tirto.id - Dokter Spesialis Anak Bidang Endokrinologi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Bhakti Pulungan mengatakan anak -anak dengan riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) atau prematur lebih berisiko mengidap diabetes melitus tipe I. Hal ini karena orang tua begitu semangat untuk mengejar berat badan anak tanpa memerhatikan kebutuhan nutrisinya.
"Sebagian orang tua dengan anak BBLR atau prematur takut anaknya stunting. Mereka pun berusaha mengejar ketertinggalan dengan memberi asupan berlebihan," ujar Aman dalam diskusi daring jelang Hari Peringatan Diabetes Sedunia 2023, Senin (6/11/2023).
Aman mengatakan banyak orang tua cenderung memberi susu formula (sufor) agar bisa mengejar ketertinggalan berat badan anak. Kadangkala pemberian sufor dilakukan tanpa memerhatikan kebutuhan kalori anak, yang justru meningkatkan prevalensi diabetes melitus tipe I pada anak.
Asupan yang berlebihan karena ingin mengejar berat badan anak tidak hanya meningkatkan risiko diabetes, tetapi juga masalah kesehatan lain yakni endocrine syndrome.
"Ketika anak lahir, kita sangat sangat bersemangat memberi sufor karena ingin mengejar berat badannya. Ini bisa menyebabkan endocrine syndrome yang bisa berpengaruh pada pubertasnya," urai Aman.
Selain rawan endocrine syndrome dan diabetes, anak-anak yang mendapat kalori berlebihan di awal kehidupan berisiko metabolic syndrome.
"Kita harus hati-hati karena satu perlima anak Indonesia mengalami metabolic syndrome karena kalori yang berlebihan," jelasnya.
"Anak yang BBLR atau prematur mereka ini kalau bisa dapat ASI saja. Jangan terlalu cepat rebound catch up," lanjutnya.
Mantan Ketua Umum IDAI ini mengatakan bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih kecil berisiko mengidap diabetes melitus Tipe I dibandingkan dengan anak yang mendapatkan susu formula (sufor) berlebihan.
Namun ia menegaskan, dalam perjalanannya, asupan nutrisi anak tetap harus diperhatikan saat fase pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI).
"Ada fase di mana anak harus makan plus ASI. Kalau saat itu pemberian makannya berlebihan ya sama saja," pungkasnya.
Penulis: Iftinavia Pradinantia
Editor: Bayu Septianto