Menuju konten utama

7 Tips Atasi Stres Belajar Mengajar dari Rumah ala Nadiem Makarim

Cara terbaik untuk belajar suatu hal baru adalah dengan keluar dari zona nyaman.

7 Tips Atasi Stres Belajar Mengajar dari Rumah ala Nadiem Makarim
Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. foto/kemendikbud

tirto.id - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyadari bahwa belajar dari rumah rawan menimbulkan stres bagi para siswa, guru, dan orang tua. Sebab itu, pada Minggu (3/5), Nadiem memberikan tujuh tips untuk mengatasi stres yang dirasakan oleh ketiga golongan itu.

Tips pertama, yang sederhana tapi penting, jangan stres. Sadari bahwa masa-masa ini adalah masa adaptasi. Dan seperti masa adaptasi di mana pun, kita akan mengalami kebingungan dan menghadapi ketidakpastian. Para murid tak tahu kapan bisa kembali ke sekolah, guru-guru tak tahu pasti kapan mulai mengajar di depan kelas, dan para orangtua tak tahu mulai kapan anak mereka bisa berangkat sekolah seperti hari-hari sebelum pandemi. Untuk itu, memanfaatkan masa adaptasi ini adalah kunci agar tidak merasa tertekan.

“Ini normal, jangan khawatir. Yakini bahwa cara terbaik untuk belajar suatu hal baru adalah dengan keluar dari zona nyaman,” ujar Nadiem.

Tips kedua adalah membagi kelas menjadi kelompok belajar yang lebih kecil. Ini memang tantangan sekaligus pekerjaan yang lebih keras, mengingat sekolah di Indonesia terbiasa dengan jumlah siswa besar. Menurut Nadiem, guru bisa mencoba membagi kelompok belajar berdasarkan kompetensi yang sama.

“Jadi, jangan takut untuk bereksperimen dengan cara-cara baru,” tambah pria yang meraih gelar Master of Business Administration dari Harvard Business School ini.

Jika kelas sudah dibagi ke dalam kelompok yang lebih kecil, tips ketiga akan lebih mudah: Pengajar bisa memberikan tugas berdasar kelompok. Dengan melakukan tips ini, guru dan murid akan sama-sama mendapat manfaat. Guru bisa mengetahui kompetensi dan keunggulan tiap murid. Sedangkan murid bisa belajar bertanggung jawab tidak hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga untuk kelompoknya.

Adapun tips keempat adalah hasil dari pelaksanaan tips ketiga. Dari hasil tugas kelompok ini, guru bisa melihat mana murid yang relatif tertinggal dari teman-temannya. Dari hasil itu, guru bisa mencoba mengalokasikan waktu lebih banyak bagi yang tertinggal. Sehingga para murid yang tertinggal ini merasa lebih percaya diri, dan tidak akan keteteran ketika sekolah dimulai lagi.

Tips kelima adalah fokus kepada hal terpenting. Nadiem beranggapan masa transisi dan adaptasi ini adalah waktu untuk bereksperimen pada alokasi waktu pembelajaran. Pilihlah hal-hal yang dirasa akan jadi pondasi penting bagi para murid.

“Seperti di literasi, numerasi, atau pendidikan karakter,” tutur Nadiem.

Sama seperti murid yang terus belajar, guru juga sebaiknya senantiasa belajar. Nadiem menyarankan para guru ini bisa saling belajar satu sama lain. Menurut Nadiem, guru bisa saling belajar dengan video conference. Dengan teknologi itu, guru bisa “hadir” di kelas guru lain dan menyerap sesuatu yang baru.

Tips ketujuh adalah tetap bisa bersenang-senang, dalam arti terus mencoba hal-hal baru yang selama ini belum pernah dikerjakan. Lagi-lagi, masa adaptasi ini memungkinkan para guru untuk mencoba hal yang selama ini belum pernah dikerjakan, semisal metode mengajar baru atau sistem belajar yang baru.

“Inilah saatnya kita mendengarkan insting kita sebagai guru dan orangtua. Jadi bukan hanya mengikuti proses seadanya. Lakukan saja, dan terapkan banyak-banyak: banyak tanya, banyak coba, dan banyak karya,” tutup Nadiem.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis