Menuju konten utama

Arca Dwarapala Langka dari Kerajaan Kediri Ditemukan Arkenas

Tim Puslit Arkenas merilis hasil penemuan benda purbakala arca Dwarapala yang diduga peninggalan dari Kerajaan Kediri.

Arca Dwarapala Langka dari Kerajaan Kediri Ditemukan Arkenas
Sebuah Arca Dwarapala dengan posisi berdiri ditemukan di sebuah lahan kebun durian di Desa Adan-Adan Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri. FOTO/Tony Firman.

tirto.id - Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) berhasil menemukan beberapa benda purbakala yang diduga berasal dari Kerajaan Kediri. Temuan yang didapat dari ekskavasi tahun kedua ini berada di sebuah situs Desa Adan-Adan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.

Dalam waktu seminggu, tim Puslit Arkenas menemukan arca Dwarapala, lapik dan makara. Dari temuan tersebut, arca Dwarapala yang paling menyita perhatian.

Pada hari pertama penggalian (24/9/2017), di kedalaman 80 cm, sudah tampak kepala dari Dwarapala. Berlanjut di hari kedua, bagian dada Dwarapala mulai terlihat dan puncaknya sampai hari Jumat (27/9/2017) lalu. Bagian utuh dari Dwarapala yang memiliki tinggi 180 cm dan lebar 90 cm dapat terekspose sampai ke lapik dasar tempat pijakan sang arca penunggu gerbang ini.

Posisi arca Dwarapala juga tergolong unik karena berdiri tegak. Ini berbeda dari arca Dwarapala pada umumnya yang berposisi jengkeng atau bersimpuh. Menurut Sukawati Susetyo, ketua tim Puslit Arkenas, posisi Dwarapala yang tak lazim ini mungkin sebuah gaya tersendiri yang sengaja dibuat pada masa itu.

“Karena ini kan masa peralihan, jadi bisa saja membuat gaya dengan ciri tersendiri,” ujarnya.

“Ada juga yang berdiri biasanya di masa Majapahit, di Padang juga pernah ditemukan Dwarapala posisi berdiri tapi tidak sebesar ini (di Kediri)," katanya.

Selain posisi Dwarapalayang berdiri, ada perbedaan lagi dari bentuk penggambarannya, seperti misalnya motif rambut yang agak berombak dibanding pada umumnya yang bermotif keriting kecil-kecil membulat.

Dari pantauan Tirto, ada empat lubang penggalian yang tengah dikerjakan oleh tim Puslit Arkenas. Beberapa lubang galian hanya menemukan sebuah lantai dasar di kedalaman 300 meter, reruntuhan batuan dan bata juga sebuah kala yang tampak belum utuh.

Kala sendiri letaknya dalam struktur candi ada di atas ambang pintu, bermotif gambar tertentu. “Kala itu pasangannya makara, candi ada ambang ada makara. Ada kala ada makaranya,” ujar Sukawati Susetyo menjelaskan.

Untuk sementara, terkait umur dari berbagai temuan benda di situs ini masih belum bisa ditentukan secara pasti alias penanggalan relatif yang didasari pada perbandingan tempat lain dan gaya seni. Pengambilan sampel untuk penentuan penanggalan mutlak masih akan dikerjakan di laboratorium.

Area situs sendiri berada di tanah penduduk setempat bernama Syamsudin yang ditanami banyak pohon durian.

Ekskavasi situs candi Adan-Adan ini merupakan tindak lanjut dari ekskavasi Puslit Arkenas yang telah dilakukan pada tahap pertama di awal tahun 2016 dengan melakukan pemetaan.

Sebelum itu, menurut Sukawati Susetyo sekitar tahun 90-an pernah dilakukan ekskavasi terutama penggalian makara yang sudah muncul di permukaan oleh tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCP) Trowulan. Kondisinya dahulu berupa ladang tebu dengan beberapa benda situs sudah muncul di permukaan seperti makara, kala dan beberapa reruntuhan candi lainnya.

Rencananya, pada Senin (2/10/2017) besok, tim Puslit Arkenas akan melakukan sosialisasi kepada warga sekitar dan masyarakat umum lainnya tentang hasil temuan selama lebih dari seminggu ini.

Temuan candi yang ada di dalam lubang akan dikubur kembali dan ditandai untuk memudahkan penelitian selanjutnya.

Baca juga artikel terkait ARKEOLOGI atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Maya Saputri