Menuju konten utama

Analis: Keuntungan Ekspansi PGE Baru Bisa Dinikmati 5 Tahun Lagi

Analis memproyeksi ekspansi yang akan dijalankan PGEO bakal berlangsung lambat seiring risiko linear bisnis energi sektor panas bumi.

Analis: Keuntungan Ekspansi PGE Baru Bisa Dinikmati 5 Tahun Lagi
Karyawan berdiri di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2/2023). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/YU

tirto.id - Ekspansi yang akan dijalankan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) diproyeksi bakal berlangsung lambat seiring risiko linier bisnis energi sektor panas bumi. Hal itu karena investor saham belum akan menikmati keuntungan perseroan pada tahun ini.

"Baru bisa dinikmati hasilnya pada jangka waktu yang cukup lama. Ekspansi perseroan di 2023 tidak akan mendatangkan hasil di tahun ini ataupun tahun depan,” kata CEO Schroders Indonesia, Michael T Tjoajadi, kepada wartawan, Rabu (1/3/2023).

Michael memprediksi keuntungan hasil ekspansi PGEO baru dapat dinikmati sekitar 3 tahun hingga 5 tahun ke depan. “Ini biasa, mengingat lamanya proses pengembangan bisnis geothermal,” tambahnya.

Dia menuturkan rasio profitabilitas perseroan terbilang minim, karena perolehan laba Rp2,2 triliun pada kuartal III-2022. Kemudian, ekuitas sebesar Rp29,3 triliun pasca-IPO, maka ROE PGEO hanya 7,5 persen.

Seperti diketahui, PGEO menargetkan peningkatan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672 MW saat ini menjadi 1.272 MW pada 2027. Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif berharap agar PGE berkomitmen untuk mengembangkan panas bumi di Indonesia.

Selain itu, pemerintah juga terus mendorong pemanfaatan energi panas bumi ini untuk bisa mendukung ketersediaan energi bersih di Indonesia. Kemudian, Arifin juga berharap agar PGE berkomitmen untuk mengembangkan panas bumi di Indonesia.

Pemerintah juga harus mendorong pemanfaatan energi panas bumi ini untuk bisa mendukung ketersediaan energi bersih di Indonesia.

"Kita sangat memerlukan para pelaku usaha di bidang EBT. Kalau dibilang kapasitasnya PGE cuma 680 megawatt (MW), saya bilang ini cuma, tapi kesempatannya masih ada puluhan gigawatt yang ada di dalam negeri," kata Arifin.

Arifin mengatakan, industri di tanah air sangat membutuhkan energi bersih. Hal itu agar mampu bersaing di pasar internasional. Arifin pun meminta agar PGE tidak hanya melihat energi bersih panas bumi saja tetapi memanfaatkan energi bersih lainnya.

"Tahun 2060 Indonesia diperkirakan akan membutuhkan lebih dari 500 gigawatt semuanya EBT, 50 persennya antara lain dari matahari, kemudian air, angin, dan panas bumi. Jadikanlah semua ini sebagai modal dasar geothermal pekerjaannya rumit, tapi kalau sudah bisa mengerjakan yang rumit, yang lainnya enggak rumit lagi," bebernya.

Baca juga artikel terkait PGEO atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin