Menuju konten utama

Arti Logo Polwan, Sejarah HUT Polisi Wanita, dan Tema Tahun Ini

Sejarah Hari Polisi Wanita 1 September dan arti logo polwan. Berikut selengkapnya.

Arti Logo Polwan, Sejarah HUT Polisi Wanita, dan Tema Tahun Ini
Sejumlah Polisi Wanita (Polwan) bersiap mengikuti upacara peringatan HUT Ke-70 Polwan di Monas, Jakarta, Senin (3/9/2018). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

tirto.id - Tanggal 1 September memperingati Hari Polisi Wanita atau HUT Polwan. Hari Polwan 2022 ini merupakan peringatan yang ke-74 sejak pertama kali dibentuk pada 1 September 1948.

Polwan atau polisi wanita dibentuk pada 1 September 1948, berawal dari Kota Bukittinggi, Sumatra Barat.

Pada Hari Polwan yang ke-74 ini, Polwan mengangkat tema:

"Polri Yang Presisi, Polwan Siap Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural untuk Mewujudkan Indonesia Tangguh - Indonesia Tumbuh".

Untuk merayakan hari jadinya, Polisi Wanita Republik Indonesia menggelar kegiatan bakti sosial serta membagikan bantuan sosial berupa paket sembako sebanyak 1.000 paket kepada masyarakat di Jakarta Utara.

Pemberian Paket sembako dilakukan dalam rangka memperingati HUT Ke-74 Polwan. Bantuan sosial berupa 1.000 paket sembako dibagikan kepada para nelayan, pekerja kasar dan masyarakat lain yang membutuhkan secara "door to door" atau dari pintu ke pintu agar tepat sasaran.

Paket sembako yang dibagikan kepada masyarakat berupa bahan pokok seperti beras, gula, minyak goreng, tepung, mie instan, susu dan peralatan protokol kesehatan COVID-19 seperti masker, sanitizer dan sabun pencuci tangan.

Sejarah HUT Polwan

Terbentuknya polwan berawal dari kesulitan polisi untuk memeriksa fisik korban, tersangka, atau saksi wanita dalam menangani sebuah kasus. Polisi sering meminta bantuan para istri polisi dan pegawai sipil wanita untuk melaksanakan pemeriksaan fisik.

Dilansir laman museumpolri.org, organisasi wanita di Bukittinggi pun mengusulkan pemerintah agar wanita diikutsertakan dalam pendidikan kepolisian untuk menangani masalah tersebut.

Usulan itu disetujui dan Cabang Djawatan Kepolisian Negara untuk Sumatera yang berkedudukan di Bukittinggi memberikan kesempatan mendidik wanita-wanita pilihan untuk menjadi polisi.

Pada 1 September 1948 secara resmi disertakan 6 siswa wanita dalam pendidikan kepolisian, yaitu:

1. Mariana Saanin

2. Nelly Pauna

3. Rosmalina Loekman

4. Dahniar Sukotjo

5. Djasmainar

6. Rosnalia Taher

Mereka mulai mengikuti pendidikan inspektur polisi bersama dengan 44 siswa laki-laki di SPN Bukittinggi. Sejak saat itu, 1 September ditetapkan menjadi hari lahirnya polwan.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 19 Desember 1948 meletus agresi militer Belanda ke II yang menyebabkan pendidikan inspektur polisi di Bukittinggi dihentikan dan ditutup.

Setelah adanya pengakuan kedaulatan Indonesia, pada 19 Juli 1950, 6 calon inspektur polisi wanita kembali dilatih di SPN Sukabumi. Selama pendidikan, mereka mendapat pelajaran mengenai ilmu-ilmu kemasyarakatan, pendidikan dan ilmu jiwa, pedagogi, sosiologi, psikologi, dan latihan anggar, jiu jit su, judo, serta latihan militer.

Keenam polwan pertama ini dinyatakan lulus pendidikan polisi pada 1 Mei 1951 dan mulai bertugas di Djawatan Kepolisian Negara dan Komisariat Polisi Jakarta Raya.

Tugas khusus mereka adalah menyangkut wanita, anak-anak dan masalah-masalah sosial seperti:

  • mengusut, memberantas dan mencegah kejahatan yang dilakukan oleh atau terhadap wanita dan anak-anak;
  • memberi bantuan kepada polisi umum dalam pengusutan dan pemeriksaan perkara terhadap terdakwa atau saksi khusus untuk memeriksa fisik kaum wanita yang tersangkut atau terdakwa dalam suatu perkara;
  • mengawasi dan memberantas pelacuran, perdagangan perempuan dan anak-anak.

Infografik SC Sejarah Hari Polwan

Infografik SC Sejarah Hari Polwan. tirto.id/Fuad

Polwan Secara Resmi Jadi Bagian Polri

Sejak dikeluarkan TAP MPR No. II Tahun 1960 yang menyatakan bahwa kepolisian merupakan bagian dari angkatan bersenjata, maka pada 1965, pendidikan calon perwira polwan diintegrasikan bersama calon perwira polisi pria untuk bersama-sama dididik di AAK (Akademi Angkatan Kepolisian) di Yogyakarta.

Perekrutan Polwan di AAK hanya berjalan satu angkatan, setelah itu tidak ada lagi perekrutan untuk calon perwira Polwan di AAK. Jalur perekrutan untuk menjadi perwira polwan adalah melalui jalur perwira karier setingkat sarjana dan sarjana muda melalui SEPAMILWA (Sekolah Perwira Militer Wajib).

Pada 1975, Depo Pendidikan dan Latihan (Dodiklat) 007 Ciputat untuk pertama kali membuka kelas pendidikan untuk bintara Polwan. Dodiklat 007 kemudian berubah nama menjadi Pusat Pendidikan Polisi Wanita (Pusdikpolwan) pada 1982 dan menjadi tahun pertama lembaga pendidikan yang khusus mendidik polisi wanita.

Pada, 30 Oktober 1984 Pusdikpolwan diganti menjadi Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan) yang langsung menarik minat perempuan untuk menjadi polisi.

Kapolri pada saat itu Jenderal Polisi Drs. Mochammad Sanoesi secara resmi mengesahkan lambang polisi wanita dengan menerbitkan Surat Keputusan No. Pol.: Skep/480/XI/1986 pada 29 November 1986.

Arti Logo Polwan

Logo polwan memiliki arti:

  • Bunga Matahari yang bermakna sifat wanita.
  • Tujuh helai dan empat helai bunga melambangkan pedoman hidup Polri Tribrata dan pedoman kerja Polri Catur Prasetya Polri.
  • Perisai dan obor melambangkan Polwan adalah anggota kepolisian Republik Indonesia yang turut melaksanakan tugas dan fungsi kepolisian Republik Indonesia.
  • Tiga bintang emas bermakna Tribrata sebagai pedoman hidup bagi tiap anggota Polri.
  • 1948 melambangkan saat pertama kali adanya Polwan di kepolisian Republik Indonesia.
  • Esthi Bhakti Warapsari bermakna pengabdian putri-putri pilihan menuju kea rah tercapainya cita-cita luhur yaitu terciptanya masyarakat Tata Tentram Kerta Raharja kepada negara dan bangsa.

Baca juga artikel terkait HARI PENTING atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Penyelaras: Yulaika Ramadhani