tirto.id - Body dysmorphic disorder (BDD) atau gangguan dismorfia tubuh merupakan salah satu gangguan yang memengaruhi mental seseorang dalam memandang tubuhnya.
Orang yang mengidap dismorfik tubuh selalu merasa cemas akan penampilannya dan terus memeriksa kekurangannya.
Tidak hanya itu, mereka juga mengembangkan kepercayaan bahwa ada yang tidak bagus pada tubuhnya sehingga merasa dipandangi orang lain karena kondisi itu.
Ada beberapa hal yang dapat dikenali lewat kondisi BDD, termasuk apa yang dimaksud dengan BDD, gejalanya, dan body dysmorphia apakah berbahaya?
Apa Itu Body Dysmorphic Disorder?
Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) apa yang dimaksud dengan body dysmorphic disorder adalah ketika seseorang tidak dapat berhenti memandang atau memikirkan kekurangan tubuhnya.
Kondisi BDD bisa terjadi pada perempuan dan laki-laki dari usia berapapun. Kendati demikian, gangguan mental dismofik tubuh lebih sering diderita oleh remaja dan orang berusia dewasa muda, baik perempuan atau laki-laki.
Orang dengan gangguan dismorfia ada yang bisa dengan mudah terlihat oleh orang lain, namun ada juga yang tertutup. Beberapa orang yang tampak mengalami BDD biasanya berulang kali melihat cermin untuk memastikan penampilannya baik.
Bagi beberapa orang, BDD sering kali disalah-artikan dengan bentuk kepribadian narsistik atau bentuk obsesi pada diri sendiri. Padahal keduanya merupakan kondisi yang berbeda.
Kendati demikian, sama seperti bentuk kondisi mental lainnya, BDD sama-sama bisa berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari penderitanya. Bahkan body dysmorphia bisa jadi berbahaya karena dapat menyebabkan masalah mental serius pada penderitanya.
Penampilan fisik paling umum yang sering menjadi sumber kegelisahan pengidap BDD adalah:
- Wajah, seperti hidung, kulit, keriput, jerawat dan bercak di kulit wajah (dismorfik wajah)
- Rambut, seperti penipisan rambut atau kebotakan
- Penampilan dan kondisi kulit dan vena
- Ukuran payudara
- Ukuran dan bentuk tonus otot
- Ukuran dan bentuk alat kelamin
Sementara itu, masalah dismorfia yang tekait bentuk tubuh yang terlalu kecil atau tidak berotot (dismorfia otot) secara eksklusif lebih kerap terjadi pada laki-laki.
Penyebab Body Dysmorphic Disorder
Para ahli belum bisa menemukan penyebab pasti dari body dysmorphia. Namun, berdasarkan hasil penelitian sejauh ini kondisi BDD dikaitkan dengan beberapa faktor, termasuk:
1. Faktor genetik
Individu berisiko mengembangkan body dysmorphia jika memiliki kerabat atau keluarga yang juga mengidap kondisi serupa.
Selain itu, keberadaan anggota keluarga yang mengidap gangguan obsesif kompulsif (OCD) atau depresi, juga dikaitkan dengan kondisi body dysmorphia anggota keluarga lainnya.
2. Faktor kelainan kerja sistem otak
Berdasarkan studi yang dirilis The Neurobiology of Body Dysmorphic Disorder, ditemukan bahwa sistem otak dapat memengaruhi kondisi body dysmorphia.
Pengidap body dysmorphia cenderung mengalami abnormalitas neurobiologis yang memengaruhi persepsi mereka yang salah tentang penampilan. Akibatnya, mereka cenderung melakukan perilaku berulang, seperti berkali-kali memastikan penampilan.
3. Faktor trauma masa lalu
Faktor trauma masa lalu juga dapat memicu kondisi body dysmorphia Individu sangat mungkin mengembangkan body dysmorphia jika selama masa kanak-kanak kerap diejek, diintimidasi, atau dilecehkan terkait penampilan tubuh.
4. Faktor kondisi kesehatan mental lainnya
Orang yang mengidap body dysmorphia biasanya memiliki kondisi kesehatan mental lain, seperti OCD, gangguan kecemasan berlebihan (anxiety), atau gangguan kesulitan makan (eating disorder).
Gejala Body Dysmorphic Disorder
Apa yang dimaksud dengan gangguan dismorfik tubuh bisa dikenali dengan sejumlah gejala. Dilansir dari Mayo Clinic gejala gangguan dismorfik tubuh antara lain:
- Penderita terlalu fokus pada kekurangan fisik yang bahkan tidak bisa dilihat oleh orang lain.
- Penderita sangat yakin bahwa tubuh memiliki cacat pada penampilan, sehingga selalu merasa jelek atau memiliki cacat fisik.
- Penderita sangat yakin orang lain selalu memperhatikan penampilannya secara negatif atau selalu merasa orang lain mengejek penampilannya.
- Penderita sering sekali berusaha memperbaiki penampilan atau menyembunyikan ‘cacat’ fisik, seperti sering memeriksa cermin, berdandan, atau mencungkil kulit.
- Penderita selalu mencoba menyembunyikan kekurangan fisik dengan gaya, riasan, atau pakaian.
- Penderita terus-menerus membandingkan penampilan fisik diri sendiri dengan orang lain.
- Penderita selalu meminta validasi mengenai penampilannya dari orang lain.
- Penderita cenderung perfeksionis.
- Penderita kerap mencari prosedur kosmetik yang dianggap dapat memperbaiki penampilan.
- Penderita sering sekali berusaha menghindari acara sosial, seperti social gathering, atau pertemuan.
Apakah Body Dysmorphia Berbahaya?
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, gangguan dismorfik tubuh atau body dysmorphia bisa jadi berbahaya. Dikutip dari Medical News Today, orang dengan body dysmorphia cenderung berisiko mengalami kondisi berikut:
- depresi berat;
- gangguan kecemasan;
- menyakiti diri sendiri (self-harm);
- kecanduan operasi plastik atau prosedur kosmetik lainnya;
- mengembangkan keinginan bunuh diri.
Perlu diketahui bahwa body dysmorphia ini biasanya tidak akan membaik dengan sendirinya. Jika tidak diobati, maka gangguan mental ini akan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Gejala dismorfia yang memburuk dapat memicu penderita terus merasa cemas dan gelisah. Selain itu, penderita juga berisiko mengalami masalah keuangan karena tagihan medis yang membengkak karena selalu ingin memperbaiki penampilan fisik.
Oleh karena itu, individu yang mengidap body dysmorphia disorder sebisa mungkin segera mendapatkan bantuan profesional.
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Yonada Nancy