Menuju konten utama

19 Orang Ditangkap Polisi saat Aksi Ricuh di DPRD Sumut

Kepolisian menyatakan, penangkapan 19 orang tersebut dilakukan karena bertindak anarkis dan mengakibatkan total 11 orang personel polisi luka-luka.

19 Orang Ditangkap Polisi saat Aksi Ricuh di DPRD Sumut
Seorang demonstran ditangkap saat mengikuti aksi unjuk rasa pembubaran DPR RI di luar Gedung DPRD Sumatera Utara, Kota Medan, Jumat (29/8/2025). Foto/Nanda Fahriza Batubara

tirto.id - Aksi demonstrasi berlangsung ricuh di Kota Medan, Sumatra Utara, Jumat (29/8/2025). Setidaknya 19 orang ditangkap kepolisian karena diduga bertindak anarkis dan mengakibatkan 11 personel kepolisian terluka.

Kericuhan berawal saat personel kepolisian tiba-tiba mengejar massa dari kalangan pelajar di DPRD Sumatra Utara. Amarah rakyat terhadap situasi negara direspons tindakan represif yang berujung brutal. Demonstran luka-luka. Di antaranya terkapar dan ada pula yang sampai berdarah-darah. Sementara itu, beberapa personel kepolisian juga terpaksa dilarikan guna mendapat pertolongan medis.

“Saya dipukuli tadi, saya dipukuli, brutal kali orang ini,” ujar seorang demonstran saat digiring aparat.

Sejak sepekan terakhir, setidaknya sudah empat kali aksi serupa digelar koalisi masyarakat di Kota Medan. Ratusan orang dari berbagai kalangan – mahasiswa, pelajar, dan pengemudi ojek online – berkumpul di luar Gedung DPRD Sumatera Utara sebagai bentuk protes terhadap carut-marut kondisi negara. Emosi semakin panas setelah kabar kematian pengemudi ojol, Affan Kurniawan (21), yang dilindas kendaraan taktis (rantis) Brimob.

Ngab (30), bukan nama sebenarnya, berinisiatif gabung ke aksi ini karena alasan itu. Ngab sendiri memiliki pekerjaan yang sama dengan almarhum Affan.

“Tentu merasa terpukul. Walaupun kami beda kota, tapi kami teman satu perjuangan, tahu juga rasanya hidup di jalan,” ujar Ngab.

Saat mahasiswa menyampaikan orasi, kelompok massa dari berbagai kalangan terus berdatangan. Namun situasi yang sebelumnya kondusif tiba-tiba berubah setelah seorang perseonel kepolisian tak berseragam memerintahkan rekannya menangkap massa dari kalangan pelajar yang berupaya ikut serta dalam aksi ini.

“Itu anak-anak ambil, anak-anak ambil,” ujarnya berteriak.

Teriakan itu memicu huru-hara dan massa akhirnya terbelah. Kalangan mahasiswa melanjutkan orasi di depan gerbang Gedung DPRD Sumatera Utara sementara yang lainnya bereaksi keras dengan melempari aparat.

Setelah kondisi semakin memanas, petugas coba membubarkan kemarahan rakyat dengan menembakkan gas air mata dan meriam air. Namun upaya itu gagal total. Demonstran terus berjuang. Massa berpencar ke beberapa titik lain di sekitarnya. Mereka pun membakar pos polisi yang terletak satu kilometer dari lokasi awal orasi.

Sekitar pukul 17:00 WIB, personel kepolisian dari kesatuan Brimob mulai diterjunkan membawa persenjataan lengkap. Termasuk senjata api laras panjang. Situasi tambah mencekam. Sejumlah orang ditangkap lalu digiring menuju kompleks Gedung DPRD Sumatera Utara. Bukan hanya demonstran, sejumlah anggota polisi juga terluka dan harus dilarikan untuk mendapat pertolongan medis.

Jelang magrib, perlawanan perlahan padam. Menyisakan kepulan gas yang memerihkan mata dan batu-batu yang berserakan. Sejumlah pedagang dan pengunjung rumah sakit di sekitar lokasi aksi terdampak. Beberapa pengendara sepeda motor yang kebetulan melintas juga ikut menjadi korban.

“Saya mau makan mi, tiba-tiba ada yang melempar,” ujar Nico (32).

Menurut Kepala Bidang Humas Polda Sumatera Utara, Kombes Ferry Walintukan, terdapat 19 orang yang ditahan. Ia mengeklaim bahwa tindakan mereka telah bersifat anarkis dan mengakibatkan 11 personel kepolisian terluka. Peserta aksi yang diamankan saat ini dibawa ke markas polisi untuk diinterogasi lebih lanjut.

“Tadi kami juga ada menemukan ada sekelompok massa, massa ini kami sebut sebagai massa cair, yang berusaha bergabung dengan grup mahasiswa dan ojek online,” ujar Kombes Ferry di dalam kompleks Gedung DPRD Sumatera Utara.

Saat ini, kepolisian masih mendalami video sejumlah aparat tak berseragam yang melakukan tindakan brutal terhadap mahasiswa yang kebetulan melintas saat demo berlangsung.

“Jika kami menemukan bahwa yang bersangkutan adalah anggota Polri, maka kami akan tindak tegas sesuai prosedur yang berlaku,” katanya.

Baca juga artikel terkait KEKERASAN POLISI TANGANI DEMO atau tulisan lainnya dari Nanda Fahriza Batubara

tirto.id - Flash News
Kontributor: Nanda Fahriza Batubara
Penulis: Nanda Fahriza Batubara
Editor: Andrian Pratama Taher