekerasan terhadap orang yang ditaksir.

Kasus pengintilan penyanyi Madonna oleh Robert Hoskins pada 1995 merupakan contoh ekstrem erotomania. Hoskins adalah tunawisma yang berdelusi bahwa Madonna telah ditakdirkan menjadi istrinya.

Madonna

Madonna tampil selama tur 'Sticky and Sweet' pada Rabu 15 Oktober 2008, di Boston. (AP Photo/Bizuayehu Tesfaye)

Beberapa kali Hoskins berusaha menyusup masuk kediaman pelantun “Material Girl” tersebut, namun upayanya berhasil digagalkan, pertama kali oleh penjaga Madonna, dan kali kedua ia langsung ditembak dan dibekuk polisi. Lebih parahnya, obsesinya terhadap Madonna tak meredup meski ia dikungkung di jeruji besi.

Hoskin dikabarkan sempat meninggalkan pesan untuk Madonna lewat risalah religius bertajuk Defiled. Di dalamnya dideskripsikan hukuman untuk orang yang berpakaian vulgar dan bersetubuh di luar ikatan pernikahan.

Polah tingkah Hoskin ini tak pelak mengusik Madonna. Ia sering mengalami mimpi buruk akibatnya. Selain itu, ia pun enggan datang ke persidangan untuk memberi kesaksian lantaran hal itu justru hanya akan memenuhi fantasi Hoskin bahwa Madonna memberi perhatian kepadanya.

Tentu, mencintai adalah hak setiap orang. Tapi perlu diingat, tak sepatutnya tindakan mencintai sampai menginterupsi hak-hak orang lain, apalagi mengancam keselamatannya. Tak kalah penting, kita perlu berjejak pada logika dan mengendalikan perasaan supaya hidup kita tak bergantung penuh pada sang objek cinta.

Jatuh cinta itu menyenangkan. Delusional itu yang mengerikan.

* Artikel ini pernah tayang di tirto.id pada 5 April 2017. Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk keperluan redaksional diajeng.

Baca juga artikel terkait CINTA atau tulisan lainnya dari Patresia Kirnandita

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Patresia Kirnandita
Editor: Patresia Kirnandita & Sekar Kinasih