Menuju konten utama

Babak Baru Debat Cina vs Amerika soal Aborsi Paksa Muslim Uighur

Dituding bikin kebijakan aborsi paksa bagi perempuan Muslim Uighur, Cina serang balik: Di Amerika ada #MeToo dan #BlackLivesMatter.

Babak Baru Debat Cina vs Amerika soal Aborsi Paksa Muslim Uighur
Etnis wanita Muslim Uighur mengendarai di belakang traktor melewati pasar pasar ternak Minggu yang terkenal di Kashgar, pusat Jalur Sutra utama selama lebih dari 2.000 tahun dan pusat etnis minoritas Uighur di Cina, 21 Mei 2006. Elizabeth Dalziel/AP

tirto.id - Cina telah menuduh Amerika Serikat (AS) membuat kebohongan. Hal itu terkait pernyataan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo: para perempuan Muslim Uighur menjadi korban aborsi paksa, sterilisasi paksa, dan implantasi alat kontrasepsi secara paksa.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying mengatakan, apa yang disampaikan Pompeo itu hanya omong kosong.

"Fakta adalah fakta, dan komunitas internasional tidak akan tertipu oleh kebohongan Pompeo," kata Chunying melalui siaran resminya, sabtu (3/10/2020).

Pemerintah Cina, kata Chunying, telah memperlakukan minoritas Muslim Uighur secara setara dengan warga lainnya. Salah satunya terkait kebijakan populasi. Dari 2010 hingga 2018, populasi Muslim Uygur di Xinjiang meningkat dari 10,1 juta menjadi 12,7 juta. Menurutnya ada peningkatan 25,04 persen.

"Fakta dan data ini sepenuhnya membuktikan bahwa Pompeo berbohong," tudingnya.

Chunying malah menyerang balik Amerika Serikat. Menurutnya, negara itu belum meratifiakasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Hal itu menyebabkan, perempuan Amerika masih mengalami diskriminasi dan ancaman yang sistematis, ekstensif, dan terlembaga.

"Perempuan Amerika 21 kali lebih mungkin terbunuh oleh tembakan dibandingkan di negara berpenghasilan tinggi lainnya. Sebanyak 70 persen perempuan Amerika pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual dari pasangan intimnya. Hampir seperempat mahasiswi Amerika mengatakan bahwa mereka telah diserang secara seksual. Atau pelecehan seksual," ujarnya.

Cina mengingatkan, apakah Pompeo lupa dengan kampanye "Me Too" dan "Black Lives Matter"? Selain itu, kata Chunying, mengenai genosida, pengusiran massal, asimilasi, dan pembantaian orang India dalam sejarah Amerika Serikat menyebabkan penurunan populasi India dari 5 juta menjadi 250.000.

Sebelumnya, Mike Pompeo juga menyatakan, Partai Komunis Cina (PKC) terus menggunakan sensor dan penahanan sewenang-wenang untuk menindak kebebasan berekspresi para pembela hak-hak perempuan Cina.

Kami menyerukan kepada komunitas internasional untuk mengutuk pelecehan yang mengerikan dan berkelanjutan terhadap perempuan yang dilakukan oleh negara satu partai Republik Rakyat Tiongkok," jelasnya seperti dikutip dari situs resmi pemerintahan AS.

"Dan menyerukan kepada negara-negara anggota PBB untuk menegur upaya Beijing untuk memanfaatkan forum multilateral untuk memajukan dan melegitimasi kepentingan sempit mereka sendiri, daripada memajukan nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, pemberdayaan perempuan, dan perdamaian dan keamanan," imbuhnya.

Baca juga artikel terkait MUSLIM UIGHUR atau tulisan lainnya dari Dieqy Hasbi Widhana

tirto.id - Politik
Reporter: Dieqy Hasbi Widhana
Penulis: Dieqy Hasbi Widhana
Editor: Abdul Aziz