tirto.id - Diabetes Mellitus Tipe 1 (T1D) atau diabetes tipe 1 adalah penyakit autoimun yang menyebabkan kerusakan sel beta pankreas penghasil insulin, hormon alami tubuh. Insulin berfungsi membantu gula darah masuk ke dalam tubuh untuk digunakan sebagai energi.
Jessica Lucier dan Ruth S. Weinstock dalam artikel berjudul Type 1 Diabetes yang dipublikasikan di laman National Library of Medicine menerangkan bahwa tanpa insulin, ketoasidosis diabetikum (DKA) dapat berkembang dan mengancam jiwa.
Terdapat heterogenitas dalam karakteristik metabolik, genetik, dan imunogenetik diabetes tipe 1 serta perbedaan yang berkaitan dengan usia, sehingga memerlukan pendekatan yang dipersonalisasi untuk setiap individu. Hilangnya sekresi insulin dapat terjadi dengan cepat atau bertahap.
Sisa produksi insulin (c-peptida yang terdeteksi/tertinggi) lebih sering terjadi pada diabetes tipe 1 yang terjadi pada orang dewasa dibandingkan dengan yang terjadi pada orang muda, sedangkan ketoasidosis diabetikum lebih sering terjadi pada orang muda yang mengalami diabetes tipe 1.
C-peptida yang terdeteksi dikaitkan dengan kontrol glikemik yang lebih baik. Keberadaan kondisi autoimun lain, obesitas, komorbiditas, dan perkembangan komplikasi terkait diabetes juga bervariasi.
Penderita diabetes tipe 1 memerlukan penggantian insulin seumur hidup dengan suntikan insulin beberapa kali sehari, terapi pompa insulin, atau penggunaan sistem pengiriman insulin otomatis.
Selain terapi insulin, pemantauan glukosa dengan (sebaiknya) monitor glukosa kontinu (CGM) dan monitor glukosa darah jika CGM tidak tersedia juga direkomendasikan.
Pengobatan Diabetes Tipe 1
Penderita diabetes tipe 1 dapat hidup panjang dan sehat, dengan catatan harus terus memantau kadar gula darah dan mendapatkan suntikan insulin. Pasien diabetes tipe 1 memerlukan suplai insulin karena tubuhnya tidak lagi dapat menghasilkan insulin.
Dokter biasanya akan memberi tahu penderita mengenai kisaran angka kadar gula darah yang harus dipertahankan. Ini nantinya akan disesuaikan dengan insulin, makanan, dan aktivitas seperlunya.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengobatan diabetes tipe 1:
1. Suntikan Insulin
Mengutip WebMD, setiap orang dengan diabetes tipe 1 perlu menggunakan suntikan insulin untuk mengendalikan gula darahnya. Ketika dokter berbicara kepada pasien tentang insulin, mereka akan menyebutkan tiga hal utama:- "Onset" adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai aliran darah dan mulai menurunkan gula darah.
- "Waktu puncak" adalah saat insulin melakukan pekerjaan yang paling banyak dalam menurunkan gula darah.
- "Durasi" adalah berapa lama insulin terus bekerja setelah onset.
Cleveland Clinic menulis, penderita diabetes tipe 1 membutuhkan insulin sintetis setiap hari, beberapa kali sehari agar dapat hidup dan sehat. Mereka juga harus berusaha menjaga gula darah mereka dalam kisaran yang sehat.
Beberapa faktor mempengaruhi kadar gula darah, maka penanganan diabetes tipe 1 bersifat kompleks dan sangat individual.
Tiga komponen utama pengelolaan diabetes tipe 1 terdiri dari insulin, pemantauan glukosa darah (gula, dan penghitungan karbohidrat.
Ada beberapa jenis insulin sintetis yang berbeda. Masing-masing mulai bekerja dengan kecepatan yang berbeda, dan bertahan di dalam tubuh untuk jangka waktu yang tidak sama. Penderita mungkin perlu menggunakan lebih dari satu jenis.
Beberapa jenis insulin lebih mahal daripada yang lain. Penderita dianjurkan bekerjasama dengan ahli endokrinologi untuk menemukan jenis insulin yang tepat sesuai kebutuhan.
Jumlah insulin yang dibutuhkan sepanjang hari tergantung pada beberapa faktor, termasuk berat badan, usia, tingkat aktivitas fisik, jenis makanan yang dikonsumsi, hingga kadar gula darah (glukosa) pada waktu tertentu.
Bersama dengan tingkat latar belakang insulin (sering disebut tingkat basal), penderita harus memberikan insulin dalam jumlah tertentu ketika makan untuk mengoreksi kadar gula darah yang tinggi.
Pasien diabetes tipe 1 dapat menggunakan insulin dengan cara-cara berikut ini:
a. Suntikan beberapa kali sehari (MDI)
Insulin suntik menggunakan botol dan jarum suntik. Pada setiap suntikan, penderita menggunakan jarum suntik untuk mengeluarkan dosis insulin yang tepat dari botol.Penderita dapat menyuntikkan insulin ke dalam jaringan lemak di perut, lengan atas, paha atau bokong. Suntikan biasanya merupakan cara yang paling murah untuk menggunakan insulin.
b. Pena insulin
Pena insulin mirip dengan suntikan, tetapi pena telah diisi sebelumnya dengan insulin. Jarum pena sekali pakai biasanya lebih nyaman daripada jarum suntik. Pena insulin juga bisa menjadi pilihan yang baik untuk orang dengan gangguan pengelihatan.c. Pompa insulin
Pompa insulin adalah alat yang menyalurkan insulin secara terus menerus dan sesuai permintaan. Alat ini meniru cara pankreas melepaskan insulin secara alami.Pompa menyalurkan insulin melalui kateter kecil (tabung tipis dan fleksibel) yang dimasukkan ke dalam perut atau area berdaging lain di tubuh Anda.
d. Insulin hirup
Insulin jenis ini (dikenal sebagai Afrezza®) dihirup melalui mulut (seperti inhaler asma). Insulin hirup ini bekerja lebih cepat daripada jenis insulin lainnya.Jumlah insulin yang Anda butuhkan dari hari ke hari akan bervariasi sepanjang hidup dan dalam keadaan tertentu. Sebagai contoh, penderita diabetes tipe 1 biasanya membutuhkan dosis insulin yang lebih besar selama masa pubertas, kehamilan dan ketika mengonsumsi obat steroid.
Oleh karena itu, penting untuk menemui ahli endokrinologi secara teratur, biasanya setidaknya tiga kali setahun. Guna memastikan dosis insulin dan pengelolaan diabetes secara keseluruhan bekerja dengan baik.
2. Memantau Gula Darah
Pengidap diabetes tipe 1 perlu memonitor gula darahnya secara ketat sepanjang hari. Mempertahankan kisaran gula darah yang sehat adalah cara terbaik untuk menghindari komplikasi kesehatan. Pasien bisa memantau gula darah dengan cara-cara berikut ini:a. Pengukur glukosa darah
Tusuk jari dan teteskan setetes darah pada strip tes pengukur. Kadar glukosa darah akan muncul pada alat pengukur dalam hitungan detik. Pengukur glukosa darah biasanya merupakan pilihan pemeriksaan di rumah yang paling murah, namun hanya melaporkan gula darah pada saat pemeriksaan.b. Pemantauan glukosa terus menerus (CGM)
Ada beberapa jenis CGM, sebagian besar CGM mengharuskan penderita diabetes tipe 1 memasukkan sensor kecil di bawah kulit di rumah setiap tujuh hingga 14 hari. Beberapa CGM ditanamkan oleh penyedia layanan kesehatan.Sensor ini secara terus menerus mencatat kadar glukosa darah. Sistem CGM bisa jadi lebih mahal daripada pengukur glukosa darah biasa, namun sistem ini memberikan lebih banyak informasi tentang kadar glukosa, termasuk di mana kadar glukosa berada dan ke mana kadar glukosa. Penderita dapat mengatur alarm yang berbeda untuk memperingatkan jika gula darah cenderung terlalu rendah atau terlalu tinggi.
3. Mengubah Gaya Hidup
Olahraga adalah bagian penting dari pengobatan dibetes tipe 1. Namun, olahraga ini tidak sesederhana berlari. Olahraga memengaruhi kadar gula darah.Jadi, pengidap diabetes harus menyeimbangkan dosis insulin dan makanan yang dikonsumsi dengan aktivitas apa pun, bahkan dengan melakukan pekerjaan sederhana di sekitar rumah atau halaman.
Pengetahuan adalah kekuatan. Periksalah gula darah sebelum, selama, dan setelah beraktivitas untuk mengetahui pengaruhnya. Beberapa hal akan membuat kadar gula darah naik; yang lainnya tidak.
Penderita dapat menurunkan insulin atau mengonsumsi camilan dengan karbohidrat agar tidak terlalu rendah, jika kadarnya tinggi, hentikan latihan.
Penderita juga harus memahami bagaimana makanan mempengaruhi gula darah. Setelah mengetahui peran karbohidrat, lemak, dan protein, susun rencana makan sehat yang dapat membantu menjaga kadar gula tetap ideal.
Ciri-ciri diabetes Tipe 1
Mayo Clinic melaporkan, ciri-ciri atau gejala diabetes tipe 1 dapat muncul secara tiba-tiba dan dapat meliputi:
- Merasa lebih haus dari biasanya
- Sering buang air kecil
- Mengompol pada anak-anak yang tidak pernah mengompol di malam hari
- Merasa sangat lapar
- Kehilangan berat badan tanpa berusaha
- Merasa mudah tersinggung atau mengalami perubahan suasana hati lainnya
- Merasa lelah dan lemah
- Memiliki penglihatan yang kabur.
Penyebab Diabetes Tipe 1
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan, penyebab diabetes tipe 1 diduga karena reaksi autoimun (tubuh menyerang dirinya sendiri secara tidak sengaja).
Reaksi ini menghancurkan sel-sel dalam pankreas yang membuat insulin, yang disebut sel beta. Proses ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelum gejala muncul.
Beberapa orang memiliki gen tertentu (sifat yang diturunkan dari orang tua ke anak) yang membuat mereka lebih mungkin mengembangkan diabetes tipe 1.
Namun, banyak dari mereka yang tidak akan mengidap diabetes tipe 1 meskipun mereka memiliki gen tersebut. Pemicu di lingkungan, seperti virus, juga dapat berperan dalam mengembangkan diabetes tipe 1. Pola makan dan kebiasaan gaya hidup tidak menyebabkan diabetes tipe 1.
Bedanya Diabetes Tipe 1 dan 2
Laman Diabetes UK memaparkan, siapapun yang menjadi penderita diabetes tipe 1 atau tipe 2, itu berarti darahnya terlalu banyak mengandung glukosa karena masalah dengan hormon insulin. Keduanya merupakan kondisi serius yang dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius.
Namun, ada bedanya diabetes tipe 1 dan 2 mulai dari penyebab, faktor risiko, gejala, perawatan, hingga pengobatan dan pencegahan.
Berikut penjelasan tentang sejumlah perbedaan diabetes tipe 1 dan tipe 2:
a. Penyebab
- Diabetes tipe 1: Sistem imun tubuh menyerang sel-sel dalam pankreas yang mengakibatkan pankreas tidak dapat membuat insulin.
- Diabetes tipe 2: Tubuh tidak dapat membuat insulin yang cukup atau insulin yang dihasilkan tidak berfungsi dengan baik.
b. Faktor risiko
- Diabetes tipe 1: Ahli kesehatan belum mengetahui penyebab pasti diabetes tipe 1. Riwayat keluarga dapat sedikit meningkatkan risiko, karena ada sejumlah gen yang terkait dengan diabetes tipe 1.
- Diabetes tipe 2: Usia, riwayat keluarga, etnis, lingkar pinggang, dan hidup dengan obesitas atau kelebihan berat badan merupakan faktor risiko diabetes tipe 2.
c. Gejala
- Diabetes tipe 1: Gejala-gejala untuk tipe 1 muncul lebih cepat.
- Diabetes tipe 2: Gejala diabetes tipe 2 lebih mudah terlewatkan karena muncul lebih lambat. Penderita bahkan mungkin tidak menyadari gejala apa pun.
d. Perawatan
- Diabetes tipe 1: Perawatan untuk penderita tipe 1 adalah dengan mengonsumsi insulin. Penderita perlu menghitung karbohidrat yang dikonsumsi dan mencoba menyeimbangkannya dengan dosis insulin. Menjadi seaktif mungkin, makan dengan sehat dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur juga penting.
- Diabetes tipe 2: Tidak seperti diabetes tipe 1, terkadang diabetes tipe 2 dapat dirawat tanpa mengonsumsi insulin atau obat lain untuk membantu menurunkan kadar gula darah. Mendapatkan dukungan untuk menjadi seaktif mungkin, makan dengan sehat dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur dapat membantu penderita mengelolanya.
e. Pengobatan dan pencegahan
- Diabetes tipe 1: Saat ini belum ada obat untuk diabetes tipe 1, namun penelitian terus dilakukan.
- Diabetes tipe2: Tidak dapat disembuhkan, tapi ada bukti yang menunjukkan bahwa dalam banyak kasus, hal ini dapat dicegah dan disembuhkan.
Cara Mengetahui Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2
Masih melansir CDC, tes darah sederhana dapat akan memberi tahu jika seseorang menderita diabetes. Jika sudah mengetahui kadar gula darah yang tinggi, segera tindak lanjuti dengan mengunjungi dokter. Dengan begitu, akan diketahui bahwa hasilnya akurat.
Jika dokter menduga seorang pasien mengalami diabetes tipe 1, darah mungkin juga akan diuji untuk mengetahui adanya autoantibodi. Zat-zat ini menunjukkan bahwa tubuh menyerang dirinya sendiri dan sering ditemukan pada diabetes tipe 1, tetapi tidak pada diabetes tipe 2.
Urine juga dapat dites untuk mengetahui adanya keton. Keton diproduksi ketika tubuh membakar lemak untuk energi. Adanya keton dalam urin mengindikasikan bahwa seseorang menderita diabetes tipe 1, bukan tipe 2.
Sementara itu, melansir Mayo Clinic,diabetes tipe 2 biasanya dapat diketahui dengan menggunakan tes hemoglobin terglikasi (A1C). Tes darah ini menunjukkan kadar gula darah rata-rata selama dua hingga tiga bulan terakhir. Hasilnya diinterpretasikan sebagai berikut:
- Di bawah 5,7% adalah normal.
- 5,7% hingga 6,4% didiagnosis sebagai prediabetes.
- 6,5% atau lebih tinggi pada dua tes terpisah mengindikasikan diabetes.
Jika tes A1C tidak tersedia, atau pasien memiliki kondisi tertentu yang mengganggu tes A1C, penyedia layanan kesehatan biasanya akan menggunakan tes gula darah acak, tes gula darah puasa, tes gula darah oral, dan atau metode skrining.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Addi M Idhom