tirto.id - Nama pengganti Zainudin Amali sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) terus menjadi perbincangan usai politikus Partai Golkar itu memberi dinyal akan mundur sebagai menteri. Partai berlambang pohon beringin pun telah menyiapkan sejumlah nama untuk mengisi kursi yang akan ditinggalkan Amali.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Hetifah Sjaifudian mengaku, telah menyiapkan kader mereka untuk duduk menjadi menpora. Hetifah juga tidak memungkiri bila mereka telah menyiapkan kader muda sebagai pengganti Amali yang akan fokus sebagai Wakil Ketua Umum PSSI.
“Golkar mempersiapkan energi-energi anak muda yang diharapkan dan diproyeksikan mampu mengemban tugas sebagai menpora,” kata Hetifah saat dihubungi Tirto pada Senin (27/2/2023).
Tirto mengonfirmasi sejumlah nama yang disebut akan menjadi kandidat menggantikan Zainudin Amali. Di antaranya, Puteri Anetta Komaruddin, Dito Ariotedjo dan Ilham Permana. Hetifah mengamini tiga nama itu masuk menjadi kandidat menpora.
“Kami mengamini nama-nama yang beredar,” kata dia.
Hetifah mengisyaratkan bahwa nama menpora baru direncanakan akan diumumkan pada pekan depan. Oleh karenanya, dia meminta publik menunggu hingga pengumuman pasti secara resmi diberikan.
“Untuk namanya kita tunggu dalam minggu depan, insyaallah sudah diumumkan," ujarnya.
Meski kader muda yang disiapkan, tapi Hetifah tetap memberikan sejumlah syarat kepada calon menpora baru tersebut. Di antaranya adalah penuntasan Tragedi Kanjuruhan. Dia menyebut Tragedi Kanjuruhan yang saat ini belum selesai juga menjadi pekerjaan wajib menpora baru.
“Menpora hendaknya melakukan pemantauan langsung terhadap perkembangan sepakbola Indonesia mulai dari keadilan bagi korban Tragedi Kanjuruhan,” kata dia menambahkan.
Kader Muda jadi Menteri Bakal Bawa Efek Positif?
Wacana kehadiran kader muda dalam kabinet tentu menarik. Di tingkat legislatif, sejumlah partai memiliki kader muda pada periode DPR RI 2019-2024, antara lain: Hillary Brigita Lasut dari Partai Nasdem atau Puteri Komarudin dari Partai Golkar. Bagaimana jika menteri dari kader muda Golkar?
Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago meyakini, Partai Golkar pasti akan menempatkan kadernya sebagai menpora pengganti Amali. Hal ini tidak lepas dari posisi menpora yang merupakan jatah politik Golkar dari Jokowi.
“Ini wajar menurut saya karena memang ini jatahnya Golkar, maka ruang ini wajar diperebutkan oleh kader Golkar,” kata Arifki, Selasa (28/2/2023).
Arifki menilai, Golkar adalah partai yang memiliki banyak kader kuat sehingga bisa mempengaruhi pemerintahan. Hal ini tidak lepas dari posisi politik parpol berlambang pohon beringin itu yang selalu berada di dalam pemerintahan.
Dalam konteks menpora, Arifki yakin, Partai Golkar akan memilih kader yang membawa pengaruh elektabilitas terhadap partai. Ia yakin Partai Golkar akan mempertimbangkan kader muda untuk regenerasi.
“Ini juga kita lihat bahwa ada skema lain melihat ada ruang-ruang yang cukup terbuka dalam regenerasi yang dimainkan oleh Golkar. Makanya posisi-posisi yang kayak menpora ini, kan, langsung menjadi perhatian publik, kan, itu cukup menarik untuk diperebutkan menurut saya,” kata Arifki.
Soal kemungkinan kader muda yang menjadi menpora, ia yakin Golkar akan menghitung soal jam terbang dan akan mendorong kader muda untuk jadi menteri. Ia mengingatkan kursi menpora bisa mempengaruhi pemilih muda.
“Tentu dengan mendorong beberapa figur-figur muda untuk mendapatkan posisi menpora itu, akan menguntungkan bagi Partai Golkar karena ruang dan kredit poinnya ada, langsung tersorot dengan kinerja yang ditunjukkan oleh menpora baru nantinya,” kata Arifki.
Arifki menambahkan, “Ini orang-orang yang cukup terbuka karena memang ada ruang elektoral 2024. Dengan adanya ruang-ruang yang bisa dikolaborasikan, apakah isu-isu anak muda atau olahraga terus sentuhan-sentuhannya akan sangat komprehensif dan ruangnya akan terbuka untuk diambil Golkar sebagai kredit poin electoral.”
Karena itu, Arifki melihat bukan soal kader senior atau muda, tapi lebih kepada bagaimana mengkonversi figur yang mendapatkan kursi menpora itu terhadap elektoral Golkar. “Ini penting bagi Golkar, kemudian siapa seharusnya menpora pengganti Zainudin Amali,” kata Arifki.
Tak Cukup Hanya Muda
Sementara itu, analis politik dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Silvanus Alvin mengakui bahwa kursi menpora secara tidak tertulis akan menjadi milik Golkar. Ia juga mengamini bahwa keberadaan kader muda sebagai menpora bisa membawa efek elektoral positif bagi Golkar.
“Apabila kader muda Golkar jadi menpora, maka tentu bisa membawa dampak positif menuju 2024. Golkar akan dipandang sebagai partai kader, bukan partai penganut paham gerontokrasi,” kata Alvin.
Alvin mengatakan, kehadiran menteri muda bisa menjadi narasi bagi Partai Golkar menuju Pemilu 2024. Mereka bisa menjual narasi tersebut kepada pemilih milenial dan Gen Z.
Di sisi lain, Alvin menilai, kader muda yang menjadi menpora akan berpeluang untuk mendapat pengakuan di internal partai. Ia tidak memungkiri kader tersebut bisa punya peluang sebagai ketua umum partai di masa depan.
“Tentu potensi menjadi ketum di masa mendatang terbuka lebar, tapi tentu harus ada proses yang harus dilalui, dengan bersaing dengan sesama kader lainnya,” kata Alvin.
“Jadi jargon politisi muda, jangan setop di persoalan umur, tapi juga bicara soal visi dan program kerja apa yang akan dibawa. Salah satu modal yang dibawa oleh politisi muda, seharusnya adalah soal ICT literate," tutur Alvin.
Akan tetapi, kata Alvin, setidaknya ada tiga hal yang menjadi catatan. Pertama, menteri harus kader yang tidak sekadar menjual jargon 'anak muda', tapi juga memahami masalah yang ditangani Kemenpora.
Kedua, kata dia, persoalan Desan Besar Olahraga Nasional (DBON) harus membuat Indonesia menjadi perhatian demi menciptakan atlet berkualitas. Ketiga, kata Alvin, Golkar juga harus siap menerima jika ada nama kader yang di luar publik.
Alvin menilai, Airlangga Jartarto sebagai ketua umum partai tentu akan berhitung bila ingin menempatkan kader muda sebagai menteri demi mendapatkan elektoral. Akan tetapi, metode pemilihan kader muda belum bisa dikategorikan efektif atau tidak untuk mendapatkan elektoral, tapi pada hasil kerja.
“Memberi kesempatan pada yang muda memang harus diapresiasi, tapi harus diikuti dengan program kerja yang memberi implikasi langsung. Kalau soal menpora itu, saya kira persoalan utama dua yang dipandang penting di publik, yaitu prestasi di tingkat internasional, dan pencairan hadiah apresiasi pemerintah,” kata Alvin.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz