Menuju konten utama

Adakah Prabowo Effect di Pilkada Saat Ia Telah Jadi Presiden?

Menurut para pengamat, pengaruh Prabowo di pilkada cukup kuat, apalagi jika telah dilantik jadi presiden. Namun, pengaruh tokoh lokal tak bisa disepelekan.

Adakah Prabowo Effect di Pilkada Saat Ia Telah Jadi Presiden?
Presiden Joko Widodo (kanan) berjalan bersama Menteri Pertahanan sekaligus Presiden Terpilih Prabowo Subianto (kiri) saat menghadiri acara HUT Ke-78 Bhayangkara di Lapangan Monas, Jakarta, Senin (1/7/2024). HUT tersebut mengambil tema Polri Presisi Mendukung Percepatan Transformasi Ekonomi Yang Inklusif Dan Berkelanjutan Menuju Indonesia Emas. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/YU

tirto.id - Publik diramaikan dengan perbincangan pengaruh Presiden Jokowi dalam sejumlah Pilkada Serentak 2024. Hal ini tidak lepas dari hasil survei Litbang Kompas. Dalam riset itu sebanyak 54,3 persen responden mempertimbangkan Jokowi dalam menentukan pilihan di pilkada.

Akan tetapi, pengaruh dalam Pilkada 2024 tidak hanya dimiliki Jokowi. Presiden RI terpilih, Prabowo Subianto, juga dipercaya mampu memengaruhi calon pemilih.

Ketua DPP Partai Demokrat, Herman Khaeron, meyakini mantan Danjen Kopassus itu akan berpengaruh dalam pilkada. Ia beralasan, sepak terjang Prabowo selama ini, seperti komunikasi internasional, upaya diplomasi Palestina, hingga kampanye program makan siang gratis berdampak bagi keterpilihan partai pendukung Prabowo.

Ia mengatakan keseriusan Prabowo dalam melaksanakan programnya akan berimbas pada kemunculan Prabowo Effect.

"Ini bentuk keseriusan, sehingga publik berminat atas kesungguhan Pak Prabowo, dan bagaimana langkah-langkah yang begitu positif dilakukan Pak Prabowo. Ini akan menjadi Prabowo Effect dalam pilkada,” ungkapnya.

Khaeron menambahkan, “Bagaimana pun kita bisa melihat contoh di dapil saya, Pak Prabowo itu menang 65-70 persen sehingga pasti ada [efeknya], ini akan berpengaruh terhadap pilkada," kata Herman di Jakarta, 26 Juni 2024 lalu.

Tirto sudah mencoba meminta tanggapan kader Gerindra tentang Prabowo Effect. Namun hingga berita ini tayang, Ketua Harian DPP Gerindra, Sufmi Dasco, dan Waketum Partai Gerindra, Rahayu Saraswati, hingga Waketum Partai Gerindra, Budi Djiwandono, belum merespons permintaan wawancara Tirto.

Gerindra dukung Khofifah-Emil maju Pilgub Jatim

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) bersama mantan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kanan) bersiap menyampaikan keterangan kepada wartawan usai melakukan pertemuan di kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (7/6/2024). Prabowo memberikan rekomendasi dukungan dari partainya untuk Khofifah dan Emil Dardak dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur 2024. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/tom.

Bukan Satu-Satunya Variabel

Analis politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin, mengakui bahwa Prabowo punya pengaruh politik terhadap konstestasi Pilkada 2024. Hal ini tidak lepas dari status Prabowo yang akan menjadi Presiden menjelang pilkada.

"Ya tentu ada, akan ada Prabowo Effect, siapa yang dukung Prabowo punya potensi menang besar," kata Ujang, Rabu.

Secara waktu, permasalahan pilkada akan langsung menjadi pekerjaan berat bagi Prabowo. Pilkada akan digelar pada 27 November, tidak lama setelah Prabowo dilantik pada 20 Oktober 2024. Ia hanya punya waktu kurang dari sebulan untuk memastikan pilkada berjalan lancar.

Menurut Ujang, kekuasaan dapat memengaruhi proses pelaksanaan pemilu, apalagi kekuasaan setingkat presiden. Presiden memiliki infrastruktur dan sumber daya untuk memenangkan kandidat, bahkan bila waktunya pendek.

"Jangankan satu bulan, satu minggu pun cukup di politik," kata Ujang.

Maka itu, Ujang yakin Prabowo Effect akan muncul setelah mantan menantu Presiden Soeharto itu menjadi presiden. Kekuasaannya sebagai presiden akan menjadi pendorong keyakinan kemenangan tokoh yang didukung Prabowo di Pilkada.

Apalagi serah terima kekuasaan berasal dari tangan Jokowi yang diketahui memiliki tingkat kepercayaan publik di atas 70 persen. Ia yakin Prabowo Effect akan semakin bersinar dari variabel-variabel tersebut.

Ia juga yakin Partai Gerindra berhitung soal Prabowo Effect dalam bersikap di sejumlah pilkada. Oleh karena itu, Partai Gerindra yakin mengusung kandidat sendiri di beberapa daerah meski tidak satu jalan dengan partai-partai lain di Koalisi Indonesia Maju.

Akan tetapi, Ujang mengingatkan bahwa Prabowo Effect bukan satu-satunya variabel yang bisa memenangkan kandidat di pilkada. Menurutnya, kandidat yang memiliki figur layak menang dan elektabilitas tinggi tetap menjadi pertimbangan selain soal Prabowo Effect.

Partai NasDem dukung pemerintahan Prabowo Subianto

Presiden terpilih periode 2024-2029 sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) menjabat tangan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh (kiri) beserta jajaran petinggi Partai NasDem lainnya di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (25/4/2024). Usai pertemuan Surya Paloh menyatakan Partai NasDem akan mendukung pemerintahan baru di bawah pimpinan presiden terpilih Prabowo Subianto. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.

Pengaruh Tokoh Lokal Lebih Kuat

Sementara itu, analis dari Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, mengakui bahwa Prabowo punya pengaruh seperti Jokowi. Akan tetapi, pengaruh Jokowi dan Prabowo akan berbeda di pilkada.

"Kalau kita membandingkan soal efek dari Prabowo maupun Jokowi di pilkada tentu beda-beda, karena memang pilkada ini kan sangat lokal sekali," kata Arifki, Rabu.

Ia mengatakan, Prabowo maupun Jokowi punya basis massa masing-masing di daerah. Ia mencontohkan pertarungan pengaruh di Jawa Tengah. Keduanya sama-sama punya pengaruh di Jateng, tetapi juga ada pengaruh PDIP.

Jokowi tidak punya kepentingan memengaruhi basis massa Prabowo di Jawa Tengah, apalagi mantan suami Titiek Soeharto itu punya basis pemilih lewat partai.

Akan tetapi, Arifki menekankan bahwa pengaruh tokoh lokal lebih kuat daripada Jokowi Effect maupun Prabowo Effect. Ia beralasan, elite lokal lebih kuat daripada presiden.

Kalau pun ada pengaruh presiden, lebih pada tawaran program daripada tawaran elektoral pejabat daerah. Ia mengatakan, tokoh lokal seperti pemuka agama maupun tokoh masyarakat lebih berpengaruh untuk meningkatkan elektabilitas dan peluang menang sebuah kandidat daripada dukungan presiden.

"Kecuali misalkan yang mendapatkan figur-figur ini adalah Prabowo atau Jokowi, saya rasa mungkin bisa menghitung seperti itu. Tetapi kalau misalnya Prabowo dan Jokowi secara langsung tidak sepengaruh pilpres," kata Arifki.

Oleh karena itu, masalah pilkada akan lebih dibebankan pada partai politik. Partai akan mencari kepentingan untuk memenangkan daerah. Ia mencontohkan Golkar yang mungkin tidak akan mengedepankan berkoalisi dengan Gerindra meski sama-sama di Koalisi Indonesia Maju.

Hal itu bisa terjadi karena Golkar mungkin ingin mendorong kadernya menang di pilkada. Ia melihat situasi tersebut terjadi saat Gerindra meminta Waketum Golkar, Ridwan Kamil, maju di Pilkada Jakarta, sementara secara elektabilitas atau keterpilihan Ridwan Kamil lebih kuat di Jawa Barat.

"Makanya koalisi di KIM itu berbeda-beda pilihan ketika di pilkada karena kepentingan partai lebih tinggi dibandingkan kepentingan Koalisi Indonesia Maju," kata Arifki.

Baca juga artikel terkait NEWS PLUS atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Irfan Teguh Pribadi